Chapter 9

187 12 0
                                    

           

Sejak malam kemarin, Stevan tidak menanyakan apapun yang terjadi di pertemuan Ella dan Ken karena Stevan sudah mengetahui semuanya ketika memandang mata Ella. Ella jadi sedikit pendiam, Ella menahan semuannya sendiri karena ia tidak ingin membicarakan ini pada teman-temannya karena Ella tau pasti teman-temannya menentangnya.

Ella berjalan-jalan sendiri di taman sekolah lantai dasar ketika jam istirahat berlangsung, hari ini ia tidak ikut makan bersama teman-temannya dengan alasan sudah kenyang dan ingin melakukan sesuatu. Chaca pun berkata, kalau Chaca akan menghampirinya seusai makan nanti.

Ella duduk di kursi taman yang melingkar, ia mencari pencerahan di sana. Ella senang karena ia hanya bisa melihat manusia saat ini, padahal sebelumnya ia membenci taman ini karena ada makhluk mengerikan yang biasanya muncul mengganggunya.

"Hai," sapa seseorang, membangunkan lamunannya. Orang itu duduk di dekat Ella.

Ella sangat mengenal orang yang kini menghampirinya, orang yang tiba-tiba duduk didekatnya.

"Gue Sarah," katanya memperkenalkan diri tanpa menjabat tangan seperti tradisi-tradisi saat berkenalan. "Gue panggil lo Ella?"

Ella hanya mengangguk, ia juga tidak cukup mood meladeni Sarah.

"Gue nggak tau pasti apa hubungan lo sama Stevan sampai-sampai lo bisa tinggal di rumahnya. Cuman gue peringatin ke elo aja, kalau lo saudaranya lo harus terima dan bantu gue balikan sama Stevan. Tapi kalau lo cuma teman Stevan yang tinggal di rumah Stevan dan lo punya rasa ke Stevan, mending lo jauhin dia. Kalau bisa lo pindah ke tempat lain karena gue nggak suka sama lo. Gue nggak suka semua cewek yang deket sama Stevan."

Ella tersenyum masam. "Emang kamu pacarnya?"

Pertanyaan Ella membuat Sarah sedikit marah. "Dulu, tapi bentar lagi kita bakal balikan."

"Oh ya? Aku nggak nyangka Stevan punya mantan nggak beretika kaya kamu," balas Ella yang sudah naik pitam, mood buruknya ketambahan dengan kedatangan Sarah. "Kasian Stevan kalau balikan sama kamu. Dia orang baik dan kamu.. aku nggak yakin kamu sebaik dia."

"Lo gue bilangin baik-baik, kenapa jadi kurang ajar?" tanya Sarah dengan nada menantang.

"Kalau Stevan suka sama aku, kamu bisa apa?" sahut Ella ngelantur, saking kesalnya pada Sarah. "Aku bukan saudara Stevan, aku satu rumah sama dia. Nggak jarang orang tuanya ninggalin kita berdua di rumah, kamu nggak tau kan apa aja yang udah aku lakuin sama Stevan sampai sejauh mana?" godanya, membuat bola mata Sarah berkaca-kaca.

"SIALAN!"

PLAK!

Sarah yang kemasukan setan otomatis menampar wajah Ella. Ella tertunduk, pipinya terasa begitu panas. Tamparan Sarah membuatnya dejavu, ia teringat akan tamparan Fihan saat ia di sekap di gudang. Ella menahan dirinya untuk tidak ketakutan pada pengalaman pahitnya, ia mencoba bersahabat dengan keadaan.

"Lo berani ngancam gue, ha?" teriak Sarah, menjambak rambut Ella. Ella tidak melawan, ia tidak mendengarkan Sarah. Ia sedang memerangi dirinya agar ia tak ketakutan, agar traumanya tidak kembali. Air mata Ella mulai keluar dari tempat persembunyian. "JANGAN DIAM AJA!" bentak Sarah galak.

Kejadian ini membuat beberapa mahasiswa yang melihat berhenti ditempat untuk menyaksikan kejadian.

"SARAH!" bentak Stevan tiba-tiba, Stevan datang bersama Chaca dan yang lainnya. Stevan menarik tangan Sarah yang sedang menjambak rambut Ella sehingga Sarah melepaskannya.

"Stevan," ujar Sarah takut.

"KELUAR LO SEKARANG DARI SINI SEBELUM GUE PANGGILIN SATPAM!" ancam Stevan, wajahnya udah merah karena emosi.

I Hear Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang