- ALSYAVA - 12

1.9K 81 5
                                    

"Maaf, "

~ Someone

***

Sejak kejadian teror malam itu, Alsya menjadi sosok yang pendiam, pemurung, dan tertutup. Alsya tak pernah berbicara apapun, bahkan saat Marsha dan Renza menanyainya, ia tak pernah menjawabnya.

Seperti sekarang, Renza sedang membujuk Alsya supaya mau makan bersamanya di kantin, "Alsya, ikut aku ya. Kamu kan belum makan dari tadi, " rengek Renza sambil menggoyang-goyangkan lengan Alsya, ia tak peduli kalaupun ia akan dikata seperti anak kecil. Yang terpenting ia harus bisa membujuk Alsya untuk makan, ia tak mau kekasihnya itu sakit.

Sedangkan Alsya tak mempedulikan sama sekali rengekan Renza, ia hanya menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong, pikirannya sudah berlari ke masa lalunya. Memikirkan ucapan seorang perempuan yang pernah menolongnya beberapa tahun silam.

'Si-siapapun namamu, sa-saya minta tolong. Bi-bilang ke a-anak laki-laki yang bernama Fa-Faren, bahwa sa-saya menyayangi-nya.'

Ucapan perempuan itu terus berputar di dalam pikiran Alsya. "Faren? " gumam Alsya tanpa sadar.

Renza yang tadinya sedang merengek, seketika berhenti. Tatapan terkejut dan bingung ia arahkan kepada sang kekasih.

"Faren? " ulang Renza lagi memastikan, bahwa ia tak salah dengar ketika Alsya menggumamkan nama itu. Ketika Alsya mengangguk, entah kenapa, tiba-tiba dadanya terasa sesak.

Alsya menolehkan kepalanya ke arah Renza, tiba-tiba rasa penasaran muncul di dalam dirinya dan menghanguskan rasa ketakutannya pada saat terror malam itu, "Kamu kenal sama dia? " tanya Alsya yang sudah ingin tahu tentang anak yang bernama Faren tersebut. Ia juga tak tenang, karena ia belum menyampaikan amanat yang diberikan perempuan yang sudah menolongnya.

Renza tertegung, dadanya semakin terasa sesak. Bahkan matanya sudah memerah, "Kenapa kamu tanya seperti itu? " tanya Renza dengan nada yang tak seperti biasanya. Dingin. Ya, Alsya bisa merasakan itu, suara Renza terkesan dingin.

Alsya mengerutkan keningnya, "Kamu kenapa? " tanya Alsya yang lagi-lagi tak dijawab oleh Renza dan malah selalu berbalik bertanya kepadanya.

"Ada hubungan apa kamu sama dia? " tanya Renza yang masih dengan nada dingin dan itu membuat Alsya mengangguk, mengerti. Mungkin Renza cemburu, pikirnya.

"Aku nggak ada hubungan apa-apa sama dia, bahkan aku nggak kenal sama dia dan aku juga nggak pernah ketemu sama dia. Aku hanya ingin menyampaikan amanat seorang perempuan yang pernah menolongku. Perempuan itu memberiku amanat sebelum dia ... tiada. " Jelas Alsya dengan suara yang semakin merendah saat menyebutkan kata 'tiada' di akhir kalimatnya.

Sedangkan Renza terdiam, mencernah semua penjelasan dari Alsya. Ia berusaha menghilangkan rasa sesak yang masih menjalar di seluruh dadanya. "Si-siapa nama perempuan itu? " tanya Renza, kali ini dengan nada yang lirih. Alsya mendengar jelas nada lirih itu, ia semakin bingung. Ada apa dengan Renza?

Alsya menggeleng, "A ... Aku lupa, " jawab Alsya lesu. Renza terdiam sejenak, kemudia ia bangkit dari duduknya yang membuat Alsya sedikit terkejut. "Aku ke toilet dulu, nanti aku ke sini lagi bawain kamu makanan. " Ucap Renza sebelum berlalu pergi meninggalkan Alsya yang bingung.

***

Sedari tadi, semenjak pertemuannya dan percakapannya dengan Renza, Alsya tak melihat Renza sama sekali. Tadi Renza bilang, ia akan menemui Alsya lagi dan membawakan Alsya makanan. Tapi nyatanya, Renza tak menemuinya sampai bel pulang sekolah berbunyi, hanya saja tadi saat Renza pergi, beberapa menit kemudian ada seorang siswi yang membawakannya makanan, katanya di suruh Renza. Tapi kenapa Renza tak memberikan makanan itu langsung kepadanya? Sepertinya ada yang tak beres dengan kekasihnya itu.

Dengan langkah gontai, Alsya melangkahkan kakinya keluar dari gerbang sekolah. Alsya duduk di halte dekat sekolah. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri, sesekali memandangi ponselnya.

Tin tin

Suara klakson mobil membuat Alsya mendongakkan kepalanya. Ternyata taxi, "Neng, ayo atuh! " seru supir taxi tersebut sambil menurunkan kaca taxinya.

Kepala Alsya menoleh ke kanan dan ke kiri, tak ada orang lain selain dirinya. Tapi ia rasa, ia tak pernah memesan taxi, "Emm ... Maaf pak, saya nggak mesan taxi. " ucap Alsya jujur.

Sopir itu tersenyum, "Iya, saya tahu neng nggak mesan taxi. Tapi tadi pacar neng yang pesan taxi ini buat neng. " jelas sopir itu sambil senyam-senyum.

Alsya mengerut, heran. Kenapa dengan Renza? Apa ada masalah? Biasanya Renza yang akan mengantarkannya pulang, tapi kenapa sekarang ia justru memesankan taxi untuknya? Terasa janggal, pikir Alsya.

Tanpa sepatah kata pun, Alsya melangkah masuk ke dalan taxi dan taxi pun melaju dengan kecepatan sedang menuju rumah Alsya.

Di dalam taxi, Alsya hanya melamun. Memikirkan apa yang terjadi hari ini. Aneh. Hari ini sangat aneh. Kekasihnya berubah, sikapnya tak seperti biasa saat Alsya selesai membahas masa lalunya. Apa ini ada hubungannya? Perempuan itu, anak yang bernama Faren, dan kekasihnya—Renza?

Drt drt

Ponsel Alsya berdering, memecahkan lamunannya. Ia segera memeriksanya.

Ketos Gila :
Maaf,

Alsya mengerutkan dahinya bingung saat selesai membaca pesan singkat dari kekasihnya itu. Maaf untuk apa?

Alsyava.Ptrynta :
Untuk?

Ketos Gila :
Untuk sikap aku tadi dan untuk aku yang nggak nemuin kamu lagi,

Alsya tersenyum saat membaca pesan balasan itu. Saat ia ingin mengetik balasannya untuk sang kekasih, pesan lain dari sang kekasih masuk kembali. Senyumannya seketika luntur saat membaca pesan itu.

Ketos Gila :
Lebih baik kita jaga jarak dulu ya, maaf.

***

Maaf, maaf, dan maaf. Baru bisa Up. Sibuk banget... Tugas numpuk, belum lagi hari ini baru selesai simulasi. Jadi maaf ya kalau telat Up lagi.

Kayaknya untuk bulan ini dan 3 atau 4 bulan kedepan aku jarang Up deh. Soalnya aku mau persiapa UNBK dulu. So, maaf ya.

Makasih yang udah baca, votmen jangan lupa.

Follow my IG : @alungputri_06

HAPPY READING

ALSYAVA (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang