ALEE-5

1.7K 217 25
                                    

Prilly mempercepat langkah kaki-nya. Tangan-nya mendekap erat diri sendiri, Langit sudah mulai malam. Ia takut di gondol setan atau kuntilanak. Gak cuma itu, dia juga takut dimarahi Ali karena terlambat pulang. Selesai cuci baju, Bu Reta meminta Prilly agar mengajari anak-nya mengerjakan tugas rumah. Lumayan, upah-nya nambah. Prilly pun setuju, dua jam mengajari anak tersebut.

Tes tes.

Tangan gadis itu mengadah. Dua detik kemudian ia berdecak sebal,"Ujan lagi nih." Ia kemudian segera berlari mencari tempat berlindung--setelah itu baru pulang.

Hiks hiks..

Mata Prilly melotot. Bulu kuduk-nya merinding seketika."Duh duh suara apaan itu Ali.. Mampus gue," gumam-nya tak berani menengok kanan kiri.

Walaupun gak berani, Prilly tetap melawan rasa takut-nya. Beberapa meter dari-nya ada anak kecil--Tangan kanan-nya ia pakai memeluk boneka sedangkan tangan kiri nya membawa sebuah kantung plastik."Itu.. Hantu apa manusia ya?"

Perlahan Prilly mendekati anak tersebut. Hujan semakin deras, Prilly basah kuyup--anak itu juga."Dek, Kamu manusia kan? Bukan setan?" Tanya Prilly. Ia mengeret anak itu ke tempat semula ia berdiri. Rambut keduanya basah.

Hiks hiks..

"Kalo kamu hantu, Tolong jangan bunuh kakak ya. Kakak belum lulus SMA, belum sukses juga." Prilly bercanda dalam ucapan-nya. Tadi ia bisa memegang anak ini, jadi dia bukan hantu.

Anak perempuan tersebut menatap Prilly dengan mata sembab-nya,"Tatak.. atu laper." Katanya.

Untung saja Prilly tahu maksud dari ucapan anak tersebut. Prilly langsung cepat mengambil kantung yang anak itu pegang. Isi-nya satu lembar baju, satu lembar celana, dan uang lima ribu.

Prilly menebak usia anak ini baru tiga tahun lebih."Mama sama Papa kamu dimana dek? Biar kakak anter kamu kerumah," kata Prilly lembut.

Anak itu menangis lagi."Tatak.."

Prilly menengok kanan kiri. Ia tak melihat siapapun, Barangkali ada yang mencari anak-nya yang tersesat bukan? Yang Prilly lihat di jalanan hanya kesunyian. Gadis itu memutuskan mengendong anak perempuan tersebut dan membawanya pulang. Ia berencana akan melapor polisi besok.

Sesampainya dirumah ia melihat Ali yang sudah tidur diatas ranjang-nya. Prilly berjongkok menatap anak perempuan itu,"Eh kita belum kenalan kan? Nama kakak Prilly," Prilly mengecup pelan pipi anak tersebut.

Mata anak itu spechlees membalas tatapan Prilly. Mulutnya masih susah mengucapkan nama Prilly."Ly?" Gumam-nya polos.

Prilly meringis lucu,"Kalo susah manggil Prilly.. manggil Ily boleh, Leeta juga boleh." Prilly tersenyum ceria.

Mulut anak perempuan itu terbuka. Prilly mengangguk karena ia ingin mendengar anak ini memanggil namanya."Aper.." katanya lagi yang membuat Prilly menepuk jidatnya.

"Adek tunggu sini ya. Kakak masak dulu," Anak itu langsung duduk di tepi ranjang kamar Prilly dan Ali. Dan Ali masih tetap saja tidur belum sadar bahwa Prilly membawa anak perempuan.

Prilly kemudian berkutik dengan telur goreng-nya. Ia menambah irisan daun bawang pada telur goreng-nya. Tak butuh waktu lama, Masakan sudah jadi. Ia sudah menggoreng nasi juga telur.

AleeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang