♤ CHAPTER 10.2 ♤

294 46 3
                                    

Garela udah chapter 11 gais jadi buatnya 10.2 hehe :3

Vote dulu yuk sebelom mulai,
Selamat membaca!

◇◇◇◇

Ada di keadaan apa aku sekarang ini? Terjebak dalam kebohonganku sendiri. Oh tapi ayolah, siapa yang sangka bahwa si tampan tapi menggelikan Taemin itu salah satu teman lama miliknya? Ini benar-benar di luar kendaliku kan?

Aku selalu meminta Jimin untuk menjemputku sehabis aku merasa bahwa hal ini telah gagal, aku selalu bilang kalau sepupuku datang untuk menjemput. Ya sekedar, untuk membuat mereka tidak mengantarkanku untuk mengetahui dimana aku tinggal, memudahkanku untuk hilang setelahnya.

Dan mungkin untuk sedikit pamer? Sstt.. Jangan bilang Jimin.

Disinilah aku sekarang, masih terjebak bersamanya, menonton kedua orang ini bercengkrama seperti bapak-bapak yang sedang reuni dan membahas kehidupan rumah tangganya. Aku berdeham kecil memberikan kodeku pada Jimin tapi malah membuat kedua orang ini melihat ke arahku.

"Oh ya hyung, aku lupa kalau sepupuku, Seulgi ini sudah buru-buru ingin pulang." Kata Jimin menekankan kata sepupuku itu sambil menatapku usil. Ah, tentu saja aku harus menraktirnya untuk ini. Satu lagi traktiran tambahan untuknya dan satu lagi pembuangan uang untukku, yeay.

"Oh baiklah Jim, hati-hati dan Seul, akan kutelpon nanti malam." Katanya lembut sambil meraih tanganku, aku bergidik geli tapi berusaha untuk menyembunyikannya selihai mungkin dengan sebuah anggukan dan senyuman termanisku.

Jimin menahan tawanya, aku melihat itu dari ekor mataku, ingin sekali rasanya aku mencubit lengannya kencang. Tapi aku lebih memilih untuk cepat-cepat pergi darisini saja untuk menghindari ketidaknyamanan berkelanjutan ini.

Setelah saling melambai dan mengucap kata perpisahan, orang itu tak sanggup lagi menahan tawanya.

"Seul. Aku tak kuat lagi." Katanya sambil menutup mukanya terbahak. "Kau berhutang banyak padaku." Lanjutnya memegangi bahuku masih sambil tertawa.

"Iya, aku tau. Selamat! Satu lagi traktiran untukmu." Jawabku ketus.

"Ah aku tidak mau itu, aku mau hal lain, nanti akan kuberitahu tunggu saja." Nyatanya datar membuatku mengangguk-angguk pasrah terhadap apapun keinginannya itu, karena aku adalah manusia yang cukup tau diri untuk membalas budi pada orang ini.

"Ya setidaknya, Taemin hyung lebih keren dan tampan dari orang yang terakhir itu." Katanya sambil merangkulku santai seperti biasa. Kehangatan dari dirinya mulai menjalar ke tubuhku, membuatku sedikit senang karena malam ini cukup dingin dan aku memakai pakaian yang kurang tertutup.

"Bagaimana kalian bisa kenal satu sama lain?" Sahutku sambil membenarkan kemejaku. "Aku terkenal dan koneksiku banyak." Katanya singkat sambil mendengus sombong, kemungkinan besar, bangga pada dirinya sendiri lagi.

Aku melipat tanganku sebal menaikkan satu alisku sambil sedikit melotot, "Oh ya? tapi tak ada satupun yang kau kenalkan padaku, tuan Park Jimin."

"Aku akan merasa iba kalau perempuannya itu sepertimu Seul." Jawab orang kurang ajar itu dengan polosnya terbahak disambut dengan jambakan di rambutnya membuatnya merintih.

NEVER EVER!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang