♤ 1 2 || 1 0 & 0 1 ♤

268 48 3
                                    

~ selamat membaca! ~
• vote dulu yuk sebelum mulai •

◇◇◇◇◇

Aku membuka mataku, terbangun karena seseorang menguncang tubuhku dengan cukup barbar. Aku berdecih kesal mendengar suara orang itu memanggil-manggil namaku berulang kali.

"Park Jimin!" Panggilnya sekali lagi masih mendorong-dorong tubuhku dengan kasar. Oh yaampun, dia ini sebenarnya menganggapku apa sih?

"Berisik!" Jawabku kesal bangun dari posisiku, kini dalam posisi duduk sambil menggaruk-garuk rambutku dengan mata sayu membuat Seulgi diam selama beberapa saat. Ia menatapku serius selama beberapa detik tanpa suara.

"Wae?" Kataku heran. "Apa ada sesuatu di wajahku?" Lanjutku khawatir langsung memegangi wajahku, takut ada bercak liur di pipiku, aku masih mempunyai sedikit rasa malu kalau tentang penampilan.

Ia tertawa kaku sambil menggeleng pelan membuatku heran sekali lagi, "Aniyo, lupakan saja."

"Kau aneh." Sahutku cuek sambil menunjuk botol air minum di sebelahnya, iapun langsung mengambil dan memberikannya padaku. Aku langsung bergegas menegak botol itu habis. "Ah, segar sekali."

Seulgi masih saja hanya menatapku dalam diam. Ada apa sih dengannya hari ini? Apa kemarin aku melakukan sesuatu yang membuatnya kesal? Entahlah.

"Sudahlah ucapkan saja apa yang ada di benakmu itu." Kataku malas sambil melipat kedua tanganku di depan dada menuntut penjelasan.

"Kau tidak ingat sesuatu?" Tanyanya hati-hati, ragu dalam mengucapkan kata sesuatu itu. Aku berpikir keras, mengerutkan dahiku bingung. Memangnya kemarin ada kejadian apa? Apa aku melupakan sesuatu?

Aku menatapnya bingung sekaligus penasaran, "Memangnya ada yang harus aku ingat?"

Seulgi tertawa kaku sekali lagi kali ini sambil menggaruk kepalanya. "Yah, tidak ada sih."

"Kau aneh hari ini." Sahutku sambil melipat sleeping bag milikku dengan rapih dan bangkit berdiri keluar tenda, ia mengikutiku setelah meraih beberapa barang di dalam tenda itu.

Setelah Seulgi memasukkan barang-barang kedalam mobil, kami merobohkan tenda yang sudah cukup berumur itu secara perlahan, takut merusaknya. Ia langsung masuk ke mobil setelahnya.

Tiba-tiba sesuatu terbesit di dalam kepalaku. Sesuatu yang cukup jelas dan membuatku sedikit tercengang dalam diam.

"Seul, apa kemarin benar-benar tidak terjadi apapun?" Kataku tenang yang sebenarnya panik setengah mati.

"Entahlah, aku bermimpi aneh. Tapi aku tidak tau itu mimpi atau bukan, seperti diantara." Katanya tertawa kaku menggaruk kepalanya.

Hening.

"Kau benar-benar tidak ingat apapun?" Tanya orang itu sekali lagi dengan wajah bingung.

Aku sebenarnya tidak tau harus menjawab apa. Tidak ada bayangan bagaimana reaksi perempuan di sampingku ini jika kubilang aku menciumnya secara tidak sengaja kemarin. Ah ralat, aku tidak sengaja merebut ciuman pertamanya.

Marah? Kesal? Sedih? Jijik? Entahlah. Benar-benar tidak ada bayangan sama sekali di benakku dan aku juga belum siap menerima apapun reaksinya itu karena itu yang pertama. Para teman perempuanku yang lain bilang kalau hal-hal pertama itu penting bagi mereka.

Aku memutar otakku berkali-kali, sambil menatapnya gugup. Ah maaf Seul, biarkanlah aku berbohong kali ini saja.

"Aku tak yakin." Ucapku bohong, sementara dalam hati aku masih tenggelam dalam rasa bingung apa aku harus memberitahunya kalau itu bukan mimpi.

NEVER EVER!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang