Di saat Mahesa masuk kedalm toilet yang berasa di ruangan itu, tiba-tiba ada seorang pria datang memasuki ruang rawat ini Shera. Wanita cantik itu kini dalam posisi berbaring mengarahkan pandangan kearah pintu.
Vincen pria yang paling tak suka melihat kebahagiaan Mahesa, lelaki itu masuk kedalam ruangan Shera sambil tersenyum licik. Vincen menatap Shera yang kini mencoba bangun dengan suara biasa wanita tersebut bertanya, sayangnya ucapannya terhenti di saat vincen bertanya di mana Mahesa.
"Kamu siap--"
"Di mana Mahesa?" Ucapan pria yang begitu jelas keturunan jepang.
"Dia sedang di toilet, kamu siapa? Temannya?" Dengan cepat Vincen menahan gagang pintu toilet itu dengan sebuah pisau tajam, di tambah lagi pria itu menyuruh dua orang anak buahnya menjaga pintu toilet dan juga pintu depan ruangan milik Shera.
Situasi yang semula biasa saja kini berubah menjadi tegang, Shera yang sedang berada di atas kasur merapatkan duduknya mencoba memikirkan apa yang harus di lakukannya. Sedangkan ia melihat pria yang tak di kenalinya itu memegang sebuah pistol dan berjalan mendekatinya.
Di lain tempat Mahesa mencoba membuka pintu toilet dengan pelan akan tetapi pintu itu tak terbuka, sekali lagi ia mencoba tak berhasil hingga ia memutuskan mencoba bertanya di balik toilet sambil mengetuk pintu.
"Shera, pintunya kenapa gak bisa di buka?!" Dengan nada suara yang sedikit lebih kencang dari biasanya, sayangnya tak ada jawaban dari wanitanya itu.
Bukan jawaban yang ia dapat tetapi Mahesa hanya mendengar suara dua orang berbicara, namun pria itu tak dapat jelas mendengarnya.
Di lain tempat Vincen yang mendengar suara dari balik pintu toilet, mengarahkan pistol tepat di kepala Shera sambil menarik rambut wanita itu dengan kencang. Shera meringis kesakitan, jantungnya kini berdetak kencang karena ketakutan.
Wanita cantik itu bukan tak ingin berteriak meminta tolong pada Mahesa atau siapapun tetapi ia di ancam oleh pria yang sedari tadi menodongkan pistol kearahnya.
"Apa maumu? Aku tidak mengenalmu ini benar-benar sakit.." ucap lirih Shera yang terus menahan sakit karena rambutnya yang di tarik.
"Buka pintunya" perintah Vincen pada anak buahnya yang sedari tadi menjaga pintu toilet yang di tempati Mahesa, tetapi belum sempat pria berotot itu menuruti perinta sang boss tiba-tiba saja pintu tersebut terbuka dengan tarikkan keras oleh Mahesa.
Kini raut wajah Mahesa begitu nampak jelas di penuhi aura ke marahan ketika di dapatinya, vincen. Pria keturunan campuran itu tersenyum meremehkan sambil menarik rambut Shera dan mengarahkan pistol tepat di kepala wanita itu.
'Apa lagi yang dia inginkan!'
Lagi lagi kehidupannya terganggu oleh vincen, hidupnya tak begitu tenang ketika masalah itu melewati kehidupannya.
"Lepaskan!" Kata Mahesa dengan nada suara yang begitu jelas tersulut emosi karena melihat perbuatan Vincen.
"Kau pikir aku bawahanmu? yang akan menuruti seluruh perintah yang kau katakan! Haha.." sambil menaikkan sebelah alisnya pria keturunan jepang itu melanjutkan ucapannya "jadi siapa wanita ini? Cantik. Kau pintar memilih wanita kira-kira berapa harga untuk membelinya?"
"Singkirkan kedua tangan kotormu darinya! KAU PIKIR DIA WANITA MURAHAN YANG SERING KAU BELI! Lepas atau aku tidak segan untuk menghubungi security disini?!"
"Bodoh! Kau pikir ancamanmu ak--"
"Kau lebih bodoh, jangan lupakan rumah sakit ini adalah milikku. Sekali kau tertangkap ku pastikan bangkit untuk berjalan pun kau tidak akan bisa" ucap Mahesa dengan pasti sambil memegang handphone miliknya.
^^^
Oma Diana kini tersenyum dengan rencananya yang berhasil membuat cucu kesayanganya segera mencari pasangan, di kamar besar miliknya wanita tua itu memandang foto almarhum suami tercinta.
Waktu yang menunjukkan jam 12 siang membuat ketukkan pintu tepat di kamar milik Oma Diana, ia sudah pastikan bahwa seseorang yang mengetuk itu adalah pengasuhnya.
"Oma, boleh saya masuk?" Kata Siti pengasuh yang sudah di percaya oleh keluarga Diwangka sejak tiga tahun belakangan ini semenjak wanita tua itu sering jatuh sakit.
"Masuklah" jawab singkat Oma Diana.
"Waktunya Oma berangkat ke rumah sakit, untuk menjenguk Nona Shera"
Dengan segera kursi roda wanita itupun di dorong perlahan menuju ke mobil yang sudah siap untuk berangkat menuju rumah sakit, Oma Diana kemarin pulang setelah keluarga Mahesa meninggalkan rumah sakit.
Karena kesehatannya dan fisik yang sudah tak sama dengan dulu ia di mintah oleh anak-anaknya untuk tak menginap di rumah sakit dan membiarkan ia pulang ke mansion bersama menantunya yaitu ibunda dari Shera.
Seluruh keluarganya pun benar benar sibuk ia teringat akan sang cucu Shera yang tak ada siapapun yang menemani, akhirnya ia menyuruh siti untuk menghubungi sang putra memberi tahukan bahwa ia akan menjenguk Shera.
^^^
Kini ruang rawat Shera tak ada lagi Vincen, pria itu sudah pergi sejak ancaman Mahesa yang tak segan menghubungi pihak keamanan di rumah sakit tersebut.
Vincen sebenarnya berani saja melakukan apapun sayangnya ia lupa memilih situasi dan lupa bahwa rumah sakit tempat Shera di rawat adalah milik Mahesa, seharusnya ia mencari tempat yang sedikitpun tak terjangkau oleh orang-orang Mahesa.
Mahesa yang kini baru saja masuk kembali keruangan Shera sehabis memarahi kepala keamanan Rs. Sehat. Wanita berambut sebahu yang nampak pucat dengan mata yang sembab menatapnya dengan raut wajah tak karuan.
Karena kejadian tadi Shera tak berani sendiri di ruangan itu bahkan Mahesa mendapati wanita cantik tersebut di temani salah satu perawat disana, namun ketika pria tampan itu datang perawat yang di ketahui Shera bernama Dinda pamit untuk meninggalkan ruangan tersebut.
Mahesa menghampiri Shera yang belum nampak tenang, bahkan wajah yang awalnya sudah nampak lebih baik kini begitu pucat.
"Maafkan aku Shera" kata Mahesa sambil memegang tangan putih yang begitu dingin dengan sedikit berkeringat.
Shera tak begitu cepat merespon ucapan Mahesa tangan miliknya yang di pegang dengan lembut oleh Mahesa dengan cepat ia lepaskan dan beralih memeluk tubuh pria itu dengan cepat, rasa takut begitu terasa oleh Mahesa ketika Shera memeluknya dengan erat.
"Aa--aku ingin pulang Mahesa," ucap Shera dengan nada ketakutan, pelukannya semakin erat bahkan wajahnya pun ia sembunyikan tepat di dada Mahesa sambil memejam erat matanya "bawa aku kke-luar dari tempat ini."
"Calm down honey! Aku di sini, jangan takut okey" balas Mahesa meyakinkan sambil mencium pucuk kepala Shera tulus.
Tanpa melepaskan pelukkan Shera, Mahesa masih tetap setia mengelus rambut wanita itu ia berpikir tak akan melepaskan pelukkan Shera sebelum wanita cantik tersebut melepaskan pelukkannya sendiri.
Tak berlangsung lama suara isakkan berubah menjadi deruh nafas yang begitu teratur, Shera tertidur. Wanita itu terlelap dengan posisi duduk sambil memeluk Mahesa.
Dengan baik Mahesa membaringkan tubuh Shera hati-hati, ia takut wanita tersebut akan terbangun karena perilaku pria itu. Sambil kembali mengecup dahi Shera kembali tiba tiba saja Oma Diana datang dan mengejutkannya.
"Apa kau mencintai Shera?" Kata Diana di saat mendapati Mahesa tengah mengecup pucuk kepala Shera dengan begitu dalam.
Mahesa yang terkejut dengan cepat melepaskan kecupannya dan mencari sumber suara itu, dahinya berkerut karena pertanyaan yang di berikan oleh Diana.
"Maksud Oma? Maaf, saya kurang begitu jelas mend--" ucapan Mahesa terputus oleh perkataan Oma Diana.
"Siapa namamu? Saya lebih tua dari kau anak muda tapi apa kau tuli? Saya bertanya apa kau mencintai Shera?"
"Mahesa, Say--"
Selamat membaca cerita pertamaku, semoga kalian suka.
Jangan lupa vote, comment dan share ke teman kalian yah:v
Ps : jika menemukan typo atau kesalahan apapun, comment yah. Saran dari kalian itu pembelajaran baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Of Grandma!
RomanceTanpa Shera sadari perkataan Omanya membuat hidupnya berjalan tak semestinya hingga dirinya pun melakukan hal yang tidak pernah di lakukan sebelumnya. Hidup Mahesa yang setiap saat berhubungan tentang pekerjaan dalam waktu tiga hari berubah seketika...