Where?

164 12 0
                                    

Setelah semua pria itu lenyap di makan oleh kegelapan. Aku pun memecahkan kaca jendela dengan siku ku yang tajam. Hyya!

Praangggg!!!

Semua orang menoleh ke arahku. Aku melakukan ini karena aku tak sempat berpikir. Pintu masih jauh dari hadapan ku. Sementara di depanku ini kaca jendela begitu besar. Yang kini telah hancur.

Aku pun menuju ke dalam. Semua gadis tersenyum padaku dan mereka mungkin merasa aman saat melihatku.

"Cepat pergi dari sini! Sebelum mereka datang kembali", ucapku.

Para gadis pun berbondong bondong ke luar dari ruangan. Kami tak perduli para pria itu mendengar langkah kaki kami. Tapi keselamatan adalah yang utama.

Sekejap kemudian, ruangan telah kosong. Tinggal beberapa gadis yang masih berada di jendela untuk mengantri keluar. Dan seorang yang masih berdiri di hadapan ku. Ia menitihkan air mata. Seperti ingin mengatakan seribu pernyataan padaku. Tapi tak bisa.

Ia mendekatiku masih dengan air matanya. "Aarav! ", ucap Ava hampir tak terdengar. Ia terlanjur menghembuskan nafasnya untuk menangis.

"Keira! Aarav! Selamat kan Keira! Aku benar-benar merasa bersalah atas apa yang sudah ku katakan pada Keira. Kau tau? Saat aku pergi meninggal kan mu dari Dermaga, seseorang menerkamku dan membawaku ke dalam mobil. Dan ia juga membawa Keira. Kau tau untuk apa mereka membawa kami Aarav? Untuk dijual! Untuk dikirimkan keluar negara dan menentukan nasib sendiri.  Dia dalam bahaya! Seharusnya aku yang berada di posisinya sekarang. Tapi ia bilang, 'Aarav sangat mencintaimu! Biarkan aku yang pergi' Dan sekarang ia dalam perjalanan menuju ke Stasiun. Mungkin ia sudah sampai, dan akan segera menuju  bandara"

Bandara?

"Dan ia akan dijual ke Belanda! Ku mohon selamatkan dia! Dia dalam bahaya Aarav! Dia sangat mencintaimu! "

Aku masih menunduk sejak Ava bercerita. Aku tak bisa berbuat apa apa. Seluruh tubuhku lemas tak berdaya. Apa yang akan terjadi selanjutnya?

Ava menggoyangkan tubuhku dengan tangisnya yang menjadi lebih keras. "Aarav! Apa yang kau tunggu! Selamat kan dia! Dia yang sudah hidup untuk mu, Aarav! "

***

Aku tidak akan pernah menganggap remeh kisah ini. Dimana disaat seseorang yang telah meluangkan hidupnya untukku dalam bahaya. Aku tak perduli apapun sekarang. Ku pandangi seluruh sudut Stasiun. Tapi, tak kujumpai pula wajah Keira. Apa mungkin ia sudah dalam perjalanan.

Aku mendengar suara kereta yang mulai berjalan. Keira sudah berada di rute sebelum ini? Atau rute saat ini? Aku pun berlari menuju ke seluruh pintu. Tak ku perdulikan semua orang memperhatikan ku dengan aneh. Aku tak akan malu sedikit pun.

Seperti nya itu Keira. Tapi, siapa pria yang bersama nya itu. Ia masih di pintu kereta yang masih berjalan lambat. Aku berlari ke arahnya.

"Keira! ", sapaku ketika menatapnya. Ia menangis dan mencoba untuk kabur. Tapi, pria di depanya ini selalu menghalanginya.

Pria ini, bukankah dia adalah dosen baru di Universitas yang baru beberapa hari ini mengajar. Dia adalah M. R Pieter. Aku tak tau banyak tentangnya. Sejak dia masuk, semua orang memang sudah heran dengan tingkah pria ini. Tapi, kenapa ia yang menculik Keira?

"Araav! ", aku menoleh ke Keira. Senyumanya merekah lebar, walaupun pipinya masih basah dengan air mata. Mungkin ia berharap penuh padaku untuk menyelamatkan nya.

Aku tau itu. Dan sekarang orang yang baru ku cintai ini sudah di depan mata. Tak mungkin aku melepasnya dan membiarkan Pieter membawanya pergi.

Aku pun nekat menarik lengan Pieter, sehingga ia terjatuh di samping rel. Ia tak lagi di kereta sekarang.

Aku pun berlari mengejar Keira yang semakin menjauh bersama kereta. Tapi,

"Diam disana! Atau Keira Dalam bahaya! ", teriaknya membuatku menoleh. Ia sedang berlari mengikuti arah Keira. Aku tak perduli padanya dan kembali berlari.

Tapi, ia berhasil menarik lenganku. Dan memukuliku dengan kekuatanya. Aku terjatuh tak berdaya. Ia kembali menarik lenganku dan menghajarku. "Tak akan ku biarkan kau menyelamatkanya! Karena ia adalah haq orang lain sekarang! ", ucap nya dengan memukuliku tanpa ampun.

Sementara kedua mataku tak kuasa untuk terbuka. Dunia semakin gelap. Seluruh tubuhku merasa sakit. Aku tak percaya bibirku terluka. Begitu pula wajahku yang telah menjadi bahan pukulan pria ini. Apa tidak ada petugas ke amanan disini sehingga mereka tak tau bahwa Pieter ingin menjual Keira?

Ku paksakan tubuhku untuk berdiri. Dan mengejar Keira. Aku sadar semua orang hanya memandang ku dengan ketakutan. Mereka bahkan menghindar dariku dan Pieter. Ku lihat tangan Keira yang melambai lambai ke arah ku, ia begitu berharap aku bisa menyelamatkanya. Kereta semakin cepat sehingga ia tak bisa turun sendirian.

Dan seluruh dunia terasa gelap bagiku. Aku terjatuh dan terduduk di tanah, kepalaku serasa sangat berat. Dan Pieter kembali mengangkatku. Ia menarik lenganku untuk berdiri. Sementara aku tak bisa lagi berdiri dengan tegak. Kedua mataku saja sangat sulit terbuka.

Ia ingin memukulku tapi, seseorang menghalangi nya. Aku menoleh dan mencoba berdiri tegak.

"Van! ",  bisikku saat melihat nya menahan tangan Pieter.

Ia menahan tangan Pieter. Tapi, bekas pukulan berada di wajahnya. Apa ia dikeroyok semua pria di rumah itu?

__,,,,,

Voment guys!

KOI TERI KHATIR HAI JEE RAHA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang