ೋ•◦ Take care •◦ೋ
|Bagian 4|
SHILLA menggedor-gedor pintu kamar Ratu dengan teriakan diluar kamar. Sudah hampir satu jam ia melakukannya, namun tak ada sahutan dari dalam. Hanya berupa deheman dan decakan. Bahkan, pintunya pun dikunci dari dalam.
"Mas Liam! Mas! Ambilin kunci cadangan diatas nakas! Cepet! Nanti Ratu malah telat!" Teriaknya kepada Liam yag sedari tadi menyesap teh hangatnya ditemani beberapa koran yang ia baca.
Sebenarnya, bukan Liam tahan terhadap teriakan Shilla sedari tadi. Hanya saja, ia sedang berusaha untuk tidak terganggu dengan cara membaca koran meski rasanya ia ingin sekali pingsan ditempat mendengar kericuhan istrinya yang disebabkan oleh putrinya yang susah bangun. Ingin melarangpun, pasti Shilla menjawab, "Kamu mah, Mas! Kasian Ratu udah antusias banget pengen ikut ke Bali! Kalo beneran telat terus ketinggalan bus gimana?!" Dan sebagainya.
Liam menghela nafas lalu bergegas mencari kunci cadangan di kamarnya. Setelah dirasa mendapatkannya, ia berjalan mendekati Shilla. Lalu tanpa menyerahkannya kepada Shilla, Liam langsung membuka pintu kamar Ratu dan masuk kedalam.
Helaan nafas berat terdengar ketika melihat Ratu yang terduduk di ranjang dengan rambut yang awut-awutan sambil menguap. Ingin marah, tapi bukan saatnya. Liam mencekal tangan Ratu sedikit keras lalu menuntun Ratu ke kamar mandi. Ratu pun hanya terdiam—masih mengumpulkan nyawanya yang melayang-layang dimimpi—dan menurut.
"Jangan pancing emosi Papa, Ratu. Cepet mandi dan siap-siap untuk berangkat. Kalau kamu masih lenye-lenye, gak akan Papa biarin kamu buat ikut."
Mata Ratu langsung membulat ketika ucapan itu keluar dari mulut Papanya. "Pa! Lagian ini masih jam setengah lima pagi! Berangkat kesananya kan jam tujuh. Ah Papa, padahal tadi aku lagi mimpi indah." Gerutu Ratu kesal.
Liam menatap tajam putrinya, "Ayo, Ratu. Berani sama Papa? Lebih baik bergegas atau enggak sama sekali, hm?"
Ratu menunduk lalu bergegas berjalan menuju kamar mandi. Setelah terdengar suara gemercik air dari dalam, Liam berbalik kepada Shilla yang sedari tadi hanya menyimak dan melihat.
Tangannya ia tempatkan di pinggang Shilla yang tingginya hanya sebatas bahunya. "Ayolah, Sayang. Jangan berekspresi berlebihan. Aku cuman ngasih pelajaran sama Ratu biar jangan terlalu santai. Kasian kalau nanti udah nikah, takut kenapa-kenapa." Ujar Liam lembut sambil mengusap-usap pucuk kepala Shilla lembut.
Shilla mengangguk ragu. Bukan itu yang membuatnya diam sedari tadi. Entah kenapa ia merasa tidak enak hati. Ada sesuatu yang menganjal dihatinya dan ia tidak tahu apa yang akan terjadi. Rasanya, hari ini ia ingin semua keluarganya berkumpul dirumah dan menghabiskan waktu bersama. Dan, ada perasaan tidak rela dan takut ketika anak-anaknya akan menjalani aktivitas diluar hari ini.
"Hei, Shilla? Jangan ngelamun gitu," Liam mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Shilla yang menatap kosong.
Seakan tersadar, Shilla langsung tersenyum canggung lalu melangkahkan kakinya menjauhi kamar Ratu dan turun kebawah bersama Liam disampingnya. Ia harus membuang jauh-jauh pikiran buruknya itu. Semuanya akan baik-baik saja. Ia hanya terlalu khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're Mine And I'm Yours [SUDAH DI TERBITKAN]
Teen Fiction[15+] [Terdapat beberapa kata-kata kasar! Please be wise readers!] Sultan menahan tangan Ratu dan langsung mencekalnya. Ia menarik tubuh Ratu agar bersender di dadanya. Walaupun sekuat tenaga Ratu menepis dan mencoba melarikan diri, Sultan tetap mem...