6. Kali Kedua tentang Hati ♡

42 3 0
                                    

بسم الله الر حمن الر حيم

Ambil baiknya, buang buruknya
Baik kerjakan, buruk tinggalkan

***

Nizam terduduk di kelasnya sembari memegang Al-Qurannya. Mengulang-ulang ayat yang akan ia setor hari ini.

Setelah dari kantin tadi, ia tak langsung memakan makanan yang ia beli. Lagi-lagi, ia merasa sedang bermasalah dengan jantungnya. Ia malah teringat dengan kejadian tadi di kantin.

Aiza tetiba lewat di hadapan Nizam yang hendak menuju kelasnya. Mengharuskan ia menghentikan langkahnya secepat kilat. Gadis itu menoleh sesaat. Memalingkan wajahnya setelah tahu jika adik kelas yang ia chat ada di sampingnya. Hanya berjarak beberapa meter.

Jantungnya, seperti mau lepas dari tempatnya. 'Kenapa harus ada Nizam?' pikirnya.

Tanpa ia tahu, Nizam pun merasakan hal yang sama. Jantungnya terasa bermasalah. Berdetak cepat tidak seperti biasanya.

"Ustad Yusuf bilang, kalo mau setor ke ruangannya langsung." Septiyan sang ketua kelas baru saja masuk ke kelasnya. Memfokuskan kembali pikiran Nizam. Bahwa saat ini, ia sedang murojaah. Mengulang hafalan yang akan ia setor.

Memanggil ustad dan ustadzah kepada guru-guru sudah menjadi kebiasaan siswa-siswi di sekolah Nizam. Meski tidak semuanya yang memanggil para guru dengan sebutan itu.

Nizam kembali mengulang hafalannya. Memejamkan matanya, agar pikirannya tidak kemana-mana lagi. Ia harus fokus.

●●●

"Zam, ada yang nyariin." Fatih menghampiri Nizam yang terdiam di tempatnya. Menyandarkan punggungnya untuk merilekskan tubuhnya. Usai sholat dzuhur berjamaah, ia langsung kembali ke kelasnya.

"Siapa?" sahut Nizam.

"Reza."

Nizam mengangguk pelan. Sambil lalu beranjak dari duduknya menghampiri Reza.

"Ada apa Rez?" kata Nizam setelah tiba di hadapan Reza.

"Gue mau cerita sesuatu." Reza berkata dengan tampang sok serius.

Nizam mendengus. Tak suka melihat ekspresi Reza. Menurutnya, itu berlebihan.

"Kan bisa di chat ae."

"Lu mah sibuk terus." Reza merengut kesal.

"Namanya juga manusia. Pasti punya kesibukan tersendiri. Termasuk kamu."

"Duduk aja, Zam. Capek gue berdiri terus."

"Lho, pas kamu ikut lomba gerak jalan, kan berdiri terus. Emang gak capek? Ini cuma beberapa menit udah capek. Aneh kau!"

"Yah, malah ke sana bahasnya. Eh, tumben lo ngomong banyak. Ngomelnya udah kayak emak-emak." Reza terkikik sendiri.

"Saya bukan emak-emak." Nizam mendengus tak terima. "Buruan ngomong, keburu masuk."

"Jadi gini, Zam. Gue--"

Sebelum menyelesaikan perkataannya, Nizam tergesa-gesa masuk ke kelasnya. Meninggalkan Reza yang memandangnya cengo. Ck, dia diabaikan.

When I Fallin in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang