Destroyed

142 9 0
                                    

Sesampainya di Dermaga. Aku terkejut melihat Ava sudah menungguku di sebuah kursi. Hal itu tentu membua jantungku kembali berdegup kencang. Tinggal menunggu beberapa menit lagi, Ava akan menjadi kekasih ku.

Dan Tiba-tiba ponselku berbunyi. "Keira? Ada apa lagi? ", gumam ku. Mungkin ia terlalu terharu menonton film dan ingin mengatakanya padaku. Itu tidak penting. Aku pun menutup panggilan itu. Kenapa dia harus menelfon di saat  keadaanku tak stabil seperti ini.

"Maaf. Aku terlambat? ", tanyaku sembari duduk berhadapan dengan nya.

Ia tak tersenyum sedikit pun, sangat berbeda dengan Keira. Sangat berbeda.

"Kau membiarkanku menunggu bersama angin malam sendiri di sini? Kemana saja kau Aarav? Jika kau tak serius. Aku pun juga bisa lebih darimu! ", bentak nya padaku.

"Tidak! Ku mohon maafkan aku Ava! Tadi, jalanan macet. Jadi aku terjebak di tengah kemacetan itu! ". Aku berbohong! Maafkan aku ibu!

Ia mengalihkan pandangan.

Drttt... Drtt...
Siapa lagi yang mencoba merusak moment spesial ku malam ini? Keira? Kenapa dia terus saja menelfon? Jika ingin bicara, bukankah ia bisa bicara sejak tadi. Disaat aku belum pergi. Ia palah menangis seperti anak kecil. Kau lihat! Aku jadi membual sendiri seperti nenek tua.

Drtt... Drtt...

Lagi? Dan, Keira kembali menelfon. Sekali lagi ku tekan tanda merah. Aku tak ingin ada siapapun yang menganggu moment spesial ku malam ini. Walau Keira sekalipun.

"Kenapa tidak mengangkatnya? " ucap Ava.

Aku menoleh "tidak! Bukan apa apa", jawab ku sambil mematikan ponselku.

Puas sekali rasanya, tak akan ada yang bisa membuat  ku semakin panas dingin. Aku menatap Ava. "E... Ava! Terima kasih kau sudah datang untukku. ", ucapku sedikit gugup. Aku kehabisan kata kata. Apa yang harus ku ucapkan lagi?

"Kau baik baik saja kan? "

"Aku.. B.. Baik. Baik saja" tersenyum adalah hal pasti. Tapi tetap saja kata kata ku tersumbat.

Dengan keberanian, aku menggapai tangan mungil nya di atas meja. Angin malam dari laut mulai menerpa menerbangkan anak rambut di wajah Ava. Aku tersenyum dan mencoba mengambil nafas se stabil mungkin. Rileks! Rileks!

"Ava! " aku menatapnya dengan sepenuh hati. Tanganya telah ku pegang erat "Ava! Aku... -"

"Aarav! "

Aku terkejut, suara siapa dari belakang. Suara atau hanya angin. Aku menoleh kebelakang.

Astaga! Keira! Ia datang dengan ter engah-engah. Kakinya tak beralaskan sandal ataupun sepatu, rambut nya beracakan, di tangan kananya terdapat setangkai mawar milikku. Apa ia berlari dari Apartemen menuju kemari? Sejauh ini?

"Araav! You'are Flower! ", ucapnya disertai hembusan nafas berat. Ia menyodorkan mawar ke hadapan ku.

Tiba-tiba tangan Ava terlepas dari genggamanku. Ia berdiri dan menatapku tajam. Aku ikut berdiri.

"Oh! Jadi ini rencana mu Aarav! Apa sebenarnya yang kau inginkan? Hah? Kau telah berjanji tak membawa siapapun untuk menemuiku. Dan kau melanggar janji itu! Ok! Jangan berharap kau bisa menyatakan cintamu padaku! Dan kau Keira. Kau tidak tahu malu! Di saat seseorang sedang bahagia dengan kehidupan pribadi nya, kau datang tiba-tiba untuk merusak moment kami? Hey! Kau seorang gadis! Bukan pria. Hanya seorang gadis yang tak berstatus yang melakukan hak ini! I Hate You! ",  ucap Ava sambil berlalu pergi.

Kenapa semua nya hancur. Aku menggapai lengan Ava. "Ku mohon! Dengarkan aku sebentar saja! Biarkan ku jelaskan semuanya. Ava! Ava? Ku mohon "

"Never dare to touch my hand! Let go!"

"Not, you have to listen me! Pliissss Listen to me! Ava"

"Not! I'm Hate you! Verry Hate you! ". Ia melepas peganganku dan berlalu pergi.

Sial!!! Semuanya hancur. Hancur dengan mudahnya.

Aku mendekati Keira dengan perasaan yang benar-benar marah.  "Kau bahagia sekarang? Kau bahagia saat Ava meninggalkanku sendiri? Tertawa lah! Sekarang tertawa, Keira!  Apa kau tidak mengerti? Bukankah sudah ku katakan tadi. Aku tidak boleh mengajak siapapun! Termasuk dirimu (ku arah kan telunjukku padanya) dan kau masih saja tidak mengerti? Perlu berapa kali aku harus mengatakan nya Keira? Berapa kali? Kau lihat sekarang! Hari besarku sudah hancur karena mu! Itu semua karena mu", bentakku habis habisan. Aku tidak perduli ia menangis ataupun tersenyum, dia benar-benar membuatku kehabisan akal.

Sejak tadi ia hanya menunduk dan aku tau ia menangis. Beberapa bulir air mata terjatuh ke tanah. Rasanya sangat muak melihat kecengenganya di hadapan ku. Air mata nya adalah jarum bagiku. Semakin ia menangis, aku akan semakin benci padanya. "Tak perduli berapa banyak kenangan di antara kita. Aku tidak akan pernah memaafkanmu Keira! Untuk sekian banyaknya gadis yang ku temui di hidupku! Hanya kau lah gadis pertama, yang berhasil membuatku kehilangan nyawaku sendiri! Aku mencintai nya. Jika benar apa yang di katakan Ava, bahwa kau menggagalkan moment ku karena kau masih sendiri ", ia menengadah dan menatap ku,  "maka katakan pada orang yang kau sayangi! Bahwa kau mencintai nya! Tidak perlu merusak hubungan ku bersama Orang lain! Ku pikir kau berjiwa sejati! Tapi itu adalah kesalahan besarku karena harus datang terlebih dahulu ke Apartemen mu sebelum kemari. Mujhe tumse Navrat karta hoon. NAVRAT! ", bentakku.

"Sorry! ", jawab nya hampir tak bersuara,  lalu ia menjauh dan berlari pergi.

Ku pandangi setangkai mawar yang baru saja Keira jatuhkan sebelum pergi. Aku mengambil mawar itu. Untuk kali ini aku bukan lah Aarav. Karena aku menangis sekarang. Aku bukan lah pria yang sangat sangat sangat Gentleman. Aku juga bisa menangis hanya karena cinta sekalipun.

Ava,  sejak ia datang di Kampus, aku sudah sangat mencintainya. Hanya dia pengobat perasaanku, disaat ku sadar bahwa Keira memang bukan untukku.  Sekarang tak ada harapan untuk bercinta lagi. Hidupku bagai tak berguna.

Ku tundukkan wajah rendah rendah. Apa kisah kedua orang tuaku dulu separah ini? Sehingga aku pun sama?

Aku berjalan ke arah mobil. Semua sudah berakhir, aku tak perlu mengharap. Pulang ke rumah adalah jalan terbaik. Aku tak punya siapa-siapa lagi. Termasuk Keira yang benar-benar ku benci.

Begitu ku buka pintu mobil, sebuah mobil berhenti di sisiku. Seseorang keluar dari dalam mobil. Van! Dan...

Tarrr!...

Sebuah tamparan hebat mendarat di pipiku. Seketika ku menatap nya penuh dendam. Dan ia mencengkam kerah jass ku dan mendorong ku ke mobil. Kedua sorot matanya berapi-api menusuk ke dalam mataku.

_____,,,,.

KOI TERI KHATIR HAI JEE RAHA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang