Chapter 4

201 12 0
                                    

Tadi sore tante Ratna dan Om Aldi sudah sampai di rumah, mereka berdua langsung istirahat karena kelelahan beberapa hari kemarin katanya tidur di rumah sakit.

Malam ini Ella tetap cantik seperti biasa, ia menggunakan dress selutut berwarna cokelat. Sesuai janji, kak Ken datang tepat pukul tujuh menggunakan mobil yang biasa kak Ken pakai di kampus.

Sebelum pergi, Stevan sempat mengintrogasi Ella karena Ella akan keluar. Dengan kesepakatan Ella tidak boleh pulang lebih dari jam sembilan malam, akhirnya Ella bisa keluar bersama kak Ken.

Di malam yang dingin ini, rerumputan sedikit basah akibat hujan tadi sore. Ella duduk disebuah kursi, ia duduk di samping kak Ken. Angin malam lagi-lagi membuatnya merinding walau ia sudah memakai jaket tebal.

"La, kamu kok daritadi diam aja?" tanya Ken, ia sedikit bingung karena daritadi ia yang mengajak bicara Ella sedangkan Ella hanya melihat ke sana-ke sini area taman.

"Ella!" panggil Ken lagi. Ella terbangun dari tatapan nyatanya.

"Kak, kita...," katanya, sambil menatap Ken sedikit tidak enak.

"Masa iya aku ngajak kak Ken pindah tempat? Tapi aku nggak nyaman banget sama gadis kecil disebelah aku. Aku nggak nyaman liat mereka lagi main bola ditengah sana, mana bolanya ngarah ke aku terus."

"Kenapa sih La?" tanya Ken, sepertinya Ken mulai lelah.

Ella menutup wajahnya ketika bola yang ditendang makhluk-makhluk itu seakan-akan mengarah padanya dan akan mengenai wajahnya. Anak kecil disebelahnya tertawa.

"ELLA!"

"Kak!! Kita pindah yuk kak, kita pulang," desak Ella, ia tidak tahan.

"Kita baru sampai masa pulang? Kamu tuh sebenarnya kenapa sih?" tanya Ken, seperti marah.

"Udah kak, aku mohon please," ajaknya.

Ken BT, dia beranjak dari kursinya dan pergi lalu Ella mengikutinya. Mereka berdua masuk ke dalam mobil, Ken mengemudikan mobil itu keluar dari taman.

"Kamu kenapa sih sebenarnya? Aku ngerasa akhir-akhir ini kamu aneh banget," ujar Ken, walau berbicara ia masih konsentrasi menyetir.

"Nggak pa-pa," jawab Ella sambil terus memperhatikan jalanan di depannya dengan mata telanjang.

Mendegar jawaban Ella yang singkat dan  menjengkelkan, Ken memilih untuk diam. Ken tidak tau harus pergi kemana, jadi ia hanya memutar-mutarkan mobilnya di jalanan tanpa arah. Entah itu di jalan raya, jalanan depan pasar, sampai masuk-masuk jalan perumahan.

Ella mempertajam matanya, tiba-tiba ia berteriak, "AWASSS!!" katanya mengejutkan Ken. Ken otomatis mengerem mobilnya mendadak sehingga tubuh mereka mengikuti arah gerakan.

"Ada apa sih, La!" Ken jengkel, Ella benar-benar mengejutkannya. Padahal di depan sana tidak ada apa-apa.

"Tadi.. aku liat anak SMA lari didepan hampir kak Ken tabrak. Bener-bener jelas," jawab Ella, ia mencoba menstabilkan detak jantungnya.

Ken melanjutkan kemudinya, ia benar-benar kesal kali ini. "Kayaknya kamu kecapekan, kita pulang aja."

Jutek. Ini pertama kalinya Ken bersikap jutek pada Ella, padahal Ken adalah tipe yang sedikit pemalu dan hangat. Dia tidak pernah marah di depan Ella.

Ella duduk di ruang santai lantai atas, ia menyalakan televisi. Matanya memang mengarah pada televisi tersebut, namun pikirannya hanya penyesalan. Ia sangat menyesal telah membuat kak Ken sejengkel tadi. Ia merasa bersalah dan jika waktu bisa diulang kembali, ia lebih memilih tinggal di taman tadi tanpa mengajak kak Ken pergi ke tempat lain.

I Hear Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang