Sepeda yang Ali kayuh berhenti. Bukan di depan kos mereka, melainkan di depan sebuah gedung tua yang sepertinya sudah tidak terpakai lagi. Prilly makin terheran,"Lo ngapain bawa gue kesini? Jangan bilang kita di usir dari kos? Trus harus tinggal disini? Ya Allah Li, mendingan kita tinggal di pinggir jalan. Ini gedung kayak rumah setan aja, Eh tapi kok bisa diusir? Bukan-nya kita udah bayar uang kos ya?" Prilly menyerocos sendiri.
Ali berdecak,"Banyak bacot bange sih lo. Turun dulu, gue mau masuk di dalem. Lo tunggu disini," perintah Ali tegas.
"Lah ngapain? Ikut."
"Revo sama yang lainya lagi di dalem sana, gue gak mau bohong sama lo soal ini. Tadi siang Revo ngajak gue lanjut berantem sama anak Raja—
"JADI LO BERANTEM?"
"Sstttt.. pelanin suara lo goblok. Gue gak bisa lama lama, Revo sama yang laen nya dalam bahaya. Gue mohon kalo ada apa apa, lo langsung lari. Atau sembunyi atau cari pertolongan. Tapi jangan pernah masuk ke dalem. Oke?" Ali mengintruksikan kepada Prilly dengan wajah serius.
Prilly menggeleng,"Gak gak gak. Apa apaan lo, Udah kita pulang aja. Biarin aja Revo disana, dia sendiri yang cari mati kan? Jadi buat apa kita harus peduli?"
"Ta.. Revo temen kita. Banyak temen kita disana, ini menyangkut harga diri sekolah."
Prilly menggeleng marah,"Gak. Lo segalanya buat gue Li, dan juga biarpun ini menyangkut harga diri sekolah, sekolah gak akan mentolerir lo kalo sampe lo ketahuan berantem, lo bakal di DO Ali, beasiswa lo bakal di cabut!" Nafas gadis itu naik turun.
Ali mengangguk paham."Gue tau, makanya itu tugas lo berdoa buat gue disana. Sekali lagi, lo gak boleh masuk kesana. Inget itu baik baik, meskipun gue mati disana lo gak boleh masuk kesana." Jelas Ali.
Prilly menggeleng ingin memprotes namun Ali segera berlari masuk ke dalam gedung tersebut. Prilly pun duduk di sela sela tong bekas bensin—bersembunyi seperti apa yang Ali perintahkan.
Di dalam. Ali melihat Revo yang sudah kewalahan menghadapi banyak-nya siswa Rajawali. Mereka sepakat agar berkelahi dengan tangan kosong, tanpa benda benda lainya."Vo!" Panggil Ali dengan berlari.
Revo kaget namun ia bahagia,"Gue tau lo pasti dateng." Katanya namun sebuah tangan langsung menghantam Revo hingga cowok itu jatuh tersungkur.
"Hahaha segini kemampuan Galaksi? Rendah." Remeh-nya dengan tawa sinis-nya. Ali menatap cowok itu marah atas tindakannya.
Dengan kasar,Ali mendorong tubuh cowok tersebut. Bugh, Ali menghantamkan satu pukulan di pipi cowok tersebut hingga sudut bibirnya mengeluarkan darah. Tangan yang satu ia pakai mencekeram kerah baju cowok itu."Jangan hina sekolah gue!" Kata Ali penuh penekanan.
Cowok itu masih bisa tersenyum iblis. Ia balas mendorong bahu Ali. Bugh, Ali jatuh tersungkur atas tendangan yang diberikan cowok tersebut."Lo mau lawan gue? Haha mustahil." Katanya lagi dengan tawa menggelegar.
Ali bangun dengan mata penuh amarah. Ia melayangkan tinjunya pada cowok itu bertubi tubi. Mereka mulai adu jotos. Yang lain juga, namun Ali dan cowok ini lebih mencolok karena mereka yang paling berkuasa."Mampus lo setan!" Maki Ali.
Ali membanting tubuh cowok itu ke lantai dengan sekuat tenaga dan memukulinya. Tak mau kalah cowok itu membalas Ali dengan mengulingkan badan Ali, kini Ali yang di pukul habis oleh cowok tersebut."Arghhh." Ali meringis sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alee
RandomKami berdua adalah Alee. Bukan ale-ale loh ya. -Aleeansyah Lucifer -Prilly Aleeta