enam

3.4K 330 5
                                    

Terimakasih buat yang udah setia mengikuti kisah Lady Alice.

.
.
.

Pagi tadi James dan Alice akhirnya menikah. Lalu setelah acara pesta pernikahan mereka usai,siang harinya mereka langsung bertolak menuju kediaman James , di sebelah utara daratan Britania.

"Apa kau mengantuk Alice,tidurlah.Letakkan kepalamu di pangkuanku,perjalanan kita masih panjang", ucap James sembari menepuk-nepuk pahanya. Alice yang duduk berseberangan dengan James di dalam kereta kuda hanya meringis,"Sepertinya suatu tawaran yang menarik my Lord".

"Oh Alice,aku selalu memanggilmu Alice...tak bisakah kau memanggilku dengan James saja?",desah James sambil mengacak-acak rambutnya.

Alice semakin melebarkan senyumnya."Maafkan aku..aku tak bermaksud begitu,aku sering kali memang lupa.Kau tahu,itu tidak disengaja,my..ehh..James".

"Baiklah,kau boleh panggil aku my James.Itu juga cukup bagus kedengarannya,"goda James pada Alice. Sebuah cubitan kecil dari Alice melayang di lengan James.

"Nah..nah..apa kau sudah tak sabar ,istriku.Perjalanan kita masih jauh", lanjut James sembari menatap Alice dengan pandangan mata berkilat-kilat jail.

Alice hanya mampu membuka mulut , kemudian segera mengatupkannya kembali. Persis seperti ikan koki di dalam akuarium."Itu tidak lucu James",Alice mengerucutkan bibir. "Aku mengakui bahwa aku memang gadis bodoh yang tak tahu apa maksud perkataanmu. Dan kalau kau coba menakut-nakutiku,aku tidak merasa takut..asal kau tahu saja",timpal Alice sebal.

James hanya terbahak melihat ekspresi Alice yang sok berani  itu. James tahu,semenjak mereka berangkat dari London,Alice tidak terlalu berhasil dalam menyembunyikan suasana hatinya.

"Kalau kau ingin menangis karena harus meninggalkan keluargamu,menangislah Alice..semoga itu bisa membuatmu lega",ujar James dengan melembut.

Alice hanya mendongak sembari menatap James tak percaya."Istriku bahkan boleh menangis di pelukanku",ujar James sambil tersenyum.

"Terimakasih James, tapi mungkin tidak hari ini..belum,maksudku..aku hanya belum terbiasa",jawab Alice penuh rasa sungkan.

"Nah ,sebentar lagi senja, kita akan menginap di penginapan desa ini,"ujar James kemudian. Alice hanya mengangguk tanda setuju."Semoga kau tak keberatan berbagi tempat tidur denganku",goda James lagi. Agaknya ketika di depan Alice,sifat jail James sudah tak dapat tertolong lagi.

"Oh,silahkan saja..Semoga  tidurmu nyenyak. Asal kau tahu saja ,tidurku sangat lasak.Dan juga suara dengkuranku sangat berisik",balas Alice tak mau kalah. James terkekeh senang,menyadari bahwa istri barunya ternyata cukup menyenangkan untuk digoda.

Sebenarnya Alice tidak setenang tampilan di luarnya. Di dalam hatinya ia merasa resah,kegiatan macam apa yang akan dilakukan sepasang suami istri setelah mereka menikah masih menjadi misteri bagi Alice.

Belum lagi setelah menikah ia akan jauh dari keluarganya. Ia sesungguhnya sangat mencemaskan keadaan ayahnya yang tak juga kunjung membaik.

Ia juga memikirkan tanggung jawabnya selaku pengatur estat ayahnya setahun belakangan ini.
Olivia,adiknya yang mungil dan cekatan, bersedia menggantikan tugas-tugas pembukuannya.Dan mereka berdua selama ini bahu membahu ikut mengelola estat ayahnya. Namun tetap saja ia merasa tidak tenang.

"Kau tak perlu takut Alice sayang.Saat kau pertama kali tidur dengan suamimu,mungkin pada awalnya akan terasa sakit,tapi hanya sebentar. Setelah itu biarkan suamimu yang akan membimbingmu. Kau hanya perlu menuruti apa keinginannya. Sangat mudah sebenarnya membuat dia puas",begitulah petuah mama di malam menjelang pernikahan masih terngiang di telinga Alice.

Dan Alice tetap belum bisa menemukan titik temu antara kalimat yang mama sampaikan dengan tidur bersama seorang pria asing di ranjang.

Bahkan Alice sempat berfikir untuk meminum obat tidur di malam pertama ia tidur dengan suaminya,agar tidurnya pulas sehingga suaminya merasa puas.

Oh,sungguh Alice yang manis!

Alice menguap sembari menahan rasa kantuk. Tetapi tanpa dapat dicegah,pikiran Alice semakin berkelana. Sejauh ini James baru menciumnya sekali yaitu saat mereka menikah
Oh,itu juga ciuman di kening yang terasa seringan bulu.

"Bersiaplah Alice..mungkin nanti kau akan dapatkan ciuman  di bibir juga",pikir Alice dengan sedikit ngeri. Di kepalanya terlintas adegan yang tak sengaja ia lihat di perpustakaan Lord Brydon tempo hari.

"Sedang memikirkan apa my Lady,ayo turun. Kita sudah sampai",kata James membuyarkan lamunan Alice. Wajah Alice tampak merona di balik topi lebarnya. James lalu tersenyum menyeringai ,dan dengan sigap membantu Alice turun dari kereta kuda.

Iring-iringan rombongan kereta bangsawan itu tampak meriah memenuhi halaman penginapan desa kecil di wilayah Nottingham. Lady Helen,ibu James,turun dari kereta kedua bersama dengan adiknya, Alan Fredderick Gunningham.

Lady Helen melirik sekilas pada sepasang pengantin baru itu. Kemudian dia berdeham sehingga mengalihkan perhatian keduanya. "Apa kau sudah melupakan ibumu yang tua ini,James",goda Lady Helen.

James cepat - cepat menggamit tangan ibunya ke lipatan lengannya demi sopan santun. "Maafkan aku Ibu, aku tak bermaksud demikian",jawab James dengan wajah bersemu merah.

Sesungguhnya Lady Helen hanya ingin menggoda putra sulungnya. Ia terkadang begitu gemas dengan putra sulungnya yang nampaknya seperti 'pertapa suci' itu.

James terkenal sebagai 'pertapa suci' di kalangan para bangsawan. Hingga ibunya pun harus turun tangan dalam rangka mencarikan calon menantu.Ibunya turut serta pada setiap pesta yang James datangi,hanya untuk memastikan bahwa putranya itu  memang benar-benar mengisi kartu dansa para lady. Ibunya sampai merasa seperti menjadi pendamping seorang gadis debutan saja.

Lady Helen pun merasa lega ketika akhirnya usahanya  memaksa James mengikuti season tahun ini akhirnya membuahkan hasil.

Sudah bertahun-tahun lamanya James tidak peduli pada acara - acara sosial. Ia lebih menyibukkan diri dengan pencapaian karirnya di bidang militer.

Namun,tahun lalu ayahnya wafat. Dan ia selaku penerus Marquess of Kilmartin, mempunyai tanggung jawab yang tak bisa ditunda-tunda lagi.

Di samping itu,ia mendapatkan tugas penting dari ratu.Yang sebagai akibatnya, ia harus segera menikah dalam waktu dekat.Begitulah titah sang ratu.

"Pilihlah gadis yang tepat James,dan juga terhormat. Gadis yang cantik tidak selalu tepat. Kau tentu lebih tahu apa maksud ibu",begitulah kira-kira nasihat yang sering ibunya utarakan setiap ada kesempatan.

Dan disinilah ia sekarang, untuk pertama kalinya akan berbagi ranjang dengan gadis pilihannya. Gadis yang ia pilih sendiri diantara sekian banyak wanita.

Bertahun-tahun lalu,ayahnya pernah menjodohkan ia dengan seorang gadis. Meski itu sebuah perjodohan, tapi ternyata James langsung  jatuh cinta pada pandangan pertama pada gadis secantik dewi Yunani itu. Namun, kisah perjodohannya dengan gadis itu terpaksa kandas dengan cara yang tak pernah ia duga sebelumnya. Oh, sungguh tragis memang nasibnya di kala itu.
.

.
Kini James mencoba bangkit dari masa lalunya. Ia akan memulai hidup baru dengan gadis pilihannya.Alice-nya! Mendadak saja ada rasa gelenyar aneh yang  merayapi dadanya. Ya...kini Alice adalah miliknya,istrinya,marchioness- nya!
.
.
.
Nottingham,1856

Dear my diary...
Suatu senja di akhir musim semi,untuk pertama kalinya dalam hidupku aku berada dalam satu kamar dengan laki-laki asing. Dan dia adalah James Arthur Gunningham,suamiku.
Dan namaku kini adalah Lady Alice Gunningham,marchioness of Kilmartin.

==================
Lah koq jadinya ujug2 sama bang James??
Trus bang Lionel dikemanain dong??
Disimpen dulu di kulkasnya author ,biar awett..... hihihi

Tunggu lanjutan kisahnya  yahh
Jangan lupa vote dan komentnya
Maacihh...

My LADY, ALICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang