MAHESA

58 27 34
                                    

"Bagaimana ini!! Apa yang harus aku lakukan, sial!!" Kesal Shera karena ancaman sang nenek yang tengah terbaring di ruangan bercat putih berbau obat, di mana lagi jika bukan rumah sakit.

Flashback on

Seluruh keluarga tengah diam menatap wanita paruh baya yang tengah berbaring di ruang rawat inap, keluarga Shera berkumpul atas permintaan orang tertua di keluarga mereka oma Diana. Oma Diana adalah nenek tertua dari keluarga Diwangka ibu kandung dari ayah Shera, di karenakan sang oma satu satunya keluarga yang paling tua dan masih hidup seluruh keluarga  benar benar over protektiv pada wanita paruh baya itu.

"Cepat sembuh ma, kami semua menunggumu kembali di rumah. Anak-anak dan cucu-cucumu ingin kau segera sehat" ucap Reno anak tertua dari Diana dan berstatus sebagai Ayah Shera.

Reno adalah anak tertua dari Oma Diana, wanita itu memiliki tiga orang anak dan lima orang cucu. Shera adalah cucu pertama dari putra pertama Diana maka dari itu wanita yang menginjak 80thn tersebut benar-benar ingin sang cucu segera menikah.

Menurutnya wanita berumur 25thn sudah waktunya untuk menikah, ibu Reno ingin sang cucu tertuanya mau menerima perjodohan darinya.

"Biarkan aku pergi, dari pada cucu ku sendiri tak ingin menerima perjodohanku" tutur Diana dengan nada suara lemasnya.

Seakan menjadi bomerang bagi Shera bagaimana tidak kini seluruh keluarga besarnya menatapnya seakan berkata 'turuti saja permintaan Oma mu', wanita yang sedang pusing-pusingnya dengan kerjaannya itu kesal.

"Kumohon Oma, aku masih begitu muda apa oma ingin melihatku susah ketika berumah tangga?" Ucapan yang keluar dari bibir Shera malah semakin mendapatkan tatapan memaksa dari orang tua, om, tante, sepupu beserta saudaranya.

"Kau selalu membantah, apa kau ingin Oma benar-benar tiada?!" Balas Diana dengan cucu perempuan satu-satunya itu.

"Bukan begitu maks---"

"Trus maksudmu apa?! Oma beri waktu tiga hari jika kau memiliki kekasih perlihatkan segera, jika tidak  kau harus menerima perjodohan itu Shera"

"Terserah Oma, aku tak suka tempat ini lebih baik aku pergi"

Flashback off

                               ^^^^

Shera benar-benar menyesal karena telah menerima apa yang di katakan sang Oma, masih dengan kesal sesekali ia bergumam sendiri di salah satu cofe shop di depan gedung rumah sakit.

Sambil menunggu minuman miliknya tersajikan, ia melihat sekeliling sambil memikirkan hal yang tak masuk akal bahkan beberapa kali wanita cantik itu menggelengkan kepalanya.

'Apa aku mengajak salah satu pria di cofe ini untuk menikah? AH TIDAK MUNGKIN'

'Atau aku mengajak mantanku menikah?'

"Itu lebih baik aku sudah mengenal mereka, tetapi tiga dari mantanku dua di antaranya sudah memiliki pasangan dan tidak mungkin aku mengajak Anas aku putus dengannya kan karena dia ketahuan sering tidur dengan berbagai wanita" lagi lagi ia bergumam pelan bersamaan dengan batinnya yang tengah beradu.

Belum selesai ia memikirkan semuanya tiba-tiba sang pelayan datang membawakan minuman miliknya "permisi, ini caramel machiatonya nona"

Belom lama pelayan itu pergi kini berganti dengan seorang pria yang dengan jas rapihnya berdiri menatap Shera dengan sedikit senyum.

Mahesa pria dewasa berumur 28thn, lelaki berjas abu-abu itu adalah ceo dari perusahan yang berkembang sukses di indonesia. Saat ini ia tengah berdiri di hadapan Shera, karena seluruh bangku tengah full dan yang kosong hanyalah kursi di hadapan wanita itu.

"Boleh saya duduk disini?" Ucapan Mahesa membuat wanita berambut sebahu itu melihat seluruh ruangan tersebut yang tak ada lagi bangku kosong.

"Silahkan saja Om"  jawab Shera tanpa merasa bersalah ia mengatakan Mahesa adalah om, bahkan ia belum setua itu untuk di sebut om.

"Apa wajahku setua itu untuk kau sebut om?" Tanya Mahesa, lelaki itu sempat merasa geli sendiri di sebut sebagai om oleh seorang perempuan yang menurutnya tidak semuda para ponakannya.

Belum menjawab, Shera masih terus memikirkan bagaiman caranya ia mencari calon suami dalam waktu tiga hari. Bahkan wanita berumur 25thn itu berfikir andai saja Doraemon bisa membantunya, sayangnya ia bukan nobita dan tidak mungkin ia akan di bantu Doraemon karena tokoh itu hanyalah fiksi serial anak-anak.

"Permisi ini caramel machiatonya, tuan. Selamat menikmati" lagi-lagi pelayan datang membawa segelas minuman pesanan pelanggannya.

Lamunannya buyar seketika kala pelayan datang "maaf pesanan saya sudah ada, mas kayaknya sal--" belum selesai ucapannya seketika Mahesa memotongnya "maaf ia membawakan minuman ini untukku bukan untukmu" 

Lagi-lagi Shera terkejut bagaimana tidak ia lupa bahwa sedari tadi ada orang asing yang sedang duduk di hadapannya.

"Santai kali om, saya kan gak tau itu pesenan om lagian pesanannya mirip sama saya"

Jangan lupakan bahwa pelayan tadi sudah pergi meninggalkan mereka berdua yang mulai beradu percakapan, untuk kedua kalinya Mahesa kesal pada wanita di hadapannya yang memanggil dengan sebutan om.

"Sedari tadi saya dengar kamu manggil saya om, memang wajah saya terlihat seperti om kamu?!"

"LAH! Bukan mirip om saya tapi tampilan om kan keliatan lebih berumur dari saya, yah makanya saya bilang om biar lebih sopan"

"Apa pantas kamu manggil saya om? Sedangkan tampilan kamu seperti wanita dewasa"

Kedua orang tersebut membuat seluruh orang di cofe shop itu melirik mereka, bagaimana tidak keduanya benar-benar membuat para kaum hawa dan adam menyuci mata melihat kecantikan dan ketampanan mereka.

Mahesa kesal di buat wanita di hadapannya, ia sampai berfikir apa mungkin hanya karena dirinya tidak mengurus diri dua minggu ini sebab kerjaan yang menumpuk malah membuatnya terlihat lebih tua dengan wajah yang di penuhi dengan jambang yang belum di cukurnya.

Tetapi jika melirik sekali lagi penampilan wanita itu cukup membuat Mahesa tertarik, ia layak seperti perempuan dewasa yang sudah cukup untuk menikah. Penampilannya juga seperti seorang yang sudah memiliki karir yang matang.

Saat ini Shera sedang menggunakan pakaian yang sedikit lebih formal dari hari-hari biasanya, karena sebelum dirinya pergi bertemu Oma Diana ia menghadari pertemuan dengan kliennya.

"Umur saya masih muda yah penampilan ini hanya karena ada sedikit urusan, lagian menurutku kamu lebih tua dariku"

"Astaga wanita ini, terserahmu lah. Kita belum kenalan siapa namamu?"

"Shera, kau?"

"Mahesa"

Awal perkenalan mereka membuat kedua orang itu semakin melanjutkan berbagai pembicaraan tanpa henti semakin nyambung, bahkan hingga membicarakan permasalahan yang tengah di alami Shera pun lelaki itu kini mengetahuinya.

"Tidak masuk akal, menurutku kau terima saja perjodohan itu dari pada mencari calon suami dalam waktu tiga hari" penuturan Mahesa cukup masuk akal bagi otaknya akan tetapi tidak untuk wanita di hadapannya.

"Enak saj--"

Selamat membaca cerita pertamaku, semoga kalian suka.

Jangan lupa vote, comment dan share ke teman kalian yah:v

Ps : jika menemukan typo atau kesalahan apapun, comment yah. Saran dari kalian itu pembelajaran baru.

Because Of Grandma!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang