Part 3

275 6 0
                                    

"yeji, yejiiiiiiiiii" Lia sedikit berlarian menghampiriku

"yeji, hosh hosh" ia terengah-engah mengatur nafasnya

"nayeon eonnie, hhh nayeon eonnie masuk rumah sakit"

"mwo ??" aku terkejut, nayeon eonnie adalah kakak kandung Lia, aku juga mengenalnya dengan sangat baik

"aku hhh, aku harus pulang. Sepertinya aku tidak bisa menginap dirumahmu untuk beberapa hari karna dirumah ku kosong. Hhh, aku juga harus bergantian menemani eonnie dirumah sakit. Maafkan aku Yeji"

"iya tidak apa, jangan fikirkan aku, aku bisa sendiri. Sekarang yg terpenting eonnie harus lekas sembuh"

"iya hhh, nafasku. Kalau begitu, aku akan kerumah sakit dulu, oke. Maafkan aku yeji" Lia memeluk ku dan kembali berlarian ke parkiran.

Dan disinilah aku, sendirian dirumah. Oppa sempat melakukan video call denganku, menanyakan apakah aku baik-baik saja. Aku berbohong dengan mengatakan Lia sedang menginap agar oppa sedikit tenang. Baru tiga hari ia meninggalkan ku dan sudah berapa kali chat darinya yang mengatakan "apakah oppa harus pulang ?", disaat seperti ini aku merasa Jinyoung oppa sedikit berlebihan.

Ddrrtt, ada sebuah pesan masuk ke hp-ku. ini dari Lucas !!

"Apa isi dari bungkusan ini ?
apa aku boleh membukanya ?"

"Tentu"

"origami bintang ? kau membuatnya ?"

"iya"

"untuk apa ?"

"ucapan terima kasih"

"baiklah, aku terima"

Aku tersenyum melihat balasan dari Lucas. Aku senang ia menerima pemberianku.

Aku sedang menonton acara tv dengan santai, sampai aku merasa ada yang tidak beres dengan perutku. Rasanya semakin tidak enak, perutku terasa melilit. Sakit sekali. Aku meringkuk disofa, berharap rasa sakit ini berkurang saat aku menekannya. Astaga ini sakit sekali. Keringat mulai keluar dari pelipis keningku.

Aku merintih kesakitan, aku tidak kuat berdiri karna rasanya semakin sakit. Aku berfikir siapa yang bisa aku hubungi, tidak mungkin Lia apalagi oppa. Siapa yang bisa menolongku.

Aku mencari kontak dilayar HP dan orang yang pertama aku fikirkan adalah Lucas, langsung saja aku menelfonnya...

"Hallo"

"Lucas, hiks hiks. Sakit, perutku sakit"

"yeji-ya, kau kenapa ? kau dimana ?"

"aku dirumah, perut ku sangat sakit" aku menangis

"aku menuju rumahmu, jangan jauh-jauh dari HP, jika terjadi apa-apa langsung kabari"

Telfon terputus, aku melirik jam dinding yang menunjukan pukul 21.28. perutku sakit sekali.

Beberapa menit kemudian, ada seseorang yang membuka pintu rumah. Itu Lucas !! ia memanggil-manggil namaku dan menemuiku yang sedang meringkuk diruang tv.

"yeji-ya, apa semakin sakit ? kau sangat berkeringat" Aku menggenggam tangan lucas dan merintih sambil menangis

"ayo kita kerumah sakit" Lucas menggendongku ala bridal style dan kami menuju rumah sakit.

Pukul 22.38 kami sudah kembali kerumah dengan keadaanku yang sudah mendingan setelah dokter melalukan penanganan pertama. Dokter bilang, aku keracunan makanan dan tidak perlu rawat inap.

Lucas membaringkanku dikamar, ia menyelimuti ku dengan rapih lalu keluar kamar dan kembali dengan segelas air hangat dan kompresan.

"minumlah" lucas membantu untuk duduk

"dan taruh ini diperutmu, mungkin bisa meredakan sakit" ia memberikan kompresan yang sudah diisi air hangat

Lucas duduk dibawah kasur, wajah kami bertemu. Ia mengusap-usap rambut ku. dengan saru, aku bisa melihat wajah khawatirnya. Maafkan aku Lucas, aku merepotkanmu.

"untung saja aku yang kerumah mu, bagaimana bisa kau tidak mengunci pintu saat sendirian dirumah" lucas mengomel, aku bisa mendengarnya dengan jelas walau saat ini mataku terpejam.

"apa aku harus pulang ?" aku langsung menggenggam tangannya dan menyelipkannya diatas pipiku

"tolong, tetaplah disini, aku takut" kami saling memandang

"aku juga tidak tega meninggalkan mu, aku akan disini, tidurlah" ucap Lucas sambil mengusap pipi ku.

.

.

.

Aku mengerjapkan mata. Aroma mint menyeruak dihidungku. Oh, rupanya itu wangi rambut Lucas. Sepertinya tidurku sangat nyenyak sehingga tidak menyadari jika Lucas tertidur disamping ranjangku. Aku memperhatikan wajah Lucas yang masih terlelap. Damai sekali. Andai saja anak ini tidak terlalu berisik. Bulu matanya juga lentik dan panjang, aku baru menyadari saat melihatnya dari dekat seperti ini. Hidungnya yang mancung dan bibir tebal yang menghimpit pipi mulusnya. Lucu sekali.

Yeji, sepertinya kau sudah sembuh -_-

Lucas sedikit mengerang, matanya perlahan terbuka. Pandangan kami bertemu tanpa ada sepatah kata yang keluar dari mulut masing-masing. Hanya kicauan burung dan sedikit cahaya matahari yang mengintip dari balik jendela kamar. Terima kasih Lucas, kau sudah menemani ku.

You're MineWhere stories live. Discover now