[5th Mess] The Indicasion

110 21 0
                                    

Nggak ada angin, nggak ada hujan tiba-tiba aja gue dapet nasi kuning mika beserta susu uht di kolong meja gue sewaktu baru sampai di kelas. Bintang yang juga baru datang kaget dan langsung heboh—mau minta maksudnya.

"Weh, enak bener lo, udah ada yang beliin sarapan," kata Bintang, "bagi dua, Tha. Gua juga laper. Roti dua nyangkut di tenggorokan doang."

"Itu mah, perut lo aja karung, Bin!"

Tetapi gue tetep aja makan berdua sama Bintang. Memang nggak bakal kenyang, karena ya elah, nasi semika seberapa banyaknya. Kebanyakan juga Bintang sih yang ngabisin, gue cuma makan dikit sama gadoin telur dadar irisnya doang. Lauk kesukaan gue di nasi kuning atau nasi uduk sih.

"Lah, ini apaan, Tha?"

Bintang menunjukkan selembar kertas yang tersembunyi di dasar mika. Saat gue baca ternyata surat. Anjir, ngide banget dipakein ginian segala ngasih gue makanan doang. Padahal ngasih langsung juga gue nggak bakal nolak. Siapa juga gitu yang nolak makanan gratis?

"Selamat sarapan, Talitha. Ayo, balikan," Bintang membaca surat di tangan gue keras-keras. "Wah anjir, nggak tahu diri nih orang." Mukanya Bintang berubah kesel.

Untungnya keadaan kelas masih sepi, cuma gue, Bintang, dan tiga anak laki yang lagi mabar pubg di belakang, dan kayaknya nggak peduliin apa yang dibaca Bintang tadi.

"Apaan sih lo," gue langsung menggumpalkan kertas itu dan diam-diam menaruhnya di saku rok gue.

"Serius, Tha? Lo mau balikan sama Darren?"

"Emang mantan gue dia doang?" Gue mencoba bohong, padahal emang Darren doang.

"Tolol," Bintang menoyor kepala gue. "Gue kenal lo udah tiga tahun, Tha. Nggak usah bohong lo, kutil."

Gue meringis menyadari kebodohan gue.

"Nggak, Bin. Gue nggak balikan sama dia."

"Tapi mau?"

"Ya, nggak tahu juga."

"Lo kan pernah bilang ke gue kalau prinsip lo 'nggak ada yang namanya balikan sama mantan'."

"Enggak," gue mengelak. "Kapan gue ngomong gitu?"

"Nggak konsisten lo!"

"Kenapa lo yang sewot sih?" Gue ikut terpancing karena lihat muka Bintang yang emang nggak enak banget. Padahal nggak ada urusannya juga kan sama dia gue balikan sama Darren atau nggak.

"Terserah, Tha," Bintang mengibaskan tangannya tak acuh. "Intinya lo bego kalau mau balikan sama dia."

"Serius, Tha?!" Tiba-tiba terdengar suara Kenny memekik. Baru juga dateng, udah nyaut aja. "Memantul! Kapal gue berlayar lagi!!" Kenny kegirangan, bikin gue dan Bintang sama-sama cengo. Nggak salah? Gue didukung Kenny kalau balikan sama Darren?

"Kok lo malah seneng sih," gerutu Bintang tak terima.

"Salahnya apa?" Kenny mengernyit bingung.

"Ken, ini Litha sama Darren yang kita omongin," Bintang menunjuk gue dengan wajah kesalnya, "kenapa lo malah seneng Litha balik disakitin lagi sama Darren?"

"Darren nggak sejahat itu, Bin," Kenny nggak mengindahkan tatapan Bintang yang nggak setuju. Dia tetep cuek sambil jalan ke meja gue dan dia, kemudian duduk dan menatap Bintang di matanya. "Kalau emang Darren mau memulai semuanya lagi, pasti dia tahu dan pengen memperbaiki kesalahan dia di masa lalu. Ngasih orang kesempatan kedua itu nggak selamanya buruk."

"Justru karena dikasih kesempatan kedua, orang-orang malah lebih menyepelekan. Menganggap enteng orang itu."

"Gue yakin Darren nggak gitu."

Home [Chanyeol X Nayeon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang