Ella duduk di ruang televisi, didekatnya ada Felix yang sedang tiduran di sofa panjang sambil memindah-mindah channel TV. Om Aldi dan tante Ratna sedang bercocok tanam di kebun belakang rumah.
Bola mata dan pikiran Ella tertuju pada sebuah nama yang tertera di handphone-nya, dia terus-terusan memikirkan cowok yang masih mengisi hatinya walau sebenarnya ia sudah terbiasa di tinggalkan seperti ini. Tangannya gatal sekali, rasanya ingin mengirimkan pesan pada orang tersebut namun rasa gengsinya tinggi. Ia sadar, jika orang itu tidak menghubunginya berarti ia tidak seberapa penting di kehidupan orang tersebut. Hanya saja, Ella tidak bisa mengontrol perasaannya.
"Galau kenapa sih?" canda Stevan, tiba-tiba saja duduk disebelah Ella dan merebut handhphone Ella.
Ella berusaha mengambil handphonenya, namun kedua tangannya diikat dengan tangan kiri Stevan sedangkan tangan kanan Stevan begitu kepo tentang apa yang direnungi Ella di hari libur.
"Belum move on juga dari Kak Ken?" goda Stevan, membuat kak Felix ikutan nyaut.
"Ken? Siapa itu?"
Ella diam seribu bahasa.
"Loh mas Felix nggak tau? Dia yang disukain Ella dari semester satu, kata teman-teman Ella sih," jawab Stevan.
"Stevan!! Sialan. Awas aja nanti kalau kak Felix udah pulang!"
Stevan tersenyum puas ketika menatap bola mata Ella yang mengarah padanya.
"La, kok kamu nggak cerita kakak kalau kamu suka sama cowok?" tanya Felix, sudah mulai mengintrogasi. "Yang mana sih orangnya? Kakak mau liat."
"Udah lah kak, aku lagi usaha move on. Jangan urusin ini, please. Mending kakak cariin aku cowok biar aku bisa cepet move on."
"Kamu ngayal apa? Ingat ya, kakak nggak akan ijinin kamu pacaran sama sembarang orang."
"Iya udah tau," jawab Ella cepat.
"Yaudah, kamu jangan macam-macam deh di kampus. Kuliah dulu, jangan ikutan hal-hal yang nggak bener."
"Iyaaaaa!!!" jawabnya kesal.
Sesuai perkataan kak Felix, kak Felix balik lagi ke Surabaya sekitar pukul dua belas siang. Kak Felix ke sini bersama temannya, dia juga nebeng temennya. Temennya ada urusan dan dia sekalian ikut. Walau sebentar, paling tidak sudah bisa menutupi sedikit rasa kangen Ella pada kakaknya tersebut.
Ella dan Stevan melambaikan tangan pada mobil yang ditumpangi kak Felix, tak lama berjalan mobil itu belok ke kanan dan hilang di pandangan mereka berdua.
"Dasar jahat!" ucap Ella, menginjak kaki Stevan.
Stevan merintih kesakitan, sekaligus sedikit terkejut. "Apaan sih!"
"Kamu tu ya, gara-gara kamu kakak aku tau tentang kak Ken. Untung dia tadi nggak maksa buat ketemu sama kak Ken, kasian kak Ken kalau di temuin sama kak Felix. Bisa-bisa kak Ken di ceramahin," jelas Ella, wajahnya terlihat kesal sekali.
Mereka berdua masih berdiri di ambang pagar rumah. Di bawah terik matahari yang ditutupi awan tebal yang silih berganti.
"Biarin, kan gue nggak sengaja, wek," ujar Stevan sok imut sambil meledek kearah Ella. Ia pergi meninggalkan Ella, membalikkan arahnya masuk ke dalam rumah.
Ella mengikutinya, ia berlari kecil kemudian tepat disamping Stevan Ella sedikit berjinjit dan menjitak kepala Stevan. "HAHAHA," tawanya puas begitu nyaring. Ella ingin berlari menghindari serangan Stevan, namun Stevan lebih cepat menangkapnya. Stevan menarik tangan kiri Ella, ia ingin menjitak balik kepala Ella namun Ella melindungi kepalanya dengan tangan kanannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
I Hear Your Eyes
RomanceSuatu hari Ella mengalami sebuah kecelakaan, akibat dari kecelakaan tersebut Ella bisa melihat maupun mendengar hantu yang ada disekelilingnya sehingga ia hampir gila. Namun sejak Ella tinggal serumah dengan Stevan, Ella merasa lebih tenang karena S...