ೋ•◦ The real big accident •◦ೋ
|Bagian 9|
Sultan menatap malas sang kepala sekolah yang sedang menyampaikan sambutan di depan itu. Terlalu bosan dan terlalu panjang. Ditambah kehadiran Cavin yang berada dekat dengannya menambah mood lelaki itu tambah buruk saja.
Matanya menatap sekeliling, melihat seorang lelaki yang membawa nampan berisikan minuman. Dan pas sekali, sebelum Sultan menyuruhnya untuk mendekat, lelaki itu sudah terlebih dahulu mendekati mejanya.
"Mas, saya minta satu gelas, ya." ucapnya ketika lelaki itu datang.
Lelaki itu mengangguk dan memberikan sebuah minuman tadi yang sudah ia pisahkan untuk Sultan. Ia menyimpannya dimeja dan langsung disambar Sultan. "Makasih, Mas." ucap Sultan sebelum meneguk minuman itu yang diangguki lelaki tadi sebelum memberikan minuman lain kepada ketiga temannya tadi.
Entah karena kesal atau memang kehausan, Sultan meminum minuman itu sampai larut habis. Begitu gelasnya kosong, ia menjauhkan gelas itu. Ia memejamkan matanya sebentar. Setidaknya, minuman dingin itu melegakan pikirannya yang sempat panas ketika melihat Cavin.
Sultan mengetuk-ngetukkan jarinya ke meja. Masih dengan mata yang terpejam. Mendadak badannya terasa panas. Wajahnya pun memerah. Sultan membuka matanya, menatap kesekeliling. Ia masih bisa merasakan hamparan udara dingin AC yang mengenai kulitnya. Tapi, mengapa ini sangat panas sekali?
Buru-buru Sultan menyambar minuman Kenneth dan langsung meneguknya berharap rasa panas ditubuhnya menghilang. Tak tanggung ia langsung menghabiskannnya dalam sekali tegukan. Namun nihil, malah panasnya semakin menjadi.
"Sul, muka lo kenapa? Kok merah gitu?" Kenneth menyeletuk ketika sadar Sultan sedari tadi tidak bisa diam dalam duduknya.
Mendadak orang-orang yang mendengar celetukan Kenneth menatap kepada Sultan.
"Lo sakit?" Tanya Arkan kemudian.
Sultan menggeleng, "Panashhh," jawabnya sambil membuka kancing jas lalu mengibas-ngibaskannya. Kaos putih polonya pun sudah terlihat basah karena keringat.
"Ngaco lo? AC nyala dimana-mana begini lo sebut panas," balas Arkan merasa Sultan tak masuk akal.
Tak mendengarkan ocehan Arkan, Sultan membuka jas nya lalu mengibas-ngibaskannya kembali ke wajah dan badannya.
"Lo kayaknya sakit deh, Sul. Muka lo merah-merah gini," ucap Kenneth kemudian. Ia menempelkan punggung tangannya kedahi Sultan dan langsung ditepis Sultan pelan, "Apaan sih, Ken? Gue gak sakit anjir," elaknya. Lagipula memang ia tidak merasa sakit dimanapun, hanya saja panas menggerayang disekujur tubuhnya.
"Coba keluar aja. Mungkin anginnya lebih enak diluar," saran Cavin.
"Atau lo balik ke kamar aja. Ngadem di balkon sana," usul Arkan kemudian.
Sultan berdiri, "Gue ke kamar aja, pengen tidur." Finalnya kemudian berjalan cepat keluar dari ballroom.
"Eh Vin, Ratu mana?"
Cavin menoleh lalu menatap Arkan, "Tadi balik ke kamarnya. Mau ganti sepatu dulu katanya,"
Arkan manggut-manggut lalu kembali menatap ke depan. Entah kenapa ia merasa tidak enak hati. Namun lelaki itu menggeleng, mencoba menghilangkan semua prasangka buruk yang tiba-tiba menganjal dipikirannya. Mungkin ia hanya sedang tak sengaja memikirkan Ratu dan Sultan.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're Mine And I'm Yours [SUDAH DI TERBITKAN]
Ficção Adolescente[15+] [Terdapat beberapa kata-kata kasar! Please be wise readers!] Sultan menahan tangan Ratu dan langsung mencekalnya. Ia menarik tubuh Ratu agar bersender di dadanya. Walaupun sekuat tenaga Ratu menepis dan mencoba melarikan diri, Sultan tetap mem...