Chapter 3; Ferocious Woman

4.3K 565 76
                                    

Yoongi memasuki salah satu restoran Prancis di ibu kota dengan wajah datar yang menyimpan keengganan di dalamnya. Baginya, tidak etis makan siang di Restoran Perancis. Kenapa tidak makan malam saja?

Suasana restoran benar-benar sepi. Setahu Yoongi restoran Prancis biasanya buka saat sore hari. Dan saat jam makan siang begini apa yang bisa diharapkan? Hanya satu meja yang terisi. Yoongi meringis karena dirinya harus berhadapan dengan seorang pria berkebangsaan Prancis yang usianya lebih dari lima puluh tahun. Meskipun ini untuk urusan bisnis, namun tetap saja Yoongi kesal dengan fakta hanya berdua saja dengan seorang pria tua. Bukannya Yoongi melebih-lebihkan, hanya saja image rekan bisnisnya dari perusahaan konstruksi ini terkenal dengan sikapnya yang kurang sopan pada kaum perempuan, genit dan tidak sadar umur.

Yoongi benci sekali pria macam itu. Sumpah!

"Permisi"

"Ah, direktur Min, selamat siang"

"Selamat siang juga Mr. Elbert" Yoongi mengulas senyum profesionalnya meskipun dalam hati ia merengut parah.

Ia duduk di hadapan Mr. Elbert dan yang membuat Yoongi semakin kesal adalah di meja sudah ada hidangan yang artinya, pria tua di hadapannya memesankan makanan untuknya seenak jidat padahal belum tentu Yoongi menyukai makanan tersebut. Yoongi menghela napas pasrah, pada akhirnya. Ia harus tetap bersabar sampai makan siang ini selesai tanpa menimbulkan sesuatu yang kiranya akan membuat citra perusahaannya menurun, atau membuat hubungan dengan SK Contruction yang sudah berlangsung bertahun-tahun hancur begitu saja. Bisa berakhir dipenggal oleh kakeknya nanti.

Meskipun Yoongi benar-benar tidak menyukai hidangan yang dipesankan Mr. Elbert, ia memakannya dengan terpaksa. Setelah makanan utama selesai, pembicaraan bisnis dimulai sembari menunggu pelayan membawakan desert. Obrolan mengalir lancar seputar bisnis sampai Mr. Elbert mulai mengungkit hal-hal pribadi yang menjurus dan kurang pantas.

"Aku menunggu undangan pernikahan darimu, sebenarnya. Namun setelah bertahun nampaknya kau belum juga menemukan seseorang yang tepat"

Mr. Elbert termasuk kenalan dekat kakeknya. Saat Yoongi remaja pun, dirinya sudah kenal dengan pria tua itu. Namun kesan yang diberikan Mr. Elbert tidak pernah baik di mata Yoongi. Tutur kata pria itu kurang sopan untuk dikatakan pada Yoongi yang hanya sebagai relasi bisnis.

"Benarkah? Maaf kalau begitu, aku mengecewakan ya?" Yoongi menanggapinya dengan luar biasa tenang.

"Ahaha tenang saja. Wanita cantik sepertimu pasti tidak sulit bukan mendatangkan pria? Bahkan kau masih menarik untuk pria seumuranku"

Cih. Yoongi benar-benar menahan kekesalannya. Kenapa pria tua itu begitu percaya diri? Dan kenapa tidak katakan saja untuk 'pria tua' dan tidak menggantinya dengan 'seumuranku'?

Tentu saja Yoongi masih menarik untuk mata pria tua! Beda jika kondisinya dibalikkan. Mana tertarik Yoongi pada pria tua di hadapannya!

"Kalau kau benar-benar tidak menemukan yang cocok. Kurasa aku bisa membantu" senyuman genit itu benar-benar membuat Yoongi mual.

"Benarkah? Bantuan macam apa yang bisa anda lalukan?" Yoongi mencoba mengikuti alur pembicaraan yang menyebalkan ini.

"Tergantung apa yang kau butuhkan"

Astaga. Yoongi meringis melihat senyum menggoda yang nampak menggelikan itu. Sungguh tinggal menunggu waktu saja sampai kesabarannya habis.

"Kukira aku tidak membutuhkan hal macam itu" Yoongi berujar santai dengan senyum percaya diri.

"Aku bisa mengurusi sendiri kehidupan asmaraku. Anda tidak perlu khawatir, aku cukup populer di kalangan pria" Yoongi tersenyum miring dan membuat senyum Mr. Elbert lenyap.

Parallel Lines [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang