Khawatir & Setuju

16 3 4
                                    

"APA MAKSUDMU! DIA JUGA TAK SADARKAN DIRI CEPAT KEMBALI PULANG AKU YANG AKAN MENGURUS KELUARGANYA!! KAU TIDAK  KHAWATIR DENGAN KESELAMATANNYA HAH!!!" marah? Ia. Mahesa sungguh kesal di buat lelaki berseragam hitam itu siapa lagi kalo bukan supir pribadi milik Shera.

Dengan cepat Mahesa membawa tubuh Shera masuk ke dalam mobil miliknya, tanpa memikirkan pria yang terlihat lebih muda darinya itu menahan terus menerus.

Tanpa pikir panjang pria tampan itu melajukan mobilnya dan meninggalkan supir pribadi milik Shera kebingungan.

^^^^

Keluarga Shera terkejut dengan kabar yang di bawah oleh supir Shera, bahwa wanita itu pingsan dan di bawa pergi orang tak di kenal. Berita itupun sukses membuat Halim supir Shera mendapatkan tonjokkan dari Dean adik kandung Shera.

Oma Diana yang mendegar berita itupun sunggu marah besar hingga putra pertamanya di marahinya, bagaimana tidak Shera adalah cucu perempuan satu-satunya dan tidak ada yang bisa menggantikannya.

Di lain tempat, pemilik Mansion besar di dominasi warna putih dan coklat tersebut mendapat telepon dari Putranya.

Satyo mengerutkan dahinya, ini sangat langkah. Putra satu-satunya itu menghubunginya, biasanya Mahesa hanya menelpon sang ibu dan menyuruh Hesti mengabarinya. Tetapi kali ini Mahesa menghubunginya dan membuat tanda tanya besar di kepala pria tua itu dengan segera di angkatnya telpon sang anak.

"Selam--" belum sempat Satyo menyapa sang anak di balik telpon, ucapannya terhenti karena perkataan Mahesa.

"Maaf memotong ucapanmu pa, aku sekarang berada di rumah sakit milik kita tolong hubungi keluarga om Reno Diwangka kalo anaknya pingsan" jelas panjang lebar Mahesa dengan nada cemas sedangkan Satyo masih tetap bingung, ini hal yang aneh ia belum pernah mendengar nada suara Mahesa sekhawatir itu terkecuali ada masalah tentang sang ibu. Tetapi kini kepanikan itu di tunjukkan kepada wanita lain.

"Ap--"  untuk kedua kalinya perkataan Satyo lagi-lagi terputus.

"Aku mohon pa segera menghubunginya" ucap Mahesa lalu mematikan telpon tersebut.

Sedangkan tingkah sang putra membuat ia terkejut untuk kesekian kalinya, dengan segera mungkin pria menginjak umur 59thn itu menelpon sahabatnya yaitu Reno.

Sedangkan Mahesa kini berjalan tak tentu karena khawatir, pria itu pusing belum selesai satu masalah kini masalah baru lagi yang datang. Pikirnya apa yang terjadi dengan wanita itu, bagaimana bisa dia pingsan padahal sedari tadi pagi hingga acara malam Shera terlihat biasa saja.

Keluarnya Dokter dari ruangan Shera membuat Mahesa segera menanyakan keadaan wanita tersebut, apa yang terjadi semuanya butuh jawaban.

"Bagaimana keadaan Shera dok? Apa yang terjadi, kenapa dia bisa pingsan? Padahal pagi tadi dan malam pun ia terlihat biasa-biasa saja" tanya Mahesa dengan berbagai pertanyaan yang membuat dokter pribadi keluarganya itu tertawa pelan.

Ya, Mahesa membawa Shera kepada Dokter Paul. Dokter pribadi keluarga Rendrawan, Dokter paul sudah sangat lama mengenal keluarganya.

"Tenang, Mahesa. dia tidak kenapa-kenapa"

"Dari mananya tidak apa-apa?! Dia bisa pingsan seperti itu, lakukan apapun hingga dia bisa sadar secepatnya"

"Hahaha... baru kali ini saya melihatmu sepanik ini terkecuali saat ibumu pernah pingsan karena jatuh di toilet" ujar dokter itu karena Mahesa begitu panik "dia hanya kelelahan, kurasa pacarmu itu memiliki riwayat penyakit maag. Dia sudah sadar dan ternyata ia baru makan pagi tadi" tambah Dokter Paul dengan pasti pada pria muda di hadapannya.

"Yasudah aku masuk dulu kalau begitu dok" jawab singkat Mahesa tanpa mengintrupsi bahwa Shera bukan kekakasihnya.

Masuknya di ruangan putih berbau obat, dilihatnya wanita yang sedari tadi di cemaskannya tengah terbaring lemas dengan impus yang berada di tangan kanannya.

Shera kini memegang handphone miliknya dengan begitu lemas, dirinya begitu kaget kenapa bisa sampai di tempat yang paling di bencinya itu. Apa lagi kalau bukan Rumah sakit belum sempat ia mencoba menghubungi seseorang hp miliknya segera mungkin di ambil Mahesa dengan cepat.

"Kau sedang sakit, kenapa masih memikirkan memegang hp?! Seharusnya kamu tau punya riwayat penyakit maag, kenapa gak makan! Kenapa hanya makan pagi saja Shera?! Itu berarti kamu hanya makan di saat pagi ketika bersamaku."

"Aku sibuk Mahesa, sampai lupa kalau sebenarnya aku belum makan"

"Jangan memberi alasan, tidak ada orang yang lupa makan lebih tepatnya orang itu malas makan! Untung aku berada di sana saat kamu pingsan bagaimana kalau tid--"

Belum selesai Mahesa menasehati Shera ucapannya terpotong oleh beberapa orang yang datang, ya. Kini keluarga Shera datang bertepatan datangnya orang tua Mahesa.

Oma Diana mengerutkan dahi ketika melihat pria muda itu menasehati cucunya dengan nada yang benar-benar marah bercampur khawatir, sedangkan Reno tersenyum karena putri satu-satunya segera di bawa kerumah sakit oleh anak dari sahabatnya sendiri.

Jangan tanyakan apa reaksi orang tua Mahesa, karena kali ini Satyo dibuat terkejut lagi. Karena sang putra menasehati putri sahabatnya seperti takut akan kehilangan. Dengan segera lelaki tua itu membuka suaranya.

"Baru kali ini aku melihatmu sangat khawatir dengan seorang wanita, Mahesa" kata Satyo sambil menunjukkan wajah menggoda.

"Terimakasih sudah membawa putriku kerumah sakit, lain kali kau simpan nomer hp om di hpmu agar tidak menelpon lewat perantara ayahmu" ucap Reno sambil tersenyum ramah pada putra sahabatnya.

"Apakah kita akan berbesanan? Wah aku benar-benar akan setuju" saut Liliana ibunda Shera sambil tersenyum kepada semua orang di ruangan itu.

"Jika itu benar aku akan sangat bahagia Lili" balas Hesti kegirangan.

Sedangkan Shera dan Mahesa kini kebingungan sambil saling menatap satu sama lain, perasaan mereka tidak melakukan apa-apa lantas mengapa  kedua ibu mereka sangat senang.

Sedangkan Oma Diana berbanding terbalik dengan reaksi orang-orang di ruangan itu yang kegirangan, wanita tua tersebut malah menanyakan hal yang menurutnya belum pasti hingga membuat ruangan itu menjadi sedikit tak nyaman.

"apa itu benar Shera? Jadi putra Satyo adalah kekasihmu oma benar-benar terkejut, Oma pikir kau tak akan di sukai pria karena kecerewetanmu" jelas Oma Diana dengan wajah meledek.

Mahesa yang mendengar ucapan Oma Diana sedikit kesal, ini pertama kalinya ia bertemu dengan Oma Diana yang sebelumnya hanya di ketahuinya dari cerita Shera.

Keluarga Shera lagi-lagi menarik napas karena kelakuan Oma Diana yang begitu suka meledek Shera dengan nada yang mungkin jika orang baru mendengarkan akan terdengar sangat serius dan ia akan terlihat menjadi wanita tua yang jahat terhadap cucu sendiri.

Menurut Mahesa baru kali ini ia bertemu dengan nenek seperti itu, biasanya seorang nenek akan benar-benar senang namun kali ini berbeda karena pedasnya ucapan Oma Diana.

"Sudahlah Oma... aku tidak memiliki hubungan apapun, mungkin aku akan menyerah" ucap Shera dengan nada yang masih lemas karena baru saja sadar.

"Apa yang kamu pikirkan Shera?! Kita belum sampai tig--"

Selamat membaca cerita pertamaku, semoga kalian suka.

Jangan lupa vote, comment dan share ke teman kalian yah:v

Ps : jika menekuan typo atau kesalahan apapun, comment yah. Saran dari kalian itu pembelajaran baru.

Because Of Grandma!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang