Chapter 12; The First Gaffe

5.2K 558 216
                                    

Sabtu malam yang menyebalkan untuk Jimin.

Coba tekankan.

Amat sangat begitu menyebalkan.

Rencananya buyar sudah, kaki kanannya yang diperban membuatnya tidak bisa berkencan dengan Merry di arena. Jimin tidak mau datang karena dia hanya akan kesal sendiri melihat orang lain bertanding sedangkan dirinya hanya menonton dengan kaki diperban yang menyedihkan.

Ugh, Jimin sebal, sungguh!

Dan ia hanya bisa berakhir di kelab malam.

Menyedihkan.

Jimin bahkan tidak tertarik para jalang dengan pakaian kekurangan bahan itu.

Jimin hanya duduk di meja bar, meneguk minuman beralkohol. Menggerutui musik yang memekakkan telinga dan menolak para wanita dengan kejam

Rambut klimis dan kacamatanya memang membuatnya terlihat culun. Tapi bung, tubuh atletisnya tidak bisa disembunyikan dari wanita yang haus belaian. Kemeja hitam yang dikenakannya terlalu ketat, terlalu membentuk dadanya yang bidang dan lengannya yang kekar. Tinggi Jimin mungkin terlalu standar, namun pikiran tentang hal itu akan sirna saat kau menatap matanya yang setajam elang.

"Kau baru di sini?" Si bartender yang akhirnya punya waktu luang setelah sibuk oleh pesanan pelanggan, bertanya pada Jimin yang sudah menghabiskan satu botol alkohol pertamanya.

"Begitulah. Aku bukan orang Seoul" Jimin berujar dengan cuek, sengaja berbicara dengan logat satoorinya yang kental.

"Busan, benar?"

"Seperti yang kau katakan" Jimin menggidikan bahunya dengan senyum miring yang tampan.

"Aku Minhyuk, dan kau?"

"Jimin"

Si bartender menganggukan kepalanya lalu menyodorkan segelas vodka. Jimin menaikan alis.

"Sebagai salam perkenalan"

Jimin mendengus lalu menghabiskannya dalam sekali teguk.

"Aku suka orang yang pandai minum. Kau tahu"

"Tentu saja, kau bisa mendapat lebih banyak uang karena orang sepertiku" dengus Jimin yang disambut tawa ringan dari Minhyuk.

"Begitu juga dengan wanita itu. Dia bukan orang yang suka minum, tapi dia sangat kuat minum" Minhyuk menggidikan dagunya pada sosok wanita yang berada di ujung meja bar, cukup jauh dengannya karena Jimin berada di ujung yang lainnya.

Jimin menyipitkan matanya.

"Mengenalnya?" Minhyuk bertanya.

"Kurasa dia direktur di perusahaan tempat kerjaku" Jimin berujar datar dan Minhyuk bergumam 'wow' dan sebaris pujian tentang wanita alpha yang sedang tren di jaman sekarang.

Jimin mengabaikan fakta bahwa Yoongi berada di satu tempat dengan dirinya. Tidak ada niatan untuk menghampiri, sedari tadi Jimin sudah menahan diri untuk tidak bergabung di lantai dansa karena kakinya yang masih nyeri. Meskipun Jimin benci berdesakan di antara kerumunan, namun dia berteman baik dengan tarian.

"Tidak berniat menghampirinya?" Minhyuk yang baru kembali setelah menangani pelanggan yang lainnya bertanya. Nampaknya ia mulai tertarik mengobrol lebih banyak dengan Jimin.

"Untuk apa?"

"Entah. Mengajaknya ke atas ranjang mungkin" Minhyuk berujar dengan ringan. Dan Jimin tidak kaget karena ini adalah tempat di mana kau bisa berkata vulgar dan berbuat asusila di setiap sudut tempat.

Minhyuk menopang tubuhnya dengan kedua tangannya di sisian meja. Memandang Jimin dengan seringai di bibir dan ucapan yang mengandung nada manipulatif.

Parallel Lines [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang