tujuh

3.1K 299 5
                                    


Haii... udah update lagii

Gak nyangka cerita ini bisa dapet peringkat 1 di #hisrom selama beberapa hari terakhir ini (awal2 maret 2019)
Ditunggu selalu vote dan komentnya yaa..makasih buat supportnya ^_^
.
.
.
"Apa yang sedang kau tulis ,my Lady?",tanya James setengah berbisik di telinga Alice.James tiba-tiba saja sudah menempatkan kepalanya disamping telinga Alice. Alice yang terkejut cepat-cepat menutup buku hariannya.

"Umm..bukan apa-apa. Ini..hanya sebuah...buku, oh..eumm... jurnal harian",jawab Alice dengan panik sembari merapikan bukunya dari atas meja tulis kecil yang terdapat di kamar penginapan itu. Alice begitu terkejut karena mendapati James  tiba-tiba sudah berdiri di sampingnya.

"Mengapa kau tidak mengetuk pintu terlebih dahulu?",tanya Alice dengan mulut mengerucut karena kesal. James lalu terbahak,"Aku bukan pelayanmu my lady, jadi untuk apa harus mengetuk pintu?",elak James sambil tersenyum miring.

Lalu tanpa diduga tangan James merapikan beberapa helai rambut Alice yang keluar dari gelungannya. Perlakuan James itu menimbulkan sensasi baru bagi Alice, campuran antara rasa kaget dan juga merinding.

Alice lalu mengerjapkan mata beberapa kali dan menggigiti bibirnya agar tidak mengeluarkan bunyi desahan yang menurutnya itu sangatlah tidak sopan.

Tiba-tiba tanpa diduga, James yang ada di sampingnya telah mendaratkan ciuman di pipi kanannya. Rasanya begitu pelan tapi menggelitik. Perutnya terasa terpilin seperti ada puluhan kupu-kupu yang  beterbangan di dalam sana.

Alice pun terengah ketika mendapati James tengah menggeser bibir mendekati bibirnya. Kemudian,suaminya itu kini mencium bibirnya dengan begitu pelan dan lembut. Alice tidak berani membuka matanya dan hanya pasrah sembari menikmati perlakuan James terhadapnya.

Tangan James kini tengah menariknya hingga kini mereka berdiri saling berhadapan. "Kiss me,my Lady,Alice..please",pinta James dengan sorot mata menggelap. Alice dengan linglung mencoba memahami apa maksud perkataan James. Tanpa diduga tangan James tengah menangkup kedua pipinya dan membawa bibir mereka berdekatan. Alice yang kebingungan mengumpulkan segenap kekuatan untuk memenuhi keinginan James.
.
.
.
Selama setengah menit penuh bibir mereka saling berpagut,mencecap rasa. Alice mencoba belajar banyak dari pengalaman ciuman pertamanya ini. Keduanya saling menatap dengan terengah-engah. Rona merah pun mulai merambat dan menjalari pipi Alice.

"Alice...terimakasih",ujar James dengan suara parau. Alice yang terkejut dengan ucapan James hanya mampu menjawab dengan terbata-bata "Te..Terimakasih?untuk.. apa James?".

"Karena kau telah menerimaku sebagai.. suamimu",jawab James setengah berbisik. Alice hanya terdiam,namun ia berhasil menganggukkan kepala sebagai jawaban.

"Biarkan aku menggendongmu",pinta James kemudian. Alice tidak sempat menjawab karena James dengan sigap telah menggendongnya menuju peraduan.

"Tidurlah,aku tahu kau letih.Kita masih harus melalui perjalanan yang panjang",ucap James disertai kecupan lembut di kening.
Alice membalas perlakuan James dengan sebuah sapuan tangan di lengan suaminya. "Tidak apa-apa James. Aku baik-baik saja",balas Alice.

"Kau akan tidur dimana?",tanya Alice kemudian."Tentu saja di sampingmu my Lady,dimana lagi?" jawab James sambil mengendikkan bahu dan melemparkan senyuman jahil.
Alice hanya melotot mendengar jawaban James.

"James...ibuku sudah berpesan padaku untuk mengenakan gaun khusus pada malam pertama aku tidur denganmu. Haruskah aku memakainya sekarang?"tanya Alice bimbang dan takut-takut.

"Terserah padamu saja my Lady",jawab James sambil tersenyum. "Tap..tapi baju itu sungguh tidak pantas dipakai,dan sungguh memalukan! Kainnya sangat tipis dan banyak lubang di sana sini. Baju macam apa itu?! Aku merasa seperti tidak memakai baju saja!",lanjut Alice dengan mulut mencebik dan tatapan mata berapi-api.

"Oohh itu...baiklah,kau tenangkan dirimu dulu.Jangan emosi begitu..mungkin nanti kau bisa memakainya jika sudah tiba di kediamanku saja,"jawab James sambil mengangguk dan menahan senyum. James berusaha sekuat tenaga untuk tidak tertawa terbahak-bahak melihat betapa lugu istrinya itu. Dalam hati James diam-diam berterimakasih kepada ibu mertuanya yang berbaik hati menyiapkan gaun khusus itu.

"Ohh,syukurlah... Aku tak perlu memakainya sekarang.Tapi James..kupikir juga di rumahmu cuacanya lebih dingin , baju itu apakah akan cocok untuk dipakai di sana?",tanya Alice setengah membujuk.

"Hmmm...hal itu nanti kita pikirkan lagi setelah sampai di sana saja ya Alice. Kurasa ibumu tidak akan senang jika kau tak menuruti anjurannya,"ujar James dengan bersungguh-sungguh,meskipun demikian sorot matanya masih menunjukkan rasa geli.

"James,bolehkah aku memakai guling ini sebagai pembatas wilayah tidur kita?",tanya Alice kemudian. "Pembatas wilayah tidur bagaimana maksudmu?"tanya James kebingungan.

"Nah,mari kutunjukkan.Seperti ini,taraa..",jawab Alice sambil menumpukkan bantal dan guling di antara mereka. James hanya menggelengkan kepala dengan terpana."Ohh...baiklah tak apa-apa,lakukanlah sesukamu my Lady",jawab James sembari membuka cravat dan juga baju atasannya dengan santainya di depan Alice.

"Apa yang kau lakukan James,kenapa kau tidak berpakaian?!",tanya Alice gusar. James tergelak. "Aku sedikit kegerahan,tenang saja aku akan memakai selimutnya. Sayang bukan jika selimutnya tak terpakai",jawab James sambil tersenyum menyeringai.

Mau tak mau Alice menatap pemandangan yang terpampang di depannya. Ia hanya dapat meneguk ludah menyadari betapa liat dan kokohnya tubuh James dibalik pakaiannya. Mata Alice seketika mengerjap ketika manik matanya melihat bulu-bulu halus yang tumbuh di permukaan dada suaminya itu.
Lalu ia cepat-cepat membalik badan untuk menutupi wajahnya yang sudah pasti merona karena mencuri-curi pandang.
James hanya tersenyum geli melihat tingkah istrinya itu.

James adalah seorang pria yang lembut dan pengertian. Ia sangat memahami, pastilah Alice istrinya yang belia itu masih perlu belajar banyak sebelum siap menerima dirinya.

Tengah malam saat mereka tidur, Alice mendadak mengigau sehingga membuat James terjaga.
"Papa,jangan pergi papa.. ",begitu suara Alice berulang-ulang sembari terisak.

James terbangun lalu mengusap pelan rambut istrinya."Papa akan baik-baik saja Alice",ucap James lirih. Beberapa saat kemudian Alice kembali terlelap.

James seketika itu juga menyingkirkan bantal guling yang menghalangi mereka dan memeluk Alice yang sedang tidur membelakanginya dengan nyenyak.
.
.

Hari sudah pagi,mentari mulai masuk melewati kaca di atas jendela. Alice mengerjapkan mata,dadanya terasa berat seperti ada sekarung gandum yang menindihnya."Aaaaaaakkkkkk. toloong lepaskan akuu",jerit Alice karena terkejut mendapati tangan James yang kokoh melingkari lengannya.

James mendadak bangun,karena kaget ia pun sampai terjungkal jatuh dari atas tempat tidur. Alice yang semula kaget mendadak menjadi tertawa terpingkal-pingkal melihat James dalam keadaan kacau balau terduduk di atas karpet.

"Alice...apa yang kau lakukan??",ujar James sambil bangkit dan beringsut mendekati Alice seperti seekor singa yang marah dan kelaparan.

Alice mendadak terkesiap,dia pun hanya bisa mematung dan pasrah menunggu hukuman apa yang akan diberikan James kepadanya.

==============
Bersambung....
Vote dan koment yaa,makasih *smile

My LADY, ALICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang