1. Ayah Orang Terkasih

62 6 0
                                    

بسم الله الر حمن الر حيم

Ambil baiknya, buang buruknya
Baik kerjakan, buruk tinggalkan

***

Kaki jenjang laki-laki bertubuh jangkung itu melangkah mengelilingi alun-alun kota. Bersama dengan seseorang di sampingnya. Sosok yang ia panggil dengan sebutan ayah.

Hari ini, ia mengikuti kegiatan yang rutin dilakukan pada hari Minggu pagi. Kegiatan yang diadakan di alun-alun kota. Car Free Day. Orang-orang biasa menyebutnya CFD.

Mengelilingi alun-alun hanya dengan berjalan seperti biasa dirasa kurang greget. Remaja yang bernama Nizam itu, mulai berlari kecil. Ingat dengan tujuan awal ia mengikuti CFD.

Jalanan di sekitar alun-alun pun sudah ditutup. Demi kenyamanan para peserta CFD. Hingga orang yang hendak ke daerah yang melewati alun-alun harus memutar arah. Melewati jalan lain.

"Ayo, Ayah. Lari! Biar tambah sehat!" serunya bersemangat. Membangkitkan antusias pada sang ayah.

"Iya, Nak. Ini Ayah emang lagi lari. Kamunya aja yang leye-leye dari tadi."

Nizam menghela napas. Mengalah.

Dirasa sudah lelah, serta keringat yang membanjiri pelipisnya. Pemuda itu mengajak ayahnya duduk di bangku taman kota itu.

Saat di jalan untuk menuju tempat duduk, matanya tak sengaja menangkap pemandangan tak mengenakkan. Kenapa ia berkata begitu? Lihat saja, gadis yang berdiri di depannya memakai celana yang membentuk lekuk tubuh. Seperti tak ada pakaian lain.

Celana yang disebut teman pulpen. Pensil.

Membentuk senyum tipis ketika gadis itu melihatnya. Tampak risih ketika Nizam memandangnya dengan tatapan entah. Dia, saudaranya. Nizam biasa memanggilnya 'Mbak.'

Mengikuti kegiatan CFD bukanlah hal yang mudah dilakukan bagi Nizam. Betapa tidak? Laki-laki itu harus bisa menundukkan pandangan ketika matanya tak sengaja melihat gadis cantik. Bulu mata lentik, hidung mancung, bibir tipis dengan wajah oval, tentu cantik bukan? Ah, kalau saja ia tak ingat ada malaikat di sampingnya. Mungkin ia akan memandangi gadis yang diciptakan Tuhan itu.

Astgafirullah. Segera ia beristighfar. Mengingat haluan yang tak pantas baginya. Sebab Allah tidak suka hamba-Nya yang berandai-andai.

Apalagi setelah ia ingat firman Allah dalam Al-quran Surat An-Nûr ayat 30. Sebagian ayat yang sudah dihafalnya.

"Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat."

Duduk di bangku taman ditemani teh hangat di tangan, bersama orang terkasih tentulah menyenangkan. Sejenak ia memandangi sang ayah. Sosok yang ia janjikan dengan kesuksesannya kelak.

Ya, sukses. Nizam harus sukses. Baginya, sukses bukan hanya menjadi orang kaya. Tetapi, sukses dalam artian bisa menempatkan kedua orangtuanya di Surga kelak. Memberikan mahkota untuk keduanya. Karena hafalan Al-quran yang dimiliki. Pun sukses bertemu dengan Rabbnya. Doa itu, selalu ia panjatkan dalam sepertiga malamnya. Ia selalu berharap bisa istiqomah hafalannya dan selalu mendekat kepada Sang Ilahi.

"Zam, ayo pulang. Kamu kan masih belum mandi."

Nizam mendengus kesal. Baru saja ia berkelana jauh dengan pikirannya. Membuat ia merasa bangga, tapi ayahnya langsung menjatuhkan harga dirinya.

When I Fallin in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang