Alee 14

1.7K 217 41
                                    

Nichol berjalan pelan memasuki area cafe ternama di Jakarta. Ia memakai jaket kulit mahal yang di berikan Caca beberapa bulan lalu. Ia pun duduk di sebuah bangku."Kenapa?"

"Gue denger-denger.. lo pindah ke Galaksi?" Seorang cowok tampan bertanya pada Nichol.

Nichol berdehem malas."Iya." Nichol balik menatap sang teman."Lo juga pasti udah denger kan soal perusahaan nyokap gue?"

Angkasa terkekeh."Dan lo percaya berita itu?" Ledek-nya tapi wajahnya sama sekali tidak lucu.

Nichol tersenyum sinis."Gue tau itu cuma akal-akalan Mommy buat ngasih kita pelajaran. Lagian, gue bisa buktiin ke Mommy kalo gue bisa hidup tanpa harta-nya." Nichol berkata yakin.

Angkasa menaikkan alisnya sebelah."Engh.. kalo lo sih gue masih bisa yakin sedikit, nah kalo Caca?"

"Itu dia masalahnya, gue suka gak tega liat dia gitu." Tutur Nichol jujur. Angkasa ini adalah teman kepercayaan Nichol dari dulu, karena Angkasa baru kembali dari New York maka ia juga baru bertemu Nichol hari ini.

Angkasa menimang sesuatu."Gue sih punya asrama buat lo tinggal.. punya nenek gue di Bandung. Tapi.. khusus buat cowok aja." Jelas Angkasa.

"Gak ah." Nichol menolaknya langsung.

"Gue udah tebak lo gak bakalan mau." Katanya lalu menatap keluar cafe."Tapi kan Nich, Caca bisa lo titipin ke gue." Lanjut cowok itu.

"Sekalipun lo sahabat gue, Gue gak bisa nitipin Caca sama lo." Jawab Nichol tajam karena ia sangat tahu kalau Angkasa ini naksir Caca.

Angkasa terkekeh."Yaelah.. masih aja sensi kalo masalah Caca, jangan gitulah bang.." Angkasa kembali meledek.

"Emak gue kagak pernah ngelahirin elo, jadi gue bukan abang lo!" Balas Nichol kesal lalu membuang muka-nya sewot.

Lagi-lagi Angkasa terkekeh."Tadi sih cuma penawaran.. eh tapi, kalo lo perlu sesuatu, bisa hubungin gue. Apalagi kalo lo udah ngerestuin gue sama adek lo." Canda Angkasa yang membuat Nichol ingin merauk wajahnya cowok ini.

°°°°

"Tatak.. Ceni udah cembuh!" Ceni berlari menubruk kaki Prilly dan memeluknya erat. Prilly terkaget dan langsung berjongkok balik memeluk Ceni.

Prilly mengusap lembut rambut Ceni."Iya sayang.. Ceni udah boleh nginap di rumah lagi." Ceni mengangguk antusias.

"Nanti dirumah, kalo ada nyamuk langsung di tepok ya.. biar Ceni gak cakit lagi." Terang Ali memberi nasihat.

Ceni mengangguk."Siap boshh!"

Ali tertawa lalu beralih menatap Prilly."Ta.. kayaknya kos kita perlu di vooging deh." Ali memberi saran."Pasti kan jentik-jentik nya masih ada!" Katanya menambahi.

Prilly mengangguk."Bener juga Li.. emm.. kita kasih tau ibu kos aja deh. Mana punya duit kita kalo datengin pihak puskesmas!" Terang Prilly.

"Emang bayar ya kalo datengin begituan?" Ali bertanya balik bingung.

Prilly mengangkat bahu-nya."Setau gue.. semua nya itu perlu biaya. Yok pulang!" Prilly pun menggendong Ceni keluar kamar rawat.

Sesampainya di kontrakan, Prilly melihat bahwa kontrakan Caca sedang ditutup, itu tandanya sang penghuni sedang keluar."Caca kemana ya Li?" Prilly bertanya.

"Gak tau. Sama Nichol kali!" Ali pun masuk ke dalam rumah bersama Ceni diikuti Prilly.

Ceni duduk di atas kasur mini milik Prilly."Lebih cuka dicini dalipada di yumah cakit." Terang bocah tersebut lucu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 22, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AleeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang