- ALSYAVA - 17

2K 57 0
                                    

"Kamu tahu nggak, kalau cinta itu kayak jelangkung? "

***

Jam sudah menunjukkan pukul lima sore, tapi Alsya masih berada di rumah Renza. Mereka berdua sudah melakukan banyak hal, dari memasak, makan bersama, belajar bersama, hingga salat Ashar berjamaah.

Sekarang mereka sedang berada di taman belakang rumah Renza yang terletak di samping kolam renang. Mereka duduk di bangku taman dengan posisi Renza yang berbaring di paha Alsya yang dibalut dengan jaket milik Renza. Alasannya hanya satu kenapa paha Alsya dibalut dengan jaket milik Renza, karena Renza tak mau mengambil risiko kalau-kalau ia khilaf saat melihat paha Alsya yang sangat menggugah seleranya.

"Alsya," panggil Renza tanpa menatap Alsya, ia hanya menatap ke arah langit yang mulai kemerahan.
Alsya hanya bergumam sebagai jawabannya.

"Kamu tahu nggak, kalau cinta itu kayak jelangkung?" tanya Renza.
Alsya mengerutkan dahinya bingung, ia menggeleng.

"Nggak tahu, kayak Jelangkung?
Maksudnya apa?" tanya Alsya balik.

"Iya, kayak jelangkung. Datang tak dijemput, pulang tak diantar. Maksudnya gini, kita nggak tahu kapan cinta itu datang dan kapan cinta itu pergi. Tanpa kita mau, cinta itu datang dan tumbuh dengan sendirinya dan tanpa kita mau pun cinta itu bisa pergi begitu saja," jelas
Renza tanpa mengalihkan pandangannya dari langit sore yang indah itu.

Alsya mengangguk, mengerti. Tapi ia juga masih bingung, kenapa Renza tiba-tiba membahas tentang itu? "Tapi, kenapa kamu tiba-tiba membahas hal itu?" tanya Alsya.

Renza mengedikkan kedua bahunya. "Nggak tahu, cuma pengen aja membahas itu," jawabnya.

Alya kembali mengangguk, ia mengadahkan kepalanya, ikut memandang langit sore yang
begitu indah. Hening beberapa saat, hingga sebuah suara mengagetkan mereka berdua.

"Faren! Ternyata kamu di sini!" Suara berat yang setengah berteriak itu mengagetkan mereka. Renza segera membenarkan posisinya, tapi karena tergesa-gesa, dengan mulusnya tubuh Renza mendarat di tanah yang beralaskan rumput.

Bruk

"Aduh! ... " adunya sambil memegangi punggungnya yang sakit. Alsya yang melihat itu langsung membantu Renza untuk berdiri. Sedangkan dari arah pintu yang membatasi antara
dapur dan taman tersebut tersengar suara berat yang sedang tertawa.

Renza dan Alsya menoleh ke arah suara itu dan ketika itu juga Alsya langsung menundukkan kepalanya malu dengan rona merah yang tampak jelas di kedua pipinya, sedangkan Renza, ia langsung menatap kesal ke arah pria paruh baya yang sedang tertawa tersebut.

"Jangan ketawa terus pa, nanti giginya kering!" ujar Renza kesal, ia masih memegangi punggungnya yang sakit.

Pria paruh baya itu menghentikan tawanya dan berjalan cepat ke arah Renza. "Sudah berani mengejek papa ya kamu?!" ucap Rizal—papa Renza—sambil menjewer telinga Renza yang
membuat Renza kembali mengadu.

"Aduh, udah dong, Pa! Sakit nih!" adu Renza. Ia melirik ke arah Alsya yang sedang menahan tawanya dengan tatapan memohon. "Alsya, help me!" ucap Renza sambil menatap ke
arah Alsya yang ada di sampingnya.

Rizal mengerutkan dahinya, ia mengikuti tatapan anak semata wayangnya tersebut. "Eh?
Ada nak cantik." ucapnya seraya menurunkan tangannya dari telinga Renza.

Renza segera menggosok telinga bekas jeweran papanya itu dengan tangan. Sedangkan Alsya hanya bisa tersenyum kaku ke arah Rizal.

"Temannya Faren atau pacarnya Faren?" Tanya Rizal.

ALSYAVA (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang