♤ CHAPTER 9 ♤

294 45 6
                                    

Selamat membaca!

◇◇◇◇◇

Aku menatap orang dihadapanku ini kesal. Ah, ini baru beberapa hari aku tidak berada di dekatnya dan si bodoh ini sudah semakin liar saja.

Tadi, aku melihatnya di supermarket bersama Yoongi hyung. Aku berdecak kesal sendiri mengingatnya, terlebih, dia memakan waktu sangat lama untuk kembali dan tertangkap basah hendak membuang plastik berisi kaleng bir kosong.

Astaga, sebenarnya kapan orang ini akan berhenti minum-eoh? Oh salah, harusnya, sebenarnya kapan orang tidak minum?

Ia menghindariku dan tidak mencariku satu kalipun. Sepertinya dia marah? Ah entahlah, perempuan memang sulit di mengerti.

Tapi kau tau? Demi memperbaiki hubungan kami, aku pergi ke supermarket, hendak membeli bahan untuk pesta daging bersama dirinya dengan uang jajanku yang sedang menuju ajal.

Aku tau aku agak terlambat tapi, oh ayolah! Aku bahkan meminjam uang milik Taehyung! Tapi melihat dirinya tertawa bebas dengan Yoongi hyung tadi membuatku kesal sendiri, aku merasa tergantikan hanya dalam waktu 3 hari! Yang benar saja!

Bagaimana bisa ia marah padaku, mendiamiku bahkan menghindariku sampai 3 hari tanpa menjelaskan alasannya? Dan oh, apa dia memang tidak ada niatan berdamai dengan sahabatnya sendiri? Mungkin dia sudah lupa tentang aku yang didiamkannya ini.

Heol. Perempuan memang benar-benar sulit di mengerti.

Memecah keheningan, aku langsung menarik tangannya menuju dorm-ku membuatnya meninggalkan plastik belanjaannya yang banyak itu.

"Hey! Aku belum selesai!" Dia memekik kesal, tapi sayangnya, aku tak peduli. Aku hanya mau menyelesaikannya dengan cepat.

Aku membuatnya duduk di salah satu bangku meja makan di dorm-ku, tempat ia biasa duduk. Aku pun langsung bergegas menyiapkan panggangan milikku dan bahan-bahannya.

"Kau membeli daging?" Tanyanya heran sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Aku yang duduk di sebrangnya tetap diam sambil meracik saus panggangan dan memotong dagingnya. "Tumben sekali." Lanjutnya singkat, sambil diam-diam tersenyum kecil berusaha menyembunyikannya.

Oh, tentu saja aku melihatnya, aku ini cukup jeli.

Aku menaruh daging di atas panggangan yang sudah kupanaskan dan menyiapkan selada yang tadi sudah ku bersihkan.

"Jadi sudah mau bicara padaku?" Perkataan itu membuat perempuan di hadapanku ini mengalihkan pandangannya ke diriku. "Jadi sudah sadar kalau aku marah?" Tembaknya balik penuh sarkas.

Aku berdesis kesal dan hal itu di sambut dengan suara tawa yang sudah 3 hari ini tidak kudengar. "Apa aku harus sering-sering marah agar kau membelikanku daging, Park Jimin?" Godanya, ah, Seulgi yang menyebalkan sudah kembali.

"Oh, tolong jangan berharap banyak Kang Seulgi." Ujarku mengancamnya dengan mata membuat dia terkekeh.

Aku mengambil daging dan membungkusnya dalam selada, tidak lupa menaruh beberapa bumbu didalamnya. "Jadi bagaimana dengan Yoongi? Aku melihat kalian tadi di supermarket."

"Oh? Bagaimana juga dengan mantanmu yang seperti ular itu?" Tanya Seulgi ditengah-tengah kegiatan mengunyahannya tanpa memandangku lagi-lagi penuh sarkas.

Aku menghela nafas kasar sambil memasukan bungkusan yang tadi kubuat ke dalam mulutku, "Entahlah."

"Percayalah padaku, kau itu hanya akan salah satu dari sunbae-sunbae koleksinya." Ucapnya cepat penuh dengki mengumbar fakta yang sudah kuketahui.

NEVER EVER!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang