8. Maaf

37 1 0
                                    

"Zam, gimana?"

Nizam tersentak kaget. Ketika seseorang berseru tiba-tiba.

Saat ini, dia berada di sebelah pintu kelasnya. Terduduk di sana sembari murojaah hafalannya.

"Apaan sih, ganggu aja!" serunya kesal.

"Pertanyaan saya waktu itu, hmm."

Nizam berlagak pilon. "Lupa," alibinya. Padahal dia sendiri masih bingung harus menjawab apa.

Sebelum Reza berucap kembali, Nizam berkata lagi. "Udah ah, sana balik kelas. Sekarang waktunya istirahat. Istirahatin hati juga. Eh."

Nizam menepuk-nepuk mulutnya. Ck, lancang sekali berkata demikian.

Reza hanya mengernyit heran.

●●●

"Zam!"

"Allahu!" serunya kaget. Seseorang menepuk pundaknya saat ia sedang berjalan menuju kelasnya.

"Udah tau jawabannya nggak?"

"Jawaban apaan sih!" Ia berkata ketus.

Reza mulai terlihat kesal. "Kalo gue chat sama orang yang gue suka, boleh gak sih?!" Ia ikutan ketus. Kalau kata orang saat ini "ngegas."

"Kumat deh, bilang 'gue-elo'nya."

"Jangan mengalihkan, Zam. Gue tau lo nggak mau jawab. Udah dari kemaren-kemarennya juga lo ngehindar. Jangan kek gini napa. Ngasih harapan tapi tak ada kepastian."

"Kok jadi curcol, sih..." Nizam menggeleng-gelengkan kepalanya. Aneh, pikirnya.

"Gini deh, saran saya, dan saya juga baru inget. Kalau kamu suka sama seseorang dan ingin memilikinya, dekatilah Pemilik-Nya (Allah) dan mintalah Pada-Nya. Kalau memang dia jodohmu, ya pasti dipertemukan."

"Kata-kata akhir lo selalu gue denger dari orang yang udah pasrah."

"Lho, kan bener?" Nizam sedikit mengeraskan suaranya.

"Iya sih...." Reza manggut-manggut.

"Kalau masalah chat, misalnya kamu chatting. Bisa aja kan, itu cara Tuhan untuk memperkenalkan kalian. Agar saling tahu satu sama lain. Atau, bisa juga sebagai ujian. Untuk mendekat atau malah menjauh dari-Nya. Kayak chattingan, niatnya biar lebih mengenal satu sama lain. Biar ada rencana ke depannya gimana. Padahal kan kamu udah tau kata-kata ini, 'manusia hanya bisa merencanakan. Tetap Allah yang menetukan.'

"Nah terus, faedahnya chat sama lawan jenis apa? Iya kalo ada kepentingan. Kalo cuma basa-basi bahas hal yang nggak penting, gimana? Apa nggak berujung pada dosa?"

Reza hanya manggut-manggut mendengar penuturan Nizam. Ah, ia sangat senang memiliki teman sepertinya. Kata-katanya begitu mudah dipahami.

"You are best friend, Zam."

Nizam hanya tersenyum.

"Yaudah, saya ke kelas dulu ya."

Nizam mengacungkan jempolnya.

Sambil berjalan ke tempat duduknya, Nizam teringat dengan kata-katanya sendiri.

Faedahnya chat sama lawan jenis apa? Iya kalo ada kepentingan. Kalo cuma basa-basi bahas hal yang nggak penting, gimana? Apa nggak berujung pada dosa?"

Ia berpikir keras.

Merenungkan apa yang baru saja diucapkannya.

Faedahnya apa?

When I Fallin in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang