Chapter 34; The Truth (Un)Told

5.6K 575 593
                                    

Jimin merasa, mencintai seseorang bukan alasan untuk dirinya berubah. Setidaknya, tidak semua. Mencintai berarti melakukan hal yang tidak pernah dilakukan sebelumnya, bukan merubah diri.

Jimin mungkin mencintai Yoongi, namun ia masih bisa berbicara tajam pada wanita itu dan begitu pun Yoongi. Jimin masih tetap Park Jimin dan Yoongi akan tetap menjadi Min Yoongi. Berubah bukan kata yang tepat untuk mereka, Jimin tidak mau merubah dirinya untuk Yoongi dan dirinya tidak ingin Yoongi berubah meskipun itu untuknya.

Mereka hanya melakukan hal-hal yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya. Sekali lagi. Itu bukan berubah.

Yoongi mendadak merasa begitu kecil ketika Jimin seolah menelanjanginya dengan ucapan pemuda itu. Di sisi lain ia senang Jimin berpikir seperti itu namun sisi lainnya adalah takut bahwa pemuda itu bisa saja membencinya. Meskipun jika Jimin memang membencinya, semuanya akan lebih mudah. Karena hadapannya akan terhempas dan ketidakmungkinan akan mengakar kuat. Membuat keputusan Yoongi takkan berubah.

Tapi, kenyataannya Jimin tidak berkata kalau ia membenci Yoongi.

"Kau pasti sedang berpikiran buruk tentangku" decih Jimin membuat Yoongi tersentak. Pemuda itu meminum habis birnya lalu melangkah kembali mendekati Yoongi.

"Katakan padaku. Aku butuh alasan yang masuk akal agar bisa memaafkanmu"

"Aku tidak minta maaf"

"Kau bersalah"

Bibir Yoongi langsung terkatup rapat. Jimin tersenyum remeh.

"Kau pasti sudah berusaha sangat keras" katanya terdengar mengejek di telinga Yoongi. Wanita itu menatap Jimin tajam, namun Jimin membalas tak kalah tajam.

"Kau menjauh terlalu cepat"

Yoongi memandangnya tak mengerti. Merasa Jimin tiba-tiba langsung mengubah arah pembicaraan mereka.

"Seharusnya kau mendengar pembicaraan kami sampai usai"

Mata Yoongi melebar.

Jadi, Jimin tahu kalau dirinya mencuri dengar?

Pertanyaan bodoh!

Tentu saja pemuda itu tahu!

"Kau lupa siapa aku? Aku adalah pria yang bisa membuatmu bertekuk lutut. Maka aku bisa membuat pria tua itu juga melakukan hal yang sama"

.

"Aku tidak akan mau" Jimin berujar tegas.

"Aku tidak akan melakukannya kalau bukan Yoongi yang memintanya sendiri padaku" ujar Jimin lagi.

"Kau tidak bisa mendapatkan Yoongi kalau begitu" ujar Seunghyun tajam.

"Dari awal aku sudah memilikinya ketika dia jatuh cinta padaku, dan akan seperti itu jika tetap melakukannya. Lagipula, aku tidak begitu peduli siapa yang akan menjadi pewarismu. Aku sama sekali tidak berminat ikut campur" ujar Jimin lagi.

"Aku hanya menginginkan Yoongi, dan aku bisa mendapatkannya dengan atau tanpa restu darimu" tutup Jimin. Memberikan ultimatum jelas jika apa pun rencana Seunghyun untuk ke depannya. Hal itu tidak akan berpengaruh bagi Jimin.

Pemuda itu beranjak, lalu ia berkata dengan memunggungi Seunghyun.

"Ah iya. Aku tetap menagih janjimu untuk mengembalikan tempatku di Taeyang. Aku sama sekali tidak mau mencari pekerjaan baru" katanya lalu keluar meninggalkan Seunghyun sendirian dalam ruangan itu. Pria tua itu berdecih, entah harus merasa kesal atau senang karena Jimin benar-benar tulus mencintai cucunya tanpa embel-embel perusahaan.

Parallel Lines [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang