Kebetulan aku dan Lia mempunya jadwal kelas sore hari ini, Lia menjemputku dirumah lalu kami berangkat bersama. Aku bimbang, haruskah aku menceritakan apa yang terjadi semalam antara aku dengan oppa ?
Aku tau, Lia sangat menyukai oppa. Apakah ia tidak kecewa jika tau kalau semalam kami... kami berciuman ??
"kau mau kopi apaaaa ?? yang lain sudah mengantri dibelakang" Lia menggoyang-goyangkan tubuhku, lagi-lagi aku larut dalam pemikiran sendiri
"ice Americano"
Setelah memesan kopi, kami melanjutkan perjalanan menuju kampus. Sepanjang jalan Lia banyak bercerita dan aku hanya menjawab dengan anggukan serta tawa yang sedikit aku buat-buat.
Sesampainya diparkiran kampus, aku melihat raut wajah Lia yang sepertinya kesal bercampur sedih.
"kau.. kenapa ?" ku urungkan niat untuk membukan pintu mobil
"Aku tau sedari tadi dijalan kau tidak mendengarkan ceritaku. Aku ingin menahan untuk tidak bertanya 'kau kenapa ?', tapi itu tidak bisa" ucap Lia sedih
Aku orang yang tidak bisa menyembunyikan perasaan ku, sedangkan Lia adalah orang terpeka yang pernah aku temui. Kami sahabat yang cocok kan -_-
Aku terdiam, cepat atau lambat hubunganku dengan oppa pasti akan semakin jelas, mengingat semalam kami sudah sadar akan perasaan masing-masing. Aku tidak ingin Lia tau saat hubungan aku dan oppa semakin jauh.
"aku... aku bingung mau menceritakannya seperti apa" aku mengatur nafas
"semalam, aku dan oppa. Kami... kami menyadari persaan masing-masing" aku sesekali melirik kearah Lia yang sekarang sudah duduk menghadapku dengan satu kaki yang dinaikan ke bangku mobil
"kami.. kami menyukai satu sama lain. Lebih dari hubungan kakak dan adik" aku menunduk sangat dalam, aku menunggu respon dari Lia tapi ia hanya terdiam. Ku beranikan diri untuk melihatnya.
"ASSAAAA !!" Lia bertepuk tangan dengan semangat, senyumnya mengembang memperlihatkan deretan giginya yang rapih
"sudah ku bilang kalian itu cocok, uuunngg" ia memeluk dirinya sendiri dengan gemas. Aku tidak menyangka jika responnya akan seperti ini
"kau... kau tidak marah ?"
"kenapa aku harus marah ?"
"kau, menyukai oppa kan ?"
"bodoh, aku hanya menyukainya sebatas penggemar dan idola. Jika aku ingin mendapatkannya, sudah dari dulu aku minta untuk dicomblangi oleh mu !!"
"aku sangat senang yeji, aku sangat sangat senang. Akhirnya kalian bisa jujur dan tau perasaan masing-masing. Aku adalah orang pertama yang mendukung hubungan kalian, hihihi" ucap Lia sambil menggenggam tanganku
"tapi.. bagaimana dengan Suzy eonnie ?"
"ah !! benar juga, saking senangnya aku melupakan tunangan oppa"
"jinyoung oppa bilang, jika ia akan memberitahunya segera. Aku merasa sangat bersalah"
"kalau oppa bilang begitu, kita tunggu saja hasilnya. Jangan gegabah agar masalah tidak semakin runyam" aku mengangguk tanda setuju, semoga oppa bisa menyelesaikannya dengan baik.
.
.
.
Hari-hariku berjalan seperti biasa, hanya saja ada satu kebiasaan baru saat aku bangun dan pergi tidur, oppa dengan senang hati akan mencium keningku untuk mengatakan "selamat pagi / malam". Mengingatnya saja sudah membuat aku senyum-senyum sendiri.
Sudah 4 hari semenjak pernyataan oppa kepada ku, namun ia tak sedikitpun menyinggung tentang suzy eonnie. Aku juga tidak memulai untuk bertanya, aku hanya ingin menikmati hubungan baru ini, maaf jika terdengar egois.
Malam minggu ini Jinyoung oppa harus keluar untuk menemani kolega bisnisnya dari Belgia, sedangkan aku masih betah didepan TV menonton We Bare Bear dengan mengenakan baju oblong serta celana pendek favoriteku. Haaah surga.
Ddrrtt ddrrtt, satu pesan masuk.
Mata ku hampir keluar saat membaca pesan dari Suzy eonnie yang ingin menemuiku di kedai minuman dekat rumah. Jantung ku berdegup kencang, menerka apa yang akan dibicarakan oleh eonnie. Aku bergegas mengganti baju dan menuju tempat eonnie berada.
Disinilah aku, berhadapan dengan eonnie yang tidak biasanya memakai riasan tebal. Jika aku perhatikan, tedapat kantung mata yang sepertinya sukar tertutupi oleh polesan make up. Apa eonnie baik-baik saja ?
Botol soju kedua yang eonnie pesan malam ini dan pembicaraan kami belum sama sekali dimulai. Aku hanya memperhatikannya, sedangkan eonnie sepertinya sedikit mabuk. Aah bagaimana ini...
"Jinyoung sudah menceritakan semuanya pada ku" dimulai, pembicaraan ini dimulai
"bagaimana bisa kalian melakukan ini padaku ??"
"eonnie"
"aku menangis seharian, fikiranku kembali diawal berkanalan dengan Jinyoung sampai disaat malam menyeramkan itu terjadi. Apa salahku ? apa kurang ku ??"
"aku mencoba untuk mulai membandingkan kau dan aku, tapi itu tidak adil karna kau lebih muda dariku, perjalanan kita tidak sama. Aku mencari kelemahan Jinyoung, tapi kelemahannya adalah terus memungkiri perasaannya padamu, dan sekarang, kelemahan itu sudah tidak ada karna kalian sudah mengakui perasaan masing-masing. Lalu, bagaimana dengan ku ?"
Hidung dan matanya mulai memerah, eonnie menangis, begitu juga denganku. Maafkan aku eonnie.
"tapi..." eonnie mengusap air matanya dan tersenyum
"kalau difikir-fikir, rasanya mungkin akan semakin gila dan sakit jika wanita itu bukan kau. Setelah seharian aku terpuruk, aku kembali menata fikiranku"
"aku bersyukur wanita itu adalah kau Yeji, kau yang aku kenal. Sedikit demi sedikit, aku mulai belajar mengikhlaskan Jinyoung. Walau mungkin akan memakan waktu yang lama, tapi aku akan belajar sendiri"
"eonnie" aku menangis sambil menutup mukaku dengan telapak tangan. Astaga, suzy bukanlah manusia, dia malaikat. Respon yang diluar dugaanku. Maafkan aku eonnie, maafkan karna aku bersyukur kau memberikan Jinyoung oppa padaku.
"aku tetap senang dan merestui hubungan kalian. Semoga kalian selalu bersama" eonnie memeluk ku sayang dan aku membalas pelukannya dengan erat.

YOU ARE READING
You're Mine
Romance"kau fikir aku akan begitu mudah melepaskan mu ? kau milikku, sedari awal kau milikku"