❛ kau diksi yang telah terseleksi,
yang tersemat dalam nurani,
meski terpatri bagai duri. ❜Altar menyelinap, memasuki bilik Rhea untuk menghibur sipenyedih nurani malam ini. Gadis itu masih setia berlinang air mata, bergumam menyalahkan ayahnya.
"Rhea," panggilnya.
Rhea mendongak, terlihat Altar turut menunduk diri. Ini juga salahnya, meminta Rhea berbicara pada ayahnya.
"G-gue lagi nggak mau diganggu," ucapnya setengah sesenggukan.
"Gua tau, tapi—Rhea jangan nangis dong. Altar nggak suka liat Rhea nangis. Sakit rasanya."
Rhea mengusap pipi, "Rhea nggak nangis, Altar pergi aja sana."
Keras hulu. Altar mendekat, mengusap surai sahabatnya serta membawanya ke dalam dekap, bak lupa syari'at. Sang empu yang diperlakukan menerjap.
"Nangisnya barengan aja. Keluarin semua, Altar siap dengerin."
"Rhea, papah mau bicara," ucap Danu sasat menyadari putrinya melangkah turun. Rhea menatap Altar, terlihat meminta keputusan. Altar terangguk diselingi senyum menguatkan.
"Papah mau marahin Rhea lagi?" tanyanya merunduk, meski tau akan tingkat lamanya kemarahan Danu gadis itu tetap bertanya.
"Enggak, papah—papah minta maaf. Mungkin semalam papah terlalu keras, tapi ini semua demi kebaikan kamu. Papah nggak mau kalau kamu terjerumus. Papah sayang sama kamu."
Rhea menggeleng, "Papah nggak salah, Rhea yang harusnya minta maaf. Maafin Rhea ya pah?"
Danu tersenyum sembari terangguk, menarik putrinya dalam hangat dekap seorang ayah. Altar menyunggingkan senyum, Rhea gadis yang beruntung.
"Altar," panggil Danu.
"Iya tuan?"
"Terimakasih ya," jawabnya seraya melonggarkan dekap.
"Bukan apa-apa tuan, nggak perlu berterima kasih. Yang penting Rhea udah nggak sedih lagi, begitu juga tuan," mungkin jawaban Altar sedikit terdengar aneh ditelinga Avanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBEDO ✓
Fiksi Remaja⚝‧̍̊ ‧⇴ saturn book series。 ⌠" ia interpretasi kartika esa yang merapung di antariksa.⌡ ━━━━━[📹] 2019 © awknnaaa