5. Rasa Yang Tak Biasa

40 2 0
                                    

بسم الله الر حمن الر حيم

Ambil baiknya, buang buruknya
Baik kerjakan, buruk tinggalkan

***

"Itu yang namanya Nizam?" seloroh Farah, teman yang tadi bersama Aiza--yang mengemudikan motornya. Saat ini, mereka berada di gang tak jauh dari rumah Farah.

Farah merupakan teman Aiza yang ia kenal sejak Tsanawiyah. Meskipun tidak satu kelas, namun mereka menjalin hubungan yang begitu baik. Sebut saja, Farah teman karibnya.

Saling berbagi, sudah biasa mereka berdua lakukan. Seperti Aiza yang menceritakan seseorang bernama Nizam. Membuat Farah penasaran dengan sosoknya. Kurang enak rasanya jika tak tahu orangnya. Begitulah pemikiran mereka, jika keduanya saling menceritakan seseorang.

Bukan maksud ngerumpi. Hanya saja berbagi itu membuat hati legowo. Sehingga masalah tak disimpan sendirian.

Bukan hanya berbagi tentang lawan jenis, melainkan banyak hal yang mereka rasakan dan ingin mendapat solusi.

Farah biasanya meminta tebengan dengan Aiza jika ia sedang malas menggayuh sepedanya ke sekolah. Pun jika sedang ingin pergi ke pasar. Karena rumah yang tidak dekat dengan pasar induk alasannya.

Dengan senang hati, Aiza menerima penawarannya. Jikalau ia sedang tak sibuk dengan urusannya sendiri.

"Iya." Aiza menjawab singkat.

Farah hanya ber-oh pelan.

Aiza terdiam. Ia teringat dengan pernyataan Farah saat di perjalanan tadi.

"Kalo emang dia orang yang kamu suka, kita samaan dong." Farah berucap setelah sebelumnya Aiza menceritakan tentang adik kelas yang ia kenal. Pun setelah Aiza memberitahu orangnya--di lampu merah.

Aiza membulatkan matanya tak percaya. Secara tidak langsung Farah berkata seperti ini, "Kita mengagumi orang yang sama."

"Wajar kan Za, dia itu cakep. Muka kayak blasteran Arab gitu. Keliatan banget lagi kalo idaman."

Yang diajak bicara hanya mengangguk. Aiza membayangkan ekspresi Farah ketika ia mengatakan 'cakep'. Ah, kenapa mereka bisa mengagumi orang yang sama?

"Tapi tenang aja, aku gak suka berondong kok. Cuma kagum doang. Stay calm, Za."

"Iya deh, aku percaya kamu kok."

"Aiza?" Farah melambaikan tangannya di hadapan wajah Aiza, karena ia hanya terdiam. Melamun.

"Eh, iya?"

"Ngelamunin apaan sih?"

"Nggak kok gak ada. Yaudah aku pulang dulu ya."

Aiza menstater motornya setelah Farah tersenyum sambil mengucapkan, "hati-hati."

●●●

Fadzkurunii adzkurkum wasykurulii walaa takfuruun

Nizam bergumam pelan. Mengingat kembali hafalannya, agar tetap terjaga dan selalu terjaga.

Apalagi saat membacanya, seperti ada sesuatu yang berbeda ketika dirasakan. Mendatangkan ketenangan dan kenyamanan jiwa.

'Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepadaku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.'

Nizam membaca artinya pelan. Hal yang dia inginkan, bukan hanya menghafal tapi juga mengamalkan. Seperti menghafal dan menafsirkan artinya.

Bunyi notifikasi dari ponselnya, menggangu kefokusan Nizam. Ia berdecak. Sebab lupa tadi menon-aktfikan data selulernya.

When I Fallin in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang