O3 - Samuel?

6.2K 396 67
                                    

ೋ•◦ Uncomfortable •◦ೋ

|Bagian 3|

GAME over

"Argh! Sialan!"

Sultan melempar ponselnya, ke atas ranjang. Ia mengacak-ngacak rambutnya frustasi lalu membantingkan tubuhnya ke atas ranjang sambil menutup mata perlahan. Mood nya benar-benar anjlok beberapa jam ini.

Selain karena lelah terus berdiri di lapangan sambil hormat kepada sang saka, rasa gundah dihatinya sungguh membuatnya semakin merasa lelah raga dan batin. Ia butuh penenang. Dan bermain game diponselnya sama sekali tidak membantu. Tulisan game over dan you lose malah membuatnya semakin memburuk.

Beberapa menit dengan posisi seperti itu, akhirnya Sultan memutuskan untuk pergi keluar kamar menuju ruang keluarga yang sekarang diisi dengan Bundanya dan Kayla, adiknya. Sepertinya, menjahili dan membuat nangis Kayla akan seru.

Ketika pada pijakan tangga ketiga dari bawah, terdengar suara bel. Ia bisa melihat Bundanya yang beranjak dari sofa menuju pintu depan. Tak lama Bundanya datang kearahnya.

"Eh, Sul. Bunda mau aja ke kamar kamu. Tuh, temen-temen kamu datang. Mereka nungguin di ruang tamu," ucap Dera sambil mengusap peluh keringat yang menempel dipelipis Sultan.

Sultan tersenyum lalu mengangguk, "Siapa?" Tanyanya.

Dera menatapnya sebentar, "Biasa,"

Senyuman Sultan langsung redup mendengar kata ‘biasa’ dari mulut Bundanya. Ya siapa lagi, jika bukan Arkan, Kenneth, dan Samuel. Sultan bosan mendengarnya. Keseringan tiga orang itu kemari, membuat Dera tidak perlu menyebut ketiganya dengan nama. Hanya dengan kata ‘biasa’ saja sudah bisa Sultan tebak.

"Bunda harus siap-siap. Sebentar lagi bakalan ada bencana besar-besaran. Jangan lupa siapin panci anti retak, sama ember anti belah. Biar Sultan gampang mukulin merekanya, sama biar hemat duit yups." Ocehnya sambil berjalan menuju ruang tamu.

Dera terkekeh, "Enggak usah lah! Ngapain juga. Bunda kan udah punya kamu buat dijadiin babu." Candanya seranya kembali ke ruang keluarga.

Sultan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya dramatis sambil mengusap-usap dada. No problem, selama tidak membuat Bundanya tidak marah dan mengeluarkan semburan pedas yang membuat siapa saja kalang kabut.

"Eh, dude! What's up? Long time no see!"

Sultan memutar bola mata malas ketika tangan Kenneth merangkul bahunya. Sahabatnya itu terlalu dramatis untuk dirinya yang bodoamatan dan tak mengerti acting-actingan.

Ia menyingkirkan tangan Kenneth dengan tampang jijik, "Mati aja lu sono! Baru beberapa jam aja udah dikata lama! Lo hidup di alam kubur atau udah di akhirat, heh?!" Sewot Sultan.

"Sultan Cakra Rajendra, jangan marah lah. Kata Pak Ustazd, marah-marah itu gak baik. Ntar kalo marah-marah itu temennya setan—"

"Lha, kalo gue marah-marah bagus dong. Lo pada kan setannya. Gue salah dimana, coba?" Potong Sultan.

"Dih, sianjir. Mal—"

You're Mine And I'm Yours [SUDAH DI TERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang