- ALSYAVA - 15

2.1K 74 2
                                    

"Aku yakin, kamu bisa! "

***

"Iya, aku tahu, " ada jeda beberapa saat. "Aku punya hemophobia dan nggak mungkin aku bisa jadi dokter dengan phobiaku itu. Selain itu, Papa juga nggak setuju kalau aku jadi dokter. " lanjut Alsya lesu.

Renza tersenyum, ia meraih tangan Alsya dan menggenggamnya erat. "Ok, sama persis seperti yang aku pikirkan. Kamu boleh berspekulasi seperti itu, tapi kamu juga harus berusaha mengejar cita-cita kamu. " tutur Renza.

Alsya mengangguk, "Tapi, gimana caranya? " tanya Alsya.

"Kalau masalah Papa kamu, kamu bisa bicarain ini dengan baik-baik, dari hati ke hati. " ucap Renza lembut.

Alsya kembali mengangguk, "Terus phobiaku? " tanya Alsya lagi.

Renza tersenyum, "Harus dihilangkan, " jawab Renza tegas.

Alsya menaikkan sebelah alisnya, "Caranya? " tanya Alsya sekali lagi. Renza mengembangkan senyum misteriusnya, "Serahkan padaku, besok kita mulai. "

***

Sekolah baru saja usai, bel tanda pulang di SMA Garuda beberapa saat lalu sudah berbunyi. Sesuai yang dikatakan Renza kemarin, sekarang, Renza akan mengajak Alsya ke suatu tempat.

Mereka sudah menaiki motor ninja hitam milik Renza dan Renza mulai melajukan motornya membela jalanan. "Kak, ini mau kemana? " tanya Alsya, entah yang keberapa kalinya. Tapi tak ada satupun pertanyaan Alsya yang dijawab benar oleh Renza, jawaban Renza selalu saja melenceng entah kemana arahnya. Seperti jawabannya sekarang ini, "Kemana aja, asalkan itu berdua sama kamu. " Ah, ingin sekali Alsya menjitak kepala kekasihnya itu supaya benar sedikit.

Alsya diam, ia sudah terlanjur kesal. Kekasihnya itu memang sangat menguras kesabarannya. 'Andai membunuh itu nggak dosa, pasti sekarang gue sudah bunuh nih anak depan gue! ' geram Alsya dalam hati.

Beberapa menit kemudian, motor hitam itu memasuki pekarangan sebuah rumah dan berhenti di halaman rumah itu.

Renza membuka helm fullfacenya dan menolehkan kepalanya ke belakang, "Ayo turun, " ujar Renza kepada Alsya.

Alsya yang tadinya sedang memperhatikan sekitar rumah itu sedikit tersentak, "Eh? Iya, iya bentar. " ucap Alsya, kemudian ia turun dari motor Renza.

Renza menstandarkan motornya dan turun dari motor. Ia meraih tangan Alsya dan menuntun Alsya ke arah pintu utama rumah itu.

Renza mengeluarkan sesuatu dari sakunya dan memasukkan benda itu ke lubang di pintu, kemudian memutarnya. Pintu terbuka. Renza melangkahkan kakinya ke dalam, diikuti oleh Alsya.

"Ini ... rumah kamu? " tanya Alsya, Renza diam. Ah, ya, seharusnya ia tak menanyakan hal itu, dengan Renza yang memiliki kunci rumah ini, sudah dipastikan bahwa ini memanglah rumah Renza.

"Duduk! Tunggu di sini, aku ke kamar dulu. " pintah Renza kepada Alsya saat mereka telah sampai di ruang tamu, kemudian Renza berlalu pergi menuju kamarnya yang berada di lantai dua, meninggalkan Alsya sendirian.

Alsya memberenggut, "Dari tadi gue tanya 'mau kemana?' jawabnya ngelantur mulu, padahalkan tinggal jawab 'mau ke rumahku' gitu aja apa susahnya sih?! Bikin penasaran aja! " gerutu Alsya.

Renza tiba-tiba saja muncul dari belakang sofa dan membuat Alsya terkejut, "Apaan sih?! " geram Alsya kesal.

Renza terkekeh dan memutari sofa, kemudian duduk di sebelah Alsya. "Kamu mau tahu caranya hilangin phobia kamu? " tanya Renza yang membuat Alsya mengangguk. "Emang itukan tujuan utamanya? Kamu aja yang nggak jelas! " sembur Alsya, ia masih kesal.

Renza kembali terkekeh, "Iya deh, iya, maaf. Gitu aja ngambek, ok, sekarang serius, " ucap Renza dan kemudian ia memasang wajah serius. Alsya dengan sedikit terpaksa memusatkan perhatiannya kepada Renza.

"Ok, menurut apa yang aku dapat dari penyelidikanku semalam ... "

"Dikira detektif apa! " potong Alsya ketus. Renza memandang Alsya dengan kesal, "Aku serius! " ujar Renza dengan nada galak. Alsya memutar bola matanya malas, "Iya, iya percaya. Yaudah lanjut! " ucap Alsya pasrah.

Renza kembali menjelaskan, "Phobia merupakan ketakukan yang luar biasa pada suatu tempat, objek, situasi, ataupun dengan hewan. Phobia bisa terjadi pada siapa saja dan banyak macamnya, salah satunya adalah phobia darah, atau dalam bahasa medis biasanya di sebut dengan istilah hemophobia. Penderita hemophobia ini biasanya mengalami peningkatan tekanan darah dan denyut nadi. Namum, bisa juga mengalami reaksi phobia atipikal yang menyebabkan wajah menjadi pucat dan badan lemas, bahkan bisa mengalami pingsan. "

Alsya mengangguk-anggukkan kepalanya, dari penjelasan Renza itu memang benar. Ia mengalami apa yang di sebutkan Renza itu.

"Umumnya phobia tidak memiliki penyebab tunggal, tetapi ada sejumlah faktor yang terkait. Phobia sering kali menyulitkan penderitanya untuk melakukan sesuatu karena rasa takut itu. Namun, hampir semua phobia bisa diobati dan dihilangkan. Tak terkecuali hemophobia. Hemophobia dapat diobati melalui paparan terhadap darah itu sendiri untuk menghilangkan ketakutan akan darah tersebut. Hal ini dikenali sebagai desensitisasi atau terapi diri eksposur. " Renza selesai menjelaskan dan kemudian ia menarik napasnya.

Alsya yang sedari tadi mendengarkan Renza, mencoba untuk mencernah penjelasan dari Renza tersebut. Sepertinya ia tahu apa yang dipikirkan Renza saat ini, "Jangan bilang kalau kamu akan tunjukin darah ke aku, " tuduh Alsya, sambil menatap Renza penuh curiga.

Renza tersenyum miring, "Kalau iya, kenapa? " tanya Renza. Alsya membelalakkan matanya, "Nggak usah bercanda! " geram Alsya.

Renza meraih tangan Alsya yang mulai mengeluarkan keringat dingin, "Alsya, dengar ya! Ini satu-satunya cara supaya phobia kamu itu hilang dan kamu bisa raih cita-cita kamu buat jadi dokter. " Tutur Renza dengan lembut.

Alsya mengangguk dengan ragu-ragu, "Iya, aku mau. Tapi ... " jeda beberapa saat, "Takut, " cicit Alsya.

Lagi-lagi Renza tersenyum memandang Alsya, "Aku yakin, kamu bisa! " ucapnya meyakinkan.

Alsya membalas senyuman Renza, ia kembali bersemangat. Ia harus bisa melawan phobianya itu, demi cita-citanya. Sekali lagi, Renza berhasil membuat Alsya tersenyum, Renza berhasil membuat Alsya kembali bersemangat, dan Renza berhasil menciptakan rasa di dalam diri Alsya semakin membesar. Rasa cinta.

==========================================

Moga suka sama chapter ini, jangan lupa vote dan commen ya...

See you next chapter...
Follow my IG : @alungputri_06

♥HAPPY READING♥

ALSYAVA (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang