بسم الله الرحمن الرحيم
Ambil baiknya, buang buruknya
Baik kerjakan, buruk tinggalkan♧♧♧
'Ngechat cowok duluan nggak salah kok. Yang salah itu ngecat tembok China tanpa izin dari pihak sana."
Aiza menertawakan dirinya. Story whatsApp temannya ini, menyadarkan dirinya yang entah di mana pikirannya.
Sebelum menchattingnya, harusnya ia lebih banyak memikirkan hal yang akan terjadi sesudahnya. Bukan tergesa-gesa hanya karena mendapatkan nomor ponselnya. Rasa sukanya, ambisinya untuk mengenalnya, membuat ia seperti lupa segalanya. Ck.
Jika memang tidak salah menghubungi laki-laki dulu padahal tidak ada kontak sebelumnya, dia harusnya lebih jauh lagi memikirkan kemungkinan yang akan terjadi. Kata gengsi, seakan lenyap begitu saja karena tekad untuk mengenalnya lebih jauh.
Nizam, nama yang selalu ia ingat. Bahkan untuk melupakannya saja, rasanya pikirannya menolak untuk tidak mengingatnya.
Kecewa juga patah hati, semakin membuatnya sesak.
Tangannya beralih mengambil ponselnya di atas nakas. Secepat kilat, layarnya sudah menunjukkan nama yang ingin tidak diingatnya.
Kontak telepon bernama Nizam terpampang di layar.
'Hapus, tidak, hapus, tidak, hapus, tidak.'
Pikiran Aiza dilema sendiri. Lekas ia menyentuh gambar seperti tong sampah, mengingat ia memang tidak diharapkannya. Ia hanya orang baru, yang mencoba membuka pintu hati tuannya. Harapan mengenalnya jauh, hanya menjadi ilusinya. Ambisi untuk menjadi miliknya suatu saat, hanya tinggal angan.
Sepertinya, itu sudah cukup baginya. Mengenalnya singkat, sedikit tahu tentang laki-laki itu, sudah bisa ia simpan di memori kenangan.
Aiza juga sadar, siapa dirinya. Tak pantas rasanya bersanding dengan dia yang ibarat langit. Sedangkan dirinya? Hanya kumpulan pasir di pantai. Entah dibutuhkan atau tidak.
Ia memejamkan matanya sembari bergumam tipis, "See you again, Zam. Goodbye my feel about you! I think, i can do it."
Kalimat menguatkan, juga menyadarkan dirinya.
●●●
'Hmm, ganti WA lagi. Kayak gonta-ganti cewek!'
Sebuah balasan dari Reza membuat Nizam merutuk kesal. Tak terima. Setelah ia mengirimkan pesan, pada beberapa temannya. Tentang nomor whatsAppnya yang baru.
Ia, benar-benar mengganti nomornya. Sebagai laki-laki, ia memang harus tegas. Karena laki-laki, adalah pemimpin dalam rumah tangga. Eh.
Nizam
Enak ajaReza
Kenyataan kan!Menghiraukan Reza sepertinya hanya membuat Nizam dongkol. Ia meletakkan ponselnya di meja belajarnya. Mengambil mushafnya, lalu berjalan menuju balkon kamar, tempat favoritnya. Tempat yang pas untuk menghafal. Dengan suasana yang menenangkan hati dan pikiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
When I Fallin in Love
Teen FictionWhen I Fallin in Love Pernah nggak sih ngerasain rasa yang sama pada orang yang kita suka saat saling bersitatap? Kujawab pernah. Lucu mungkin. Sebab, tak tahu isi hatinya sudah menyimpulkannya sendiri. Berasumsi bahwa ketika saling memandang satu...