Chapter 36; Unexpected Decision

5.5K 625 695
                                    

Senin pagi di Taeyang Group lain dari biasanya. Karena hari ini sang presider akan mengumumkan pewaris yang akan menggantikannya ketika pensiun, para karyawan akan dikumpulkan di aula jam sepuluh nanti. Pengumuman itu sudah tertunda nyaris satu bulan lamanya. Padahal, banyak para karyawan yang benar-benar menantikan di mana perang saudara di keluarga Min itu berakhir dan memunculkan pemenang.

Tidak ada awak media, ataupun rekan-rekan bisnis. Acara ini murni untuk keluarga Taeyang Group. Mim Seunghyun ingin karyawannyalah yang pertama kali mendengar pengumuman penting ini.

Yoongi merasa kondisi tubuhnya tidak begitu baik. Ia merasa lemas dan tidak nafsu makan. Mungkin terlalu gugup dengan pengumuman yang akan diadakan hari ini.

Ibu dan ayahnya sudah berada bersamanya di ruangannya. Mereka menuntut Yoongi untuk mengenalkan kekasihnya.

"Eomma sungguh gerah dengan kabar burung di luar sana Yoonie, mereka katakan putriku sudah berkencan namun aku tidak tahu siapa yang dikencani putriku" ujar Shinyi dengan nada mengomel. Suho menyetujuinya, ia bilang dalam beberapa pertemuan, dirinya ditanya tentang calon menantu, lebih ganas dari sebelum-sebelumnya.

"Kau tahu kan kami tidak akan permasalahkan apa pun"

Yoongi tahu. Orang tuanya bukan orang yang kolot, sungguh bersyukur ia akan hal itu. Shinyi dan Suho tidak mempedulikan rumor, meskipun gosip-gosip banyak berkeliaran dan mengganggu telinga mereka. Keduanya tidak akan percaya sebelum mendapatkan kebenaran yang hakiki. Namun tetap saja, ada bagian dalam dirinya yang merasa segan, bukannya apa, tapi Yoongi takut orang tuanya tak setuju karena Jimin jauh lebih muda darinya.

'Tok tok tok'

Pintu ruangan diketuk, lalu kepala Jeon Jungkook menyembul masuk dengan wajah ragu. Ia berkata tanpa suara pada Yoongi.

'Dia ada di sini'

"Dia siapa?" Yoongi balik bertanya tanpa suara. Namun Jungkook menghilang dan digantikan sosok pemuda dengan kemeja abu gelap. Yoongi membelalak karena ia tidak menyangka bahwa Jimin akan datang ke sini. Wanita itu yakin dirinya tidak mengirim pesan apa pun tentang keberadaan orang tuanya yang ingin bertemu dengan Jimin.

"Annyeonghasseyo" Jimin membungkuk sopan, dia tersenyum kemudian. Kali ini tulus meskipun tipis. Jimin sudah mulai bisa tersenyum lebih sering sekarang. Setidaknya, dia sudah tahu kapan saat harus tersenyum benar-benar tulus.

"Yoongi, ini kekasihmu?" Tanya Shinyi memastikan, Yoongi mengangguk ragu.

"Muda sekali" Shinyi terbengong melihat Jimin yang langsung bisa dikethauinya usianya lebih muda dari putrinya.

"Duduklah nak, kenalkan dirimu" Suho menyambut ramah dan meminta Jimin untuk duduk di samping Yoongi. Pemuda itu pun menurut masih dengan gaya sopannya. Yoongi merasa mual seketika, entah karena Jimin yang berubah jadi sopan atau karena perutnya terasa diaduk-aduk.

Yoongi bergumam ijin ke kamar mandi, lalu ia menghilang di balik pintu tertutup. Jimin mendengus dalam hati, ia berpikir wanita itu pasti sengaja melakukannya agar Jimin menghadapi situasi ini.

"Siapa namamu?"

"Saya Park Jimin, paman"

"Jangan panggil paman, panggil saja seperti Yoongi memanggilku. Dan nak Jimin usianya berapa?"

"Saya dua puluh empat abeonim"

"Aigoo dia masih muda sekali" Shinyi nampak tidak habis pikir bagaimana bisa putrinya yang kaku itu jatuh cinta pada pria yang lebih muda.

"Saya tidak masalah eommanim. Lagipula ibu saya juga lebih tua dari ayah saya meskipun perbedaanya hanya dua tahun" ujar Jimin sopan.

Lalu pembicaraan pun berlanjut. Suho menanyakan di mana keluarga Jimin, dan pemuda itu menjawab lugas jika keluarga besarnya berada di Busan. Ia tinggal sendiri di Seoul. Dengan agak tidak enak, Jimin mengatakan kalau keluarganya bukan dari kalangan atas seperti keluarga Yoongi.

Parallel Lines [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang