Beberapa puluh menit diperjalanan karena macet, Ella sudah sampai di depan rumah Stevan. Ia melambaikan tangannya pada Kak Ken yang kini menjalankan mobil dan pergi meninggalkannya. Pak satpam rumah Om Aldi membuat ketakutannya sedikit hilang, namun sosok itu masih mengikutinya di belakang. Perjalanannya dari pagar rumah ia lakukan dengan cepat dengan langkah terburu-buru.Bahkan walau Ella sudah memasuki rumah, makhluk itu mengikutinya. Namun kehadiran Stevan membuatnya sedikit lega. Stevan terlihat sedang menonton televisi di ruang keluarga, di sebelah Stevan sana ada makhluk berjenis perempuan sedang tersenyum-senyum memandangi Stevan dengan centil. Sepertinya makhluk itu menyukai Stevan. Ella duduk tepat di sebelah Stevan. Tubuh Ella sangat dingin, Stevan bisa merasakannya karena tangan mereka bersentuhan.
"Dari mana aja jam segini baru pulang?" tanya Stevan, dia sedikit kesal terlihat dari nada bicaranya. Tetapi kekesalannya mereda ketika ia menatap kedua bola mata Ella.
Bola mata itu berbicara, "Jangan ikuti aku, tolong. Jangan ganggu aku. Aku tidak mau kalian ganggu, tolong aku tidak kuat lagi. Aku harus bagaimana."
Wajah Ella pucat, ia begitu takut. "Tante Ratna sama Om Aldi kemana?" tanya Ella basa-basi.
"Mama sama Papa tadi mendadak ke Surabaya, saudara Papa ada yang mendadak masuk Rumah Sakit. Kayaknya beberapa hari ini nggak pulang," jawab Stevan.
"Oh My God, apa yang harus aku lakukan. Aku tidak suka dengan kesepian ini, aku tidak berani. Aku harus bagaimana! Kenapa dia masih mengikutiku, kenapa makhluk menyeramkan itu duduk di sebelahku."
Ella mulai menangis.
"Aku gimana bisa tidur kalau makhluk mengerikan ini menatapku seperti ini? Aku nggak berani! Apa aku minta Stevan temani aku tidur? Tapi itu nggak mungkin, mana boleh."
Stevan mengembuskan nafasnya yang terasa berat. "Tidur ah, bye," ujar Stevan.
"Stev!" Ella memegangi Stevan yang sudah hendak beranjak pergi. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya. "Temenin aku tidur, aku nggak berani."
"Kamu gila? Mana bisa. Inget ya, aku ini cowok. Nggak takut kamu sama aku?" tanyanya jail.
"Aku lebih takut sama orang disamping aku daripada kamu," ceritanya. "Please."
"Lo gila ya, Ella?"
"Stevan, bisa-bisa aku mati muda kalau kamu ga bantu aku. Aku yakin kamu ga akan macam-macam ke aku kok."
Stevan memandang iba, akhirnya ia mengiyakan. Ella tidur dikasur kamar Ella seperti biasa, sedangkan Stevan tidur di sofa. Walau makhluk itu ikut bersama Ella, Ella bisa merasakan kantuknya. Kantuknya yang sangat dalam setelah beberapa hari ini ia tidak bisa tidur dan penyakit suka tidurnya menghilang.
Sekitar pukul enam pagi, ia merasakan rasa sakit di bagian perutnya yang membuat matanya mau tidak mau harus terbuka dan kakinya berjalan pada kamar mandi. Rasanya sangat nyeri, sampai-sampai bunyi tak layak ketika ia buang air besar keluar begitu nyaring membangunkan Stevan.
Preettttt. Begitulah bunyinya.
Stevan terbangun, di atas kasur berseprei biru muda sudah tak ada Ella, namun terdengar suara air keran yang keras menyala dari kamar mandi di luar kamarnya. Kamar mandi itu biasa ia gunakan bergantian dengan Ella.
Stevan keluar dari kamar yang barusan ia tiduri, dan mendudukkan badannya di sofa ruang santai di lantai dua yang dekat dengan kamar mandi. Tak lama kemudian Ella keluar dari sana.
Wajah Ella berkeringat, ia pucat seperti kemarin malam. "Pasti gara-gara mi setan kemarin." Jelas Ella pada Stevan, padahal Stevan tidak memintanya menjelaskan apa yang terjadi. "Maaf ya, tadi keluar keras banget ya?"

KAMU SEDANG MEMBACA
I Hear Your Eyes
RomansaSuatu hari Ella mengalami sebuah kecelakaan, akibat dari kecelakaan tersebut Ella bisa melihat maupun mendengar hantu yang ada disekelilingnya sehingga ia hampir gila. Namun sejak Ella tinggal serumah dengan Stevan, Ella merasa lebih tenang karena S...