Part 7 : “ Time Machine “
Author Pov
@ 07.30 p.m KST
Langit mulai menggelap seiring dengan tidurnya sang mentari. Bintang-bintang pun telah bertaburan mengisi bentangan langit yang luas itu. kepadatan dan kesibukkan masih terlihat jelas di pusat kota. Mereka tak bisa memandang indahnya langit malam saat ini.
Begitu dengan suasana di apartement ini, walau sunyi, tapi kehangatan lah yang membuat keadaan di sini cukup damai.
Terlihat yeoja dengan dress berwarna pink tengah mencoba untuk berjalan, dengan di tuntun oleh sang sahabat. Bukan karena ia tak bisa berjalan, tapi rasa sakit di jantungnyalah penyebab semua saraf nya lemah. Seakan ia mayat hidup saja.
Tapi memang kenyataan seperti itu, penyakit jantung bawaan yang di deritanya kembali bangun dari tidur panjang, setelah 3 tahun tak pernah menyakiti sang pemilik tubuh.
Walau demikian, yeoja itu tak mengeluh sama sekali. Ia mensyukuri keadaannya saat ini. entah ia sehat atau pun harus sakit. Ia hanya memikirkan keluarganya, temannya dan suaminya. Apakah mereka di repotkan atau tidak.
Ia pun sengaja berdandan malam ini. Bukan untuk menarik perhatian sang suami, tapi untuk menutupi tampilan fisiknya yang lemah. Ia tak mau semua menjadi tahu akan penyakitnya saat ini.
Di balut dengan dress selutut ia sudah nampak terlihat cantik, tak akan ada yang mengelak kecantikkan wajah sang gadis itu.
“Pelan-pelan, dan.. akh.. Yoonhee hati-hati,” Se jeong mulai berteriak panik. Saat Yoonhee terpeleset di depannya. Se jeong menggenggam tangan Yoonhee sekuat tenaga, agar sang pemilik lengan tak terjatuh. Yoonhee pun tertawa renyah sambil mencoba untuk berdiri.
ia berusaha untuk menghilangkan rasa panik dari Se jeong dengan tertawa tapi nyatanya, itu justru membuat Se jeong semakin panik saja.
“Kau ini, sudah ku bilang. Istirahat saja di kamarmu, jangan memaksakan diri seperti ini. Kau tau, aku sangat mengkhawatirkan mu,” panik Se jeong sambil membantu Yoonhee untuk duduk di sofa di ruang living room itu.
Yoonhee tersenyum, namun terlihat jelas dari raut wajahnya rasa bersalah.
“Mianhae, aku tak bermaksud untuk membuatmu khawatir. Jeongmal mianhae eoh.” Ucap Yoonhee yang di angguki oleh Se jeong mereka duduk bersama di sofa itu.
“Apa kau masih sangat lemah ? Apa jantungmu juga masih sakit ?” tanya Se jeong dengan cemasnya.
“Sedikit berkurang dengan obat yang kau berikan. Aku juga juga sudah sedikit kuat sekarang. Gomawo.” Jawab Yoonhee dengan senyuman manis yang ia berikan.
“Kemana suami mu ? sudah malam begini ia belum pulang juga. Tsk, belajar apa dia di kampus sampai selarut ini belum pulang.” Tutur Se jeong sambil melirik ke arah pintu apartement. Dari nada biaranya pun sangat terdengar sinis.
Yoonhee tersenyum, “Diakan mengambil cuti saat menikah denganku, sudah pasti ia banyak ketinggalan materi. Jadi itulah mengapa ia pulang selarut ini.” bela Yoonhee di tanggapi sinis oleh Se jeong.
“Ini sudah cukup malam untuk mu. Apa kau tak bosan seharian ini bersama ku ?” tanya Yoonhee. Se jeong memandangnya dengan wajah cemberut.
“Kenapa kau bicara seperti itu, kau tak suka jika aku ada di sini ?”
“Heol, apa maksud mu ? ya, jangan bicara yang tidak-tidak, aku serius. Ini sudah cukup malam untuk kau pulang. Bagaimana jika bis sudah tidak ada ? anak-anak panti pun juga pasti sudah merindukanmu. Mian, aku tak bisa mengantarkanmu.” Jelas Yoonhee, Se jeong tersenyum lalu memeluk sahabatnya itu gemas.
“Kau benar juga. Tapi, apa kau baik-baik saja jika aku tinggal sendiri ?!”
“Cks, Ya! Memangnya aku ini anak kecil ? lihat, aku sudah cukup sehat karena bantuan darimu. Aku sudah bisa berdiri dan berjalan sekarang.” Pekik Yoonhee sambil melangkah di sekitar sofa itu, menimbulkan senyuman lega sekaligus bahagian di raut wajah Se jeong.
“Syukurlah kau sudah baikan, setidaknya aku bisa pulang dengan tenang. Geureom, aku pulang dulu ne. Jaga dirimu baik-baik. Jika kau lelah tidur saja, tak perlu menunggu namja itu.” pamit Se jeong, ia memeluk Yoonhee sebagai salam perpisahan, sebelum akhirnya ia benar-benar meninggalkan apartement ini.
Senyuman yang selalu menghiasi wajah cantik itu pudar seketika, saat Se jeong telah meninggalkan apartement ini. ia kembali terdiam, entah apa yang harus ia lakukan sekarang.
Yoonhee merasa hampa, terkadang ia juga mengeluh dalam hati kenapa kehidupan pernikahannya seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi, mungkin ini yang terbaik untuknya.
Ia menghela napas panjang, sebelum memilih untuk beranjak pergi ke kamarnya. Mungkin benar ucapan Se jeong, bahwa ia tak perlu menunggu kepulangan Sehun. Karena memang dirinya sudah cukup lelah malam ini.
Baru saja Yoonhee menyentuh knop pintu kamarnya, tiba-tiba saja bel apartement itu bunyi. Menandakan bahwa ada seseorang yang berhasil membuka passwordnya. Tanpa pikir panjang, Yoonhee segera menghampiri pintu apartemntnya.
Bermaksud untuk menyapa sang pendatang yang mungkin itu Sehun. Namun dugaannya salah.
Itu bukan Sehun, bahkan kehadiran pendatang tersebut mampu membuat Yoonhee terkejut. Matanya membulat saat tiba-tiba saja yeoja paruh baya yang tak lain ibunya sendiri memeluk dirinya.
Sang ayah pun mengacak pelan rambut sang putri, sebagai salam pertemuan mereka.
“Ehm,... nan bogoshipeoyo uri ai. Aigoo, kau nampak kurus ? gwenchanayo, uri Yoonhee ?” tanya sang ibu sebelum ia melepaskan pelukannya dari sang anak.
“Eomma, appa. Kenapa kalian kemari ? maksudku, eomma dan appa bahkan tak memberi kabar jika ingin berkunjung kemari ?” tanya Yoonhee balik dengan wajah paniknya. Ia panik dan takut kedua jika orang tuanya datang kesini karena keadaannya.
“Ini kejutan. Eommamu sangat merindukanmu, jadi ia memintaku untuk mengantarkannya ke putri kesayangannya. Lagi pula, orang tua Sehun juga akan kemari. kami sepakat untuk membicarakan tentang proses pindahan mu ke Kyungji University.” Jelas sang ayah yang membuat Yoonhee semakin panik. Namun, ia berusaha untuk menutupinya.
“Gwenchanayo ? apa penyakitmu kambuh lagi ?” tanya sang ibu sekali lagi dengan nada yang sedikit di pelankan di tambah dengan raut kekhawatiran yang tak dapat ia sembunyikan. Yoonhee menatap sang ibu dalam, sungguh ia ingin memberi tahu keadaannya, tapi ia juga tak ingin terus menerus menyusahkan orang tuanya.
“Gwenchana,” jawab Yoonhee pada akhirnya, sambil mempersilahkan kedua orang tuanya masuk.
“Kemana Sehun ? sedari tadi appa tak melihatnya ?!” tanya tuan Kwon saat ia melangkah menuju sofa di living room itu. Yoonhee terlihat panik, ia tak tahu harus menjawab apa. Pasalnya ia juga tak tahu alasan Sehun belum juga pulang.
“Ehm, Sehun mengambil kuliah tambahan. Sepertinya, ia tak ingin lagi ketinggalan materi kuliahnya.” Jawab Yoonhee bohong, mencoba untuk mengakhiri pertanyaan tentang Sehun.
“Jinja ? heol, kalau begitu. Kau dan Sehun bisa pergi kuliah bersama-sama, ne,”,”Aku tak ingin merepotkannya, lagi pula aku sudah sangat suka kuliah di Busan appa, eomma. Kenapa aku harus pindah ?”
“Kau ini bagaimana, lebih baik jika kau dan Sehun kuliah di kampus yang sama. Busan terlalu jauh untuk tempat tinggalmu sekarang. Lagipula, jika Sehun ada eomma cukup tenang, karena ia bisa menjagamu.” Pekik sang eomma, tuan Kwon tersenyum menanggapi nya.
“Eomma, appa. Aku buatkan minuman dulu ne.” Ucap Yoonhee sesaat sebelum ia beranjak ke dapur. Ia berusaha mengalihkan perhatian orang tuanya saat ini.
Baginya, saat ini ia lebih suka sendiri. Jauh dari keluarga nya. Karena, bisa saja penyakit bawaannya kambuh di saat kumpul keluarga. Apalagi orang tua Sehun akan tiba di sana.
Pikirannya semakin kacau saja. Tapi, Yoonhee berharap pertemuan ini segera berakhir tanpa dirinya. biarkan orang tuanya dan Sehun yang mengurus semua itu.
***
@ 08.00 p.m KST, Ilsan
Seorang yeoja tengah sibuk membuatkan makan malam di sebuah rumah yang cukup kecil ini. Walau demikian, tempat ini sangat nyaman untuk sang pemilik.
Ia memasak dua mangkuk ramen untuk ia santap bersama namja chingunya atau apalah status mereka sedikit tak jelas bagi yeoja itu. namun, tidak untuk sang namja. Baginya, yeoja yang tinggal di rumah sewaan ini adalah yeojachingunya. Tak peduli dengan statusnya sudah menikah ini.
“Ige, makanlah. Mian aku tak masak sup atau makanan lain selain ini. kau tak bilang padaku, bahwa kau akan berkunjung malam ini.” ucap yeoja itu sambil memberikan mangkuk ramen pada namja yang duduk di lantai yang beralaskan bantal saja.
Ne, karena ini hanya rumah sewaan kelas bawah, jadi tak satu pun ada barang mewah di dalam rumah ini.
“Gwenchana, bagiku walau hanya makan ramen. Tapi rasanya aku tengah memakan sup daging jika bersamamu.” Jawab sang namja menimbulkan segurat senyuman di wajah yeoja itu, Joo hyun.
“Kajja, makanlah. Aku juga sudah sangat lapar.” Lanjut, Sehun dengan ramah. Mereka menyantap ramen bersama-sama. Terlihat raut kebahagian di wajah masing-masing walau hanya makan di sebuah rumah sewaan saja.
Tapi sungguh, bagi Sehun, ini adalah acara makan malam paling menyenangkan ia pernah ia rasa. Begitu bebas, dan tenang. Jika saja ia boleh memilih, Sehun lebih suka menjadi orang sederhana seperti ini. daripada ia harus menjadi jutawan, penuh sesak seakan di penjara.
Acara makan malam itu telah usai, Joo hyun segera membawa mangkuk kotor itu ke dapur mininya untuk di cuci. Sementara Sehun ia mulai sedikit merenggangkan tubuhnya dengan bersender di dinding rumah itu.
Matanya menatap setiap sudut rumah ini, yang jauh berbeda dengan apartementnya. Tapi Sehun suka, ia suka tinggal di sini. Tinggal bersama orang di cintainya, orang yang di kasihinya.
Ia memilih memainkan ponselnya sambil menunggu ke datangan Joo hyun. Cukup lama ia menunggu, orang yang di tunggunya muncul dengan sebuah seragam yang di pakainya.
Alis Sehun terangkat melihat penampilan Joo hyun, ia juga membenarkan posisi duduknya. Memilih menatap Joo hyun daripada ponselnya.
“Kau mau kemana ?” tanya Sehun, Joo hyun duduk menyamakan posisinya dengan Sehun.
“Sudah lama kita tak bersama membuatmu lupa, bahwa Joo hyun mu ini bekerja paruh waktu. Dan ini saatnya aku bekerja.” Timpal Joo hyun sambil menyentuh gemas hidung Sehun.
“Kau mau meninggalkanku sendiri di sini ?” tanya Sehun lagi dengan nada kecewa. Joo hyun menautkan alisnya tak mengerti.
“Apa maksudmu ? tentu saja tidak. Kau kan akan pulang, dan sambil kau pulang, tolong antar aku ne ke tempat kerjaku.” Tutur Joo hyun apa adanya.
Sehun berdecak sebal, karena maksud kedatangannya di sini tak di mengerti oleh gadisnya.
“Ganti pakaianmu. Kau tak akan bekerja malam ini.” pekik Sehun mendorong pelan Joo hyun, agar ia segera lekas ganti pakaian.
“Ya, Waeyo ? haha, Sehunie, aku ini harus bekerja. Sudah, jangan bercanda dengan ku saat ini. aku harus segera pergi, aku tak ingin terlambat. Kajja, ireona.” Jawab Joo hyun yang kini mencoba menarik lengan Sehun untuk segera berdiri.
Tapi nyatanya Sehun malah menarik Joo hyun yang membuat yeoja itu terjatuh tepat di hadapan Sehun. Menyisihkan jarak di antara mereka. Joo hyun terdiam, matanya membulat menatap Sehun. Begitu pun sebaliknya, Sehun menatap Joo hyun lekat.
Dapat dirasakannya deruan napas Sehun ke pipi yeoja itu. jarak mereka terlalu dekat untuk saat ini.
“Kau tetap di sini. Aku pun akan tetap di sini malam ini.” bisik Sehun tepat pada telinga Joo hyun. Joo hyun sedikit menyingkir, ia mencoba mengartikan maksud dari ucapan Sehun.
“Maksudmu ?” tanya Joo hyun yang tak berhasil mengartikan semua kata-kata itu. pikirannya terlalu kalut, dengan tatapan hangat Sehun padanya.
“Aku menginap malam ini di rumahmu. Jadi, apakah kau ingin tetap bekerja sedang kan aku ada di sini menemanimu ?” tanya Sehun balik yang kini semakin mendekatkan wajahnya kepada Joo hyun.
Joo hyun terdiam, matanya menatap ke arah Sehun lekat. Ia dapat melihat Sehun terus mendekatinya, dan berusaha menghabiskan jarak di antara mereka.
Hanya tinggal 1 cm saja, bibir mungil Sehun akan tepat menempel di bibir mungil milik Joo hyun. Dan ya, yeoja itu pun seakan terhipnotis akan tindakan Sehun kepadanya. Ia mulai memejamkan matanya, saat deruan napas itu semakin terasa di wajahnya.
Lengan nya pun tanpa sadar mulai mengalungkan pada leher namja itu, mereka semakin dekat saja. Namun, belum sempat bibir Sehun mendarat di bibirnya, terlintas sesuatu di benak yeoja itu.
Dengan segera Joo hyun membuka matanya, ia melepaskan lenganya dari leher Sehun.
Dan siapa sangka, Joo hyun menahan dada Sehun agar mereka tak saling mengecup. Buru-buru Joo hyun menjauhkan wajahnya dari Sehun. Ia mencoba untuk berdiri, walau itu tak berhasil karena lengan Sehun terlalu kuat menahannya.
Joo hyun menatap Sehun dalam, begitu sebaliknya. Tapi tatapan Sehun seolah bertanya mengapa ia mencoba menghindar darinya. Sayang, tatapan itu justru membuat mata Joo hyun semakin memanas.
Mata itu mulai berair sampai satu tetes itu berhasil keluar dari kelopak matanya. Joo hyun menangis, membuat Sehun langsung sigap menyentuh tubuh yeoja itu.
“Wae ? apa kau membuatmu terluka ? Joo hyunie, waeyo ?” tanya Sehun panik sambil menyentuh lembut pipi sang yeoja.
“Kau ingin melakukan ini padaku ?” tanya Joo hyun balik, mencoba menyingkirkan tangan Sehun dari pipinya. Sehun menatap tangannya dengan nanar, setelah berhasil lepas dari pipi merah itu. Kini, ia kembali menatap Joo hyun penuh tanya.
“Kenapa kau ingin menyakitiku lagi ?” air mata itu tak di duga semakin deras saja mengalir di pipi Joo hyun, Sehun mencoba menghapus setiap tetes air mata itu. karena, ia benar-benar terluka melihat kekasihnya menangis di hadapannya. Pada hal Joo hyun adalah yeoja yang paling ingin ia lindungi, tapi nyatanya ia tak berhasil melakukan itu. ia telah membuat Joo hyun menangis.
Sehun merutuki perbuatannya sendiri setelah ia merasa bersalah akan tindakannya.
“Mianhae, aku tak bermaksud melukai mu. Uljima.” Tutur Sehun penuh penyesalan.
“Hiks..hiks, aku lah yang harus meminta maaf padamu. Ani, tapi pada istrimu.” Pergerakan Sehun terhenti, seakan seluruh ototnya telah mati. Ia benar-benar tak menyangka dengan apa yang di ucapkan Joo hyun barusan.
Istri ?
Sehun melepaskan lengannya dari wajah Joo hyun, ia membuat jarak di antara yeoja itu serta mengalihkan pandangannya.
“Kau menjauh dari ku ?!” Sehun menengok dengan tajam, melihat Joo hyun yang kini menatapnya sendu.
“Apa maksudmu ? kenapa kau selalu saja membicarakan tentang yeoja itu saat bersama ku? Sebenarnya apa yang kau inginkan ?” bentak Sehun, ia mengeluarkan semua kekesalannya.
“Aku tak ingin di sebut sebagai yeoja pengganggu.”,
Sehun menahan napas dan berdecak, ia menarik lengan Joo hyun dengan paksa. Menimbulkan sedikit bekas merah di lengan.
“Kau tak percaya padaku ? kenapa kau selalu mnenganggap dirimu sebagai yeoja penggangu huh ? apa kau tahu, aku sangat sakit mendengarnya. Jangan pernah pikirkan ucapan orang –orang itu, mereka hanya iri padamu. Dengar, aku tak pernah menginginkan tentang pernikahan itu, dan aku pun tak pernah memikirkan yeoja itu. kau hanya perlu menunggu, menunggu diriku. Jadi, buang semua pikiran jahatmu, aku akan selalu bersamamu. Aku akan segera urus perceraian itu.” jelas Sehun, ia langsung bangkit meninggalkan Joo hyun.
Joo hyun melihat kemana perginya Sehun, sambil mecoba mengucapkan sesuatu pada namja itu. namun sayang Sehun tak mendengarkannya. Ia malah nmengunci pintu rumah ini.
Joo hyun tertegun akan sikap Joo hyun, ia melihat namja itu mengantongi kunci rumah ini. sehun melintasi Joo hyun tanpa peduli yeoja itu. ia memilih untuk segera tidur dari pada harus meladeni sifat keras kepala yeoja nya.
Skip >>>
Joo hyun terus menangis dalam diamnya, ia merangkul kedua kakinya sendiri dan membenamkan wajahnya bermaksud untuk menyembunyikan suara tangisan itu. ia sangat takut, Sehun akan menyadari dirinya yang kini tengah menangis.
Joo hyun melakukan itu, hanya untuk membuang semua rasa kesal dan bencinya. Jujur saja, dia benci dirinya sendiri. Mengapa ia harus mencintai seorang namja yang telah menikah, walau sebelumnya ia adalah yeoja chingu dari namja tersebut.
Lalu, ia juga benci akan sikap Sehun. Mengapa namja itu menikahi gadis lain sedangkan Sehun masih sangat mencintainya. Ia bingung akan semua sikap Sehun. Terkadang pertanyaan yang sebelum tak pernah terpikirkan di benaknya pun kini muncul akhir-akhir ini.
‘Apakah Sehun benar-benar mencintai ku ? apa Sehun tak akan pernah melepaskan genggamannya padaku ? apakah Sehun akan selalu bersama ku ?’ pertanyaan itu selalu menghantuinya hingga detik ini. bahkan pertanyaan itu mampu membuatnya takut. Benar-benar sangat takut, ia takut Sehun akan meninggalkannya. Meninggalkannya seorang diri. Ini mungkin saja terjadi mengingat Sehun tak membuat pernikahan itu batal.
Fakta ini membuat Joo hyun tersiksa. Pasalnya, mungkin saja awalnya hubungan suami istri yang di jodohkan tidak baik. Tapi dengan kesabaran, cinta itu akan tumbuh sendirinya. Dan itu membuat Joo hyun semakin takut, ia takut kehilangan Sehun.
Joo hyun mendongakkan wajahnya yang basah karena air matanya sendiri. Ia menatap Sehun yang sedang tertidur dari kejauhan. Memang seperti tak ada beban dari tidur namja itu.
Joo hyun menutup mulutnya, saat ia menyadari tangisannya itu semakin menjadi. Bahkan tanpa sadar sudah 2 jam ia menangis. Menangis di tengah dinginnya malam.
‘Hiks..Hiks.. hiks.. apakah aku bisa melihatmu seperti lagi ? tidur di tempat biasa aku tidur, akankah aku bisa melihat dan mengulangi ini lagi ? kenapa, kenapa aku sangat takut kehilanganmu ?Hiks.. tolong jangan pernah tinggalkan aku, jebal..hiks..’ batin Joo hyun dalam, ia segera menghapus kasar air mata yang telah membasahi pipinya itu.
Di sisa tangisannya ia berusaha untuk bangkit, walau ia tak bisa. Kakinya sudah cukup sakit karena ia tekuk tadi, bahkan ia tak bisa merasakan apapun saat ini di kakinya.
‘Hiks..akankah sesulit ini aku menjagamu ? akankah sesulit ini aku untuk medapatkan cintamu ? hikss..’ Joo hyun kembali menghapus air mata itu stelah ia memikirkan hal yang paling di takutinya.
Joo hyun kembali berusaha untuk bangkit. Dengan berpegangan pada dinding, akhirnya ia berhasil untuk berdiri. Ia berjalan dengan pelas, agar tak menimbulkan suara langkah kakinya yang mungkin membuat Sehun terganggu saat mendengarnya. Ia semakin dekat dengan tujuannya, mengambil sekotak obat dari kotak p3k yang terletak dekat pintu kamar mandi rumah itu.
Ne, ia bermaksud untuk mengobati semua luka lembam di wajah Sehun. Ia tau, alasan di balik luka-luka itu. sehingga ini justru membuatnya bersalah.
Bersalah, karena Sehun mendapat pukulan ini akibat membelanya. Bahkan Sehun di pukul oleh ayahnya sendiri karena dirinya.
Dengan susah payah, Joo hyun mendekati Sehun. Sebuah senyuman miris timbul di sudut bibir yeoja itu saa ia melihat Sehun yang tertidur damai. Tanpa membuang waktu Joo hyun segera membersihkan luka itu lalu mengobatinya dengan obat merah. Dengan hati-hati ia lakukan itu, agar Sehun tak terbangun saat dia obati. Dan usahanya berhasil, Sehun tetap tertidur bahkan setelah ia telah menyelesaikan semuanya.
Joo hyun mulai mengelus pelan rambut Sehun, ia mengeluarkan seluruh kasih sayangnya dalam usapan itu. tanpa di sadarinya air matanya mengalir saat senyuman mirisnya merekah.
‘Hiks.. mianhae.. hiks.. karena aku kau jadi seperti ini. karena aku, hikssshk hubunganmu dengan keluarga mu rusak. Hikssshkkk mianhae.’ gumam Joo hyun pelan dengan suaranya yang serak. Sedetik kemudian ia langsung menjauh dari Sehun, ia kembali melangkah menuju posisi awalnya. Dan kembali duduk disana. Ia memutuskan membaringkan tubuhnya di sudut rumah dekat dengan pintu keluar. Ia sengaja membaringkan tubuhnya berlawanan dari Sehun. Ia tak ingin melihat namja itu saat ini. ia terlalu terbawa emosi. Tapi sungguh, ia berharap kehidupannya akan segera membaik setelah ini.
***
Yoonhee membawa beberapa orange juie yang ia buat menuju living room. Ia membawanya dengan sangat hati-hati karena memang ia lembuatnya cukup banyak. Langkah Yoonhee terhenti, setelah ia mendengar percakapan orang tuanya dan juga orang tua Sehun, rupanya mereka telah tiba saat Yoonhee ke dapur tadi.
Yoonhee nampak mengedarkan pandangannya dari ke jauhan menuju sofa keluarga itu. mencari sosok namja yang sudah berhasil membuatnya khawatir. Namun nihil, orang yang ia cari tak hadir di sana.
Ia tak ada di sana untuk malam yang sudah larut ini.
“Yoonhee ?!” panggil nyonya Oh membuyar kan lamunannya. Ia memerjapkan matanya untuk beberapa kali, mengmbalikan kesadarannya. Ia melihat nyonya Oh nampak memperhatikannya, buru-buru Yoonhee melangkah ke sana.
“Apa yang kau pikirkan ?” tanya nyonya Oh setelah ia sampai di ruang keluarga dan menaruh juice itu sesuai posisi orang tuanya.
“Animnida, eommonim.” Jawab Yoonhee sambil tersenyum. “Kemana Sehun ?” tanya tuan Oh to the point mengalihkan semua perhatian orang-orang di sana.
Yoonhee terdiam untuk beberapa saat, ia cukup bingung harus menjawab apa. Yeoja itu melihat orang tuanya bergantian, mereka nampak menyembunyikan rasa kekecewaan di balik senyumannya itu. apalagi, nada bicara tuan Oh yang meninggi membuat suasana tegang.
“Mianhamnida, abeoji.” Jawab Yoonhee seadanya, terdengar jelas mereka mendengus kecewa. Tuan Oh mulai beranjak menjauh dari tempatnya saat ini, ia lebih memilih untuk berdiri di ambang pintu. Tak lama, terlihat ia nampak menghubungi seseorang.
“Sehun tak mengabarimu ?” tanya nyonya Oh. Yoonhee menggeleng sebagai jawabannya, ia juga menunduk untuk menutupi rasa gugupnya. Ia juga kini mulai meremas bagian bawah dressnya. Yoonhee nampak menggigil, tak ia berusaha menutupinya.
Inilah yang selalu ia rasakan, saat penyakit itu mengganggunya meninggalkan dampak menggigil seperti ini.
Semua masih terdiam, menunggu kehadiran Sehun. Nyonya Oh tak lagi pada posisinya, ia nampak berjalan kesana-kemari tak tenang. Tuan Kwon terus saja menghembuskan napasnya kecewa.
“Yeobo, lebih baik kita pulang sekarang.” Bisik nyonya Kwon pada suaminya,
“Yeobo, lebih baik kita pulang sekarang.” Bisik nyonya Kwon pada suaminya, Yoonhee dapat mendengarnya. Jika saja, ia bisa membuat Sehun berubah dalam waktu cepat mungkin semua ini tak akan terjadi.
“Chagi, appa dan eomma harus pulang sekarang. Kau tak apakan di sini sendiri huh ?” Yoonhee mengangguk sambil tersenyum, kemudian tuan Kwon mengecup kening putrinya dengan sayang.
“Apa kau baik-baik saja, eoh ? aigoo, kau terlihat pucat sekali, bicara pada eomma apa yang terjadi dengan mu ?” tanya nyonya Kwon sesaat setelah ia memeluk putrinya. Yoonhee tersenyum, mencoba menghilangkan kekhawatiran pada ibunya.
“Animnida. Aku baik-baik saja.”
“Ani, kau tidak baik-baik saja. Apa yang sebenarnya terjadi ? apa jantungmu ?! Yoonhee-na ?” terlihat jelas nyonya Kwon begitu cemas saat ia menyentuh kening putrinya yang terasa sedikit panas. Tapi lagi-lagi Yoonhee tersenyum sambil menyentuh lengan eommanya.
“Nan gwenchana. Aku tak berbohong. Jantungku masih tenang, ia tidak nakal. Eomma, bukankah ini sudah terlalu malam untuk mu, ini tak baik untuk kesehatanmu, eoh. Aku baik baik saja, sungguh.” Jawab Yoonhee sambil memperlihatkan sikap manjanya, tapi ini membuat eommanya menerima dengan terpaksa pengakuan putrinya itu.
“Ck, ya sudah. Eomma dan appa pulang dulu. Kau jaga dirimu baik-baik ne.” Pamit nyonya Kwon untuk terakhir kalinya, dengan wajah yang begitu cemas. Yoonhee melihat kepergian orang tuanya dengan sayu, ia dapat melihat jelas raut kekecewaan dan kecemasan pada orang tuanya. Tapi mau bagaimana lagi, ia pun tak bisa berbuat apa-apa.
‘Mianhae eomma, appa. Ini semua karena ku, ini semua karena kebodohanku. Mianhae.’
***
@ Kyungji Apartement, 07.00 a.m KST
Langit nampak menghitam, menyembunyikan kecerian sang mentari. Ne, ini karena musim gugur akan segera tiba, sehingga membuat semua orang mau tak mau harus selalu menyiapkan mantelnya jika tak ingin berhubungan dengan dingin angin musim.
Walau demikian, hari cukup sejuk. Sehingga membuat siapa pun enggan beranjak dari kamarnya. tapi, kesejukan ini terasa begitu mengcengkam ketika sang awan hitam mulai menutupi langit kota Seoul. Nampaknya hujan akan segera turun.
Sama seperti kedaan di luar sana, kehidupan di dalam rumah sewaan ini pun sedikit kalut. Penghuninya sama sekali tak mengeluarkan suara. Seperti mereka baru berkenalan.
Joo hyun terlihat sedang merapikan alas lantai tidurnya dalam diam. Matanya sedikit sembab karena menangis semalaman. Ia tak tidur hanya karena merutuki nasib dirinya. sementara Sehun, ia nampak baru keluar dari kamar mandi rumah itu. sambil menggosok –gosokan rambutnya yang basah.
Sehun hendak berjalan menuju ruang tengah rumah ini, namun langkahnya terhenti saat ia melihat Joo hyun tengah membereskan kasur lantai yang di pakainya semalam.
“Kau sudah mandi ?” tanya Sehun dingin saat dirinya tepat berada di belakang Joo hyun.
Sehun berdecak, ia menjongkokkan tubuhnya agar setara dengan posisi Joo hyun sekarang.
“Apa kau tak tidur semalaman ?” tanya Sehun lagi, tapi masih sama Joo hyun tetap tak menjawabnya.
“Ya!” geram Sehun, ia menahan lengan Joo hyun. Mereka sempat mematung karena hal ini, Sehun menatap Joo hyun tajam. Tapi gadis itu memilih untuk menghindari tatapan namjanya.
“Ada apa dengan mu ? kau merasa bersalah ? Wae ? kenapa kau merasa bersalah huh ? Joo hyun-na ? Ya Joo..”
“Mwo ? mworago ? kenapa kau selalu bertanya seperti itu padaku ? bukan kah semua sudah jelas semalam ?!” sela Joo hyun dengan cepat, ia langsung menepis lengan Sehun dari tangannya. Ia mencoba bangkit dari posisinya, tapi lagi-lagi pergerakan Sehun lebih cekatan sehingga tubuh mungil itu kembali ke posisi semula.
“Jangan mencoba menghidariku.” Seru Sehun begitu tajam, dengan manik matanya, yang tak pernah lepas dari Joo hyun.
“Kenapa kau selalu ingin bersama wanita murahan ini ? kenapa kau selalu ingin bersama diriku huh ?” pekik Joo hyun dengan nada tingginya, ia emosi saat ini, ia merasa tertekan selama ini. baginya kebahagian itu telah hancur.
Hancur bersamaan dengan menikahnya Sehun dengan yeoja lain. Tapi ia berusaha mengingatkan dirinya, bahwa Sehun akan selalu menggenggam tangannya walau apapun situasinya. Tapi lingkungannya menolak dirinya, sama seperti orang tua Sehun yang menolaknya mentah-mentah. Ia tak tahan menerima semua itu.
“Kenpa kau bicara seperti itu ?” tanya Sehun penuh emosi,
“Waeyo ? kau tak menerimanya ? kau keberatan dengan kenyataan itu ? apa mau mu sebenarnya dari diriku huh ? dari seorang yeoja yang sangat hina di mata orang bangsawan ? apa yang kau ingin kan dari ku, huh ?” teriak Joo hyun dengan emosi, wajahnya memerah karena ia berusaha menahan amarahnya.
Ia berusaha memendam penderitaannya dalam-dalam, dan mengeluarkannya dari bentuk cairan kristal yang keluar dari matanya. Ia menangis lagi, menangis dengan sekencang-kencangnya. Sehun yang melihat itu, langsung menarik Joo hyun ke dalam pelukannya. Ia memeluk Joo hyun dengan erat, membiarkan yeoja itu menangis dalam pelukannya.
Ia merasakan t-shirt yang di gunakannya basah pada bagian depan, ia dapat merasakan betapa keras tangisan yeojanya. Lengannya perlahan mulai menyentuh rambut panjang coklat yeoja itu, ia mengelus dengan lembut rambut itu.
Sungguh, Sehun benar-benar merasa bahwa ia adalah namja yang paling pengecut di dunia ini. ia hanya bisa membuat yeoja yang di cintainya menderita. Ia hanya memberikan penderitaan. Bahkan ia tak bisa berbuat apapun saat yeoja itu membutuhkannya.
Ia tahu, bahwa ialah penyebab semua penderitaan yeoja itu. tapi mau bagaimana lagi, Sehun terlanjur mencintainya. Ia tak sanggup kehilangan yeojanya ia tak sanggup.
“Hiks..hikss” tangisan Joo hyun seolah membuat langit ikut bersedih, tanpa terasa hujan telah turun membasahi kota itu. Walau hanya hujan kecil, tapi suasana di kota ini seperti menggambarkan kesedihan. kesedihan yang membawa penderitaan.
***
Pagi yang begitu sejuk di luar, terasa sesak di dalam apartement nomor 77 ini. Bukan karena mesin ac tidak berfungsi, pentilasi udara tidak ada, melainkan karena tersembunyinya amarah di balik raut wajah nyonya dan tuan Oh. Mereka sengaja datang pagi buta, untuk memastikan putranya telah pulang. Tapi nyatanya, hingga pukul 8 pagi ini dia belum juga pulang.
Nyonya Oh nampak terlihat berjalan bulak balik sambil menggenggam telepon di tangannya, dan tuan Oh tengah menatap pintu apartement itu dengan wajah garangnya, sambil berlecak pinggang menambah kesan angkuh di dalam dirinya.
Sementara istri namja itu, Yoonhee ia terus terdiam duduk di sofa ruang living room itu. lengannya tak henti-hentinya meremas-remas jari-jari tangannya menandakan ia sangat cemas sekaligus takut.
Ia menggigit bibir bawahnya tanpa sadar, dan terus saja menundukkan kepalanya mencoba menyembunyikan kekhawatirannya.
Sungguh ia pun tak akan menyangka orang tua Sehun tiba sepagi ini di apartementnya. Bahkan mereka datang tanpa orang tua Yoonhee, memngingat rencana mereka semalam berhubungan dengan orang tuanya.
Tapi nyatanya, ini berbeda dari semalam. Ia dilarang menghubungi orang tuanya oleh tuan Oh. Namja paruh baya itu hanya ingin bicara dengan putranya tanpa keluarga Yoonhee.
‘Andweyo, kau jangan pulang sekarang. Andwe.’ Harap Yoonhee terus menerus, ia berharap bahwa Tuhan akan mengabulkan permohonannya kali ini. karena sungguh perasaannya tidak enak. Ia merasa akan terjadi sesuatu pagi ini seperti malam itu. malam dimana ia melihat orang tua menyiksa anaknya.
Yoonhee mendongakkan wajahnya, sesaat setelah bel apartement itu berbunyi, berharap seseorang yang datang itu bukanlah Sehun. Ia pun berdiri untuk memastikan siapa yang akan datang sebentar lagi.
Namun harapannya itu musnah saat ia melihat orang yang tak ingin di lihatnya hari ini tiba. Dengan tubuh yang sedikit basah kuyup karena di luar turun hujan. Yoonhee menautkan alisnya, ia melihat dengan cemas suaminya itu.
Terlihat, Sehun nampak terkejut melihat sang ayah yang sudah ada di hadapannya. Ia melihat ayahnya menatap tajam kearahnya, seakan tatapan itu mau membunuhnya. Ia menelan salivanya dengan susah payah, Sehun mencoba melihat kearah lain, dan ia menemukan sang ibu juga menatapnya tajam.
Sehun menundukkan pandangannya, ia mencoba menebak mengapa orang tuanya bisa datang ke apartementnya sepagi ini.
Baru saja Sehun menemukan jawabnya, dan ingin menatap ayahnya ..’PLAK’ sebuah tamparan keras mendarat di pipinya. Menimbulkan bercak darah di sekitar sudut bibirnya. Padahal, luka itu baru saja sedikit kering karena Joo hyun mengobatinya semalam saat ia tengah tidur. Sehun pun menyadarinya saat ia bercermin setelah mandi. Tapi sayang, seakan sia-sia luka itu kembali muncul. Bahkan semakin perih ia rasa.
“Apa belum puas kau mempermalukan ayahmu ?” tanya tuan Oh dengan lantang pada putranya. Sehun terdiam mendengar pertanyaan itu, ia berpikir sejanak, dan menebak mengapa ayahnya marah besar seperti ini.
‘PLAK’ lagi-lagi tamparan itu kembali melayang di pipi Sehun, membuat pertahanan namja itu dekit runtuh. Ia menyentuh dinding pintu itu untuk menopang dirinya agar tak jatuh. Napasnya kini memburu, berusaha untuk mengatur amarahnya dan rasa sakit secara bersamaan saat ini.
Walau Sehun sudah biasa menerima perlakuan dan pukulan seperti ini, tapi sungguh baginya pukulan ini begitu sangat menyakitkan. Ia sangat merasakan sakit di bagian luka akibat pukulan itu. bahkan kini, hatinya pun ikut terluka.
Dari kejauhan, Yoonhee hanya bisa memandangi peristiwa itu dengan tangisannya. Ia benar-benar terluka melihat semua ini. tapi, tak bisa berbuat apapun saat ini. ia takut, langkahnya akan membuat Sehun semakin terluka.
“Kau menginap di rumah yeoja itu, huh ? kau menghabiskan malam bersama yeoja murahan itu ?” pekik sang ayah dengan amarah yang tak bisa di tahan lagi.
Seakan ada petir di sekitarnya, Yoonhee membulatkan matanya saat ia mendengar pertanyaan ayah mertuanya. Pertanyaan yang sungguh mengejutkan dirinya. mungkin karena itu pula, waktu seperti berhenti baginya. Mengapa begitu sakit mendengar fakta ini.
“Hahikss..” mulut mungil gadis itu membuka karena terkejut, ia terlihat sedikit kesulitan bernapas saat ini juga.
Dengan susah payah Yoonhee mencoba mendudukkan dirinya kembali.
“Namja kurang ajar, apa yang kau lakukan bersama yeoja itu malam tadi ?”,
‘Hikss..hiks..’ Yoonhee menangis, saat telinganya mendengar ucapan itu lagi. Di tambah, jantungnya pun ikut berdetak kencang menambah keperihan di dalam dirinya. jantung itu tak mau berkompromi dengannya saat ini, bahkan jantung itu seakan menambah sakit dalam dirinya.
“SEHUN !!” ,”Mwo ? apa peduli mu ? aku melakukan apapun padanya, bukanlah urusanmu. Dia yeoja ku, aku bebas melakukan apapun.”
‘PLAK’
‘Bruk..
Yoonhee semakin meremas jantungnya ketika ia melihat Sehun runtuh dari pertahanannya akibat tamparan itu. ia melihat sendiri, betapa tidak berdayanya Sehun saat ini. darah yang mengalir di bibirnya, kini mulai mengotori lantai akibat ia tersungkur menghadap lantai.
Air matanya kini berhasil membasahi pipi pink kemerahan milik Yoonhee, ia menangis melihat semua itu. namun ia juga tak dapat menyelamatkan Sehun saat ini. ‘Hikss Aks.’ Yoonhee merintih, ia bangkit dari posisinya menuju ke kamarnya. ia tak kuat lagi, jantungnya tak bisa menahan semua ini.
‘Bruk’ Yoonhee membuka pintu kamar dengan kerasnya, ia mencari obat pereda rasa sakit itu di laci lemari kamarnya.
‘Prang’ setiap barang yang ada di sana pecah berantakan, karena sang pemilik tak sengaja menubruknya, lantaran ia sangat terburu-buru mencari obatnya. Semua laci telah ia cari. Pada akhirnya ia melihat kotak obat itu, dengan sangat tergesa ia menenguk 2 butir obat sekaligus. Sebagai efeknya, tubuh Yoonhee ambruk begitu saja, merasakan lemas di seluruh tubuhnya.
Yoonhee mencoba menyentuh tepi ranjangnya, agar ia tak semakin tersungkur di sana. Ia mencoba untuk mempertahankan kesadarannya, karena jika tidak semuanya akan terbongkar.
Semua orang akan tahu tentang penyakitnya, ‘Aniyo’ gumamnya mencoba berdiri sekuat tenaga. Ia kembali keluar dari kamarnya dan segera menghampiri Sehun.
Yoonhee berlari, ia menghampiri tubuh Sehun yang sudah tak berdaya lagi. Ia mencoba menyamakan posisinya dengan Sehun saat ini. tanpa bisa ia sembunyikan, ia kembali menangis. Bukan karena jantungnya, tapi karena dirinya melihat Sehun seperti ini. syukurlah, berkat obat tadi, jantungnya kembali tenang, tapi perasaannya sangat terguncang.
“Itulah akibatnya karena kau sering membantahku. Jika saja tak ada Yoonhee di sini, aku sudah menghabisimu. Ku peringatkan sekali lagi, jangan dekati yeoja itu, pergi darinya. Sekali saja aku tahu kau bersamanya lagi, bukan hanya kau yang akan ku habisi, tapi aku akan membuat kehidupan yeoja itu hancur. Camkan ucapanku. Hyo Ri, kajja. Aku sudah memberi pelajaran pada anak ini. kita tak bisa menghabiskan waktu kita disini.” Pekik tuan Oh yang pergi begitu saja tanpa menyentuh bahkan untuk menengok memastikan keadaan putranya saja ia tak lakukan.
“Kau akan terbiasa dengan semua ini.” timpal nyonya Oh sesaat sebelum ia juga pergi meninggalkan tempat ini acuh. Air mata Yoonhee menjadi jawaban akan semua ucapan orang tua Sehun. Ia menggigit bibir bawahnya menahan tangisannya.
Ia menyentuh rambut Sehun yang kini sudah basah, bukan karena air lagi. Tapi karena darah yang keluar akibat luka yang masih basah itu. Yoonhee mulai mengangkat kepala Sehun agar tidur dalam pangkuannya. Air matanya semakin deras keluar saat ia melihat betapa tidak berdayanya Sehun. Ia pingsan, dengan luka di sekitar wajahnya.
Tanpa sadar, Yoonhee memeluk Sehun dalam rangkulannya itu. ia tak dapat berbuat apapun selain ini. ia memeluk Sehun dalam kesedihannya. Backsound di sekitar mereka berubah dengan suara percikan air hujan, menambah kelam saja di dalam apartement mewah itu. turunnya hujan seakan menggambarkan kesedihan hati Yoonhee saat ini. kesedihan karena ia tak bisa berbuat apapun, ketika namja yang mulai di cintainya terluka.
‘Nan yaksoyo. Aku tak akan membuat hal ini terjadi lagi padamu. Ayahmu akan menyayangimu setelah ini. kau akan menjadi anak kesayangan orang tuamu. Nan Yakso’...
To be continued.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Glory Glow
Teen FictionKim Jisoo, seorang gadis yang hanya menghabiskan waktunya dirumah sakit.. berharap ia akan melakukan sesuatu hal yang paling baik dalam hidupnya sebelum pergi.. Hingga ia dijodohkan dengan pemuda angkuh berhati iblis yang memusuhi keluarganya sendi...