empat

3.6K 337 0
                                    

Sepanjang minggu-minggu tarakhir saat masa season hampir usai, Alice melewati kegiatannya dengan berjalan-jalan di seputar hyde park. Sesekali ia menemani mama dan adiknya Olivia, berbelanja di pusat kota London. Minggu depan ia akan mulai tinggal di Camden Manor, untuk membantu mengurus estat papa yang terletak di daerah  pedesaan.

Semenjak papa sakit, Alice lah yang membantu mengurus keuangan dan pembukuan aset keluarganya. Anthony, adik laki-laki Alice yang merupakan  pewaris Earl of Camden, baru berusia duabelas tahun sehingga belum cukup umur untuk dilimpahi seluruh tanggung jawab yang begitu besar.

Hari ini tepatnya adalah hari minggu. Hari dimana Alice akan mengunjungi pesta yang digelar di kediaman Lord Brydon.
Sudah satu jam Alice mencari seseorang yang tempo hari menyatakan keseriusan ingin menikahinya. Namun James tak nampak di manapun matanya memandang."Mungkin dia memang tidak bermaksud menghadiri pesta ini,"desah Alice pelan. Ada sedikit rasa kehilangan ketika James ,yang biasanya menyempatkan diri mengajaknya berdansa dalam setiap pesta yang kebetulan mereka kunjungi bersama,kali ini tidak bisa ia temukan.

Setiap kali mendatangi acara pesta,saat sudah merasa jenuh Alice akan lebih memilih untuk bisa menyendiri. Ia tahu hal itu sangat riskan. Sehingga ia akan mendapat teguran keras dari mama. Namun,ia cukup pintar untuk bermain cantik sehingga kerap kali lolos dari pengawasan Lady Camden yang sibuk menyapa teman-temannya.

Alice sengaja melipir kemudian menyepi di sudut ruangan.Kadang ia menyendiri di balkon, atau pun di kursi taman milik tuan rumah yang ia kunjungi. Bahkan pernah karena ia terlalu jemu,hanya menghabiskan sisa malam di salah satu perpustakaaan milik tuan rumah.

Seperti malam ini,di rumah Lord Brydon. Dengan alasan sakit kepala ia minta ijin kepada mama untuk beristirahat sejenak. Alice duduk di sudut perpustakaan yang  temaram,di salah satu kursi di belakang sebuah meja tulis besar. Sepuluh menit dia memijit kakinya yang nampak pegal,hingga terdengar olehnya pintu yang dibuka perlahan."Sstt..jangaan disini ,aq tidak mau ada yang melihat",seru sebuah suara bariton seorang pria. Alice yang terkesiap dengan spontan menyurukkan kepalanya di bawah meja tulis dan bersembunyi di sana."Hmm..aku tahu di sini aman,sayang. Aku sudah menantikan saat ini. Kau tentu bersedia bukan,aku tahu minggu lalu kau sudah putus dengan Lady Ashley,"seru si wanita sambil terkikik pelan."Huh..aku benci bagaimana mereka bisa tahu beritanya dengan secepat itu",erang suara si pria.

Alice menggigil di bawah meja ketika kedua orang itu kian mendekat. Untung baginya malam itu bulan tak bersinar,sehingga cahaya lilin yang redup dapat menyamarkan warna gaunnya saat itu yang berwarna putih gading lembut.

Tanpa mengintip pun ia bisa mendengar desahan kedua insan yang sedang berciuman dengan panas."Cambangmu membuatku geli sayang,kau tidak mencukurnya dengan benar,ehhmm",rintih si wanita."Hmm..diamlah manis",sela si pria nampak tak sabar. Alice ingin memekik ketika kedua orang itu saling berpelukan di sofa yang jauhnya hanya sepuluh meter dari tempatnya bersembunyi di bawah meja tulis.

Alice hanya bisa melotot di dalam gelap,sembari membekap kuat mulutnya. Tiba-tiba cumbuan panas itu terhenti saat jam berdentang sebelas kali. "Oh,maafkan aku..bibiku ingin aku mengantarnya pulang  lebih awal hari ini". Sang wanita tampak kecewa,"Sebentar lagi sajaa sayang. Apa kau tega padaku,aku sudah seperti bunga yang layu dalam genggaman pak tua itu",bujuk si wanita. "Besok manis, kau bisa temui aku di The Willow pukul tiga sore",jawab si pria dengan suara serak. Meski tampak enggan,tangan si pria segera menarik si wanita untuk berdiri dan merapikan gaun.Merekapun dengan hati-hati keluar dari pintu perpustakaan itu.

Sembari menenangkan degup jantungnya,Alice menyadari satu hal,sesuatu di antara kedua pahanya terasa lembab. Alice terlalu polos untuk mengerti apa yang terjadi pada dirinya. Setelah berhitung sampai seratus, Ia pun berlari menuju pintu dengan tergesa. Ia tahu satu hal,mama akan marah besar padanya karena telah menghilang dari keramaian pesta.

Saat ia sudah kembali ke tengah keramaian pesta,untuk sejenak dirinya hanya mematung hampir selama semenit penuh.Dia melihat gaun warna kuning terang yang begitu mencolok. Gaun yang sama dengan yang dipakai oleh wanita yang bercumbu dengan pria di perpustakaan tadi. Pencahayaan di ruang perpustakaan malam ini sangatlah kurang, sehingga ia tak dapat melihat dengan jelas wajah mereka. Namun tidak dengan di ruang pesta ini yang terang benderang, Alice dapat dengan jelas melihat wajah wanita itu.

Untuk sesaat Alice merasa kepalanya pening. Wanita bergaun kuning terang itu ia kenali sebagai  istri salah seorang Earl, yang juga kawan baik papanya.
Wanita itu tentu saja masih muda dan cantik,ia merupakan istri kedua dari seorang Earl tua yang kaya raya. Setelah istri earl tua itu meninggal,ia  mendapatkan istri muda yang usianya hanya terpaut tiga tahun di atas Alice.

Sedangkan sosok yang ia duga kuat adalah si pria di perpustakaan tadi, kini nampaknya sedang menebarkan pesona pada wanita lain. Oh, lihat saja wajah gadis debutan yang ia ajak bicara itu, pipinya sudah merona semerah tomat. Meski Alice juga termasuk gadis debutan, namun ia malah merutuki betapa konyolnya tingkah Lady berambut merah itu.

Alice yang polos merasa dunia di sekelilingnya berputar-putar. Ia memutuskan lebih baik segera pulang lebih awal,ia sudah cukup muak dengan acara pesta yang ia sadari ternyata penuh dengan berbagai hal yang mengejutkan jiwa murninya.

Dalam perjalanan pulang ke rumah,di dalam kereta kuda tiba-tiba saja tanpa diduga ia begitu merindukan sosok James. Dan Alice merasa hatinya terasa menghangat mengingat betapa manis cara James melamarnya malam itu. ALice akhirnya memutuskan, bahwa James mungkin adalah pria yang tepat untuknya. Oh,rasanya Alice sudah tidak sabar menantikan kunjungan James pada hari Selasa besok.

"Mama, hari Selasa besok James akan berkunjung ke rumah kita",ujar Alice kepada Lady Camden."Benarkah begitu nak,mama tak melihat James dan ibunya di pesta tadi",balas lady Camden dengan terkejut."Iya ma,dia mengatakannya sewaktu pesta di rumah Lady avery",jawab Alice."Apakah dia sudah mengajukan lamaran padamu sayang?",tanya mama dengan mata berbinar. Alice hanya mengangguk. Mama hanya tersenyum sambil meremas tanganku, dan dapat kulihat dua bulir airmata mulai jatuh di pipi mama. Dan aku tahu,aku sudah tak dapat mundur lagi. Aku tidak mungkin menghancurkan harapan orang-orang yang kusayangi dan menyayangiku seumur hidupku.

My LADY, ALICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang