Chapter 1

757 21 0
                                    




"Kenapa sih kalian nggak percaya banget kalau aku udah move on?"

Ella duduk didudukan depan kelasnya sambil menyeruput es capcin yang berkepanjangan capuccino cincau seusai kuliah. Ia memandang pemandangan didepannya, beberapa tanaman hias dan pepohonan tumbuh rindang menyejukkan mata. Walau kini tepat siang hari, tetapi udara dan cuaca sangat nyaman dan bersahabat. Matahari hari ini tidak tampak menerangi bumi, sehingga awan-awan lebih berkuasa.

"Enggak La, aku nggak percaya banget kamu itu move on dari kak Ken," respon Chaca dengan santainya. Ia juga sama dengan Ella, sama-sama meminum capcin. "Kamu itu bilang move on nggak bisa dihitung, udah dari semester satu sampai semester tiga ini kamu bilang gitu terus."

Ella mengembuskan nafasnya dengan berat. "Udah deh nggak usah dibahas. Pulang yuk," ajaknya.

Sambil membawa gelas plastik berisikan capcin, mereka berdua berjalan bersebelahan seperti biasanya. Berjalan melalui koridor demi koridor untuk sampai di parkiran kampus. Tidak hanya berjalan di koridor yang berliku, tetapi juga harus melewati lapangan basket outdoor dan halaman kampus yang begitu luas. Saking luasnya, sampai-sampai pihak kampus memberikan sepeda kayuh pinjaman bagi para mahasiswa yang malas untuk berjalan sejauh itu. Namun sepeda itu hanya bisa digunakan di area kampus dan tidak bisa di bawa pulang.

Harmony Univeristy, biasanya disebut dengan kampus hijau karena kampus yang satu ini adalah kampus yang sangat rindang dengan bangunan bak istana kerajaan. Sedikit berbeda dengan kampus-kampus yang lain, di sini para mahasiswa kuliah menggunakan seragam layaknya anak sekolah. Setiap jurusan mempunyai warna seragam yang berbeda namun bermodel sama. Jam perkuliahan pun sudah ditentukan oleh akademik kampus, kuliah pertama dimulai pukul delapan pagi sampai jam setengah sepuluh. Lalu setelah istirahat setengah jam, tepat jam sepuluh sampai jam dua belas adalah perkuliahan kedua.

Ketika melewati lapangan basket, mata Ella tiba-tiba tertuju pada seseorang bertubuh tinggi yang sedang mendribel dan melempar-lempar bola ke arah ring. Langkah kakinya yang tadi normal, kini mulai turun kecepatannya.

"Cakep ya?" tanya Chaca, yang juga menyadari kalau ada seorang makhluk terlihat sangat sempurna dimatanya di hari pertama minggu ke tiga musim kemarau.

Tak ada jawaban dari Ella, kini ia menghentikan langkahnya. Memandang sendu dengan matanya yang berbentuk eye smile.

"El! Cakep banget!" kata Chaca lagi, Chaca tak bisa menahan senyumnya seperti melihat konser Taylor Swift tahun lalu. Very Excited. "Kamu tuh ya diajak ngomong malah ngelamun." Chaca kesal, ia menyikut lengan Ella. Tatapan Ella tak bisa lepas dari sana. "Oh, kak Ken??? Katanya move on!" sindir Chaca, ketika ia sadar jika kak Ken ikut bermain basket dengan makhluk sempurna yang dilihatnya.

Ella menggeleng-gelengkan kepalanya. "Cukup, La! Cukup!!!" ujarnya sambil berkedip-kedip berkata pada dirinya sendiri. "Kamu harus move on! Ingat dia itu lelaki yang suka PHP, dia nggak cuman dekat sama kamu tapi sama banyak cewek cantik di kampus."

"Mending tuh si anak baru pindahan dari Bandung, cakepnya lebih cakep lima kali lipat di banding kak Ken," sewot Ella sambil menunjuk-nunjuk mahasiswa pindahan yang ikut main bola basket sama kak Ken.

"Udah ah, yuk pulang keburu ujan!" ajak Ella, ia menarik tangan Chaca.

"ELLA!" panggil  Justin, teman baik Ella selain Chaca. Panggilan Justin merubah arah Ella yang tadinya mau lurus jadi belok ke lapangan basket gara-gara ditarik Chaca.

"Cha ngapain sih!" Ella memukuli bahu Chaca, tetapi Chaca tetap membawa Ella bersamanya sampai di lapangan basket, ketika itu juga permainan basket selesai.

"La, beliin gue minum dong," ujar Justin tak tau malu. Justin memang tidak pernah tau malu sejak Ella kenal dengannya saat OSPEK. "Capek nih abang habis latihan."

I Hear Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang