♤ 1 5 || parallel ♤

268 47 4
                                    

par·al·lel
/ˈperəˌlel/

adjective
1. (of lines, planes, surfaces, or objects) side by side and having the same distance continuously between them.

"parallel lines never meet"

◇◇◇◇◇

Jimin nyaris tersedak. Ia hanya mampu menatap lawan bicaranya itu lurus-lurus tanpa satu katapun keluar dari mulutnya. Ia masih memikirkan apa yang harus ia jawab dalam diam.

Lawan bicaranya itu melanjutkan lagi, "Benarkan aku mendahuluimu?" Tanyanya memastikan sesuatu yang sebenarnya ia tak tau pasti itu pada orang di sebelahnya yang daritadi diam saja.

Jimin masih belum bisa menjawab. Ia tetap diam seribu bahasa. Seketika semakin banyak yang lewat dalam kepalanya itu, kepingan memori yang sebenarnya telah ia kubur dalam-dalam itu kembali lagi ke permukaan dan mewabah.

"Apa perkiraanku benar kalau bukan Sooyoung saja alasanmu bersikap seperti ini padaku?" Lanjut Sungjae lagi seperti menuntut jawaban dari lawan bicaranya yang sedari tadi diam itu.

Jimin menyipitkan matanya dan memiringkan kepalanya sedikit curiga, "Kenapa kau bisa berpikir demikian?"

Sungjae membuang nafasnya pelan dan mendekat ke arah Jimin, "Hari itu, aku melihatmu membuang bunga matahari itu beserta pesannya, dan aku membacanya." Bisiknya.

Jawaban itu membuat pikiran laki-laki bermarga Park itu semakin kabur kemana-mana. Ia tak tau harus menjawab atau berbuat apa sekarang dan kembali menatap Sungjae dalam diam.

Sungjae menatapnya penuh perasaan bersalah. "Untuk itu, maafkan aku. Aku benar-benar tidak tau."

Jimin tetap tidak menjawab tenggelam dalam pikirannya.

"Aku tak tau harus berbuat apa, karena itu sudah terjadi." Kata Sungjae serius sambil menepuk pundak lawannya itu. "Tapi aku sangat menyayangi adikmu dan untuk itu, aku harap kau bisa menerimaku."

Jimin tau orang ini benar-benar menyayangi adiknya dan ia sadar ia telah bersikap tidak baik pada Sungjae selama ini, tepatnya daridulu. Mungkin kalau bukan karena ia pacar Sooyoung, ia takkan merasakan apa-apa hingga sekarang.

Tapi laki-laki dihadapannya ini adalah pacar adiknya. Pacar yang seharusnya ia perlakukan dengan baik karena mungkin saja ia akan menjadi bagian dari keluarga ini.

Jimin menghela nafasnya dan menepuk pundak Sungjae balik. "Aku tau, jagalah Sooyoung dengan baik."

Jawaban itu membuat lawan bicaranya itu kelewat senang, matanya berbinar-binar. Ia nyaris memeluk lawannya itu tapi sebelum itu terjadi Jimin melanjutkan ucapannya, "Dan kau sebenarnya tidak perlu merasa bersalah atas hal yang sudah berlalu."

Sungjae menggeleng pelan dan ingin menjawab tapi ia dipotong, "Aku dan Seulgi mungkin memang ditakdirkan menjadi garis paralel-

...dan kami nyaman seperti ini."

Sungjae termenung di tempatnya mencoba mengartikan tatapan Jimin yang menyorotkan sesuatu yang ia tak bisa artikan.

"Oh satu lagi, untuk sikapku ini, aku akan mencoba mengubahnya. Tapi tolong bersabarlah."

Kemudian Jimin menepuk pundak lawannya itu lagi dua kali dan memberikan pelukan kecil bersahabat sebelum meninggalkan Sungjae yang termenung sendirian di meja makan.

◇◇◇◇◇

"Kemarin seharusnya kau tidak tidur duluan dan mendengar duet ayah kita Jim." Katanya sambil tertawa nyaris menangis mengingat kejadian kemarin.

NEVER EVER!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang