"Tangkap Gendis! Tangkap DIA!" segerombolan pria dengan pakaian adat jawa membawa obor berlari mengejar seorang gadis. Si gadis dengan jarik lilit selutut yang dikenakannya berlari sekuat tenaga menembus hutan-hutan yang gelap tanpa alas kaki.
"Jangan lari, Gendis!" teriak salah satu dari mereka. Sementara si gadis terus berlari dengan sesekali menoleh ke belakang. Sampai akhirnya langkahnya terhenti, dia sudah sampai tebing, di bawahnya adalah jurang yang mengalir arus sungai yang deras. Bagaimana ini, pikirnya.
Tibalah gerombolan itu di belakangnya. Mereka menghadapinya dan Gendis masih berdiri dengan ujung kaki sesenti lagi mencapai jurang membelakanginya.
"Jangan bawa saya. Saya mohon. Kalian telah ditipu! Kalian harus tahu yang sebenarnya. Dia telah menipu kita semua selama ini," kata Gendis dengan keberanian yang tersisa. Gendis tahu kata-katanya takkan mampu menyelamatkannya dari situasi ini. Dia tahu kematianlah opsi yang dimilikinya saat ini, tetapi ia bisa memilih mati dengan bermartabat atau mati dengan terhina. Ia ngeri akan apa yang bisa dilakukan segerombolan pria marah di tengah hutan dan malam-malam.
"Sudah kami tak peduli apa yang kamu katakan. Kami akan membawamu kembali ke desa dan Nyai akan memutuskan hukuman untukmu," kata salah satu pria pemimpin gerombolan.
Tapi Gendis yakin, ia akan takkan dibawa begitu saja menuju kampung. Akan ada perlakuan tak menyenangkan yang didapatnya dalam perjalanan menuju kampung.
"Tidak mau! Lebih baik aku mati!" begitu selesai mengucapkannya, Gendis memejamkan mata dan merentangkan tubuh menuju jurang kematian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalu Candrama [Pemenang Wattys Award 2020] [TAMAT]
Horror**Pemenang Wattys Award 2020** Alung, Dayu, dan Randu adalah tiga sekawan yang berniat pergi ke China. Namun, tiba-tiba mereka harus mengubah rencana perjalanan mereka ke kampung halaman Alung di dusun pedalaman Jawa Tengah. Mereka memutuskan berja...