Strange

163 8 0
                                    

"Bagaimana penampilanku? " tanyaku penuh percaya diri. Ia menatap ku dan ternganga. Kyun? "Apa sekarang aku lebih tampan dari Varun? "

Ia mengedipkan matanya "Kya tumho Aarav? "

"Yes! this is me aarav. do you think I'm a ghost? ", ucapku heran.

"Kau ingin pergi? Kau serius Aarav! Sejak kapan kau bisa berpenampilan seperti ini? "

Ah... Rupanya Keira belum mengerti maksutku. Dasar! Aku pun berjalan ke arah nya.

Tepat di depanya aku berjongkok dan menatapnya penuh perasaan sambil menyerahkan setangkai mawar di tanganku. "Kau tidak tau? Aku sangat mencintaimu! I Love You! Mujhe tumse ishq! ". Aku tersenyum padanya.

Wajah nya memerah. Ia menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Kurasa ia terlalu histeris. Tapi, aku kan hanya berlatih saja. Ia semakin terlihat aneh. Dengan menatap kedua mataku dengan sepenuh hati. Perasaan apa itu? Ia mencoba mengambil setangkai mawar itu di tanganku.

Dengan cepat aku pun berdiri dan menarik kembali mawar di tanganku "tidak akan ada yang boleh memegangnya kecuali diriku dan dia! "

Ia terlihat heran.

Aku mengalihkan pandangan. "Karena sentuhan kedua untuk mawar ini akan jatuh kepada Ava seorang. Ava Ruhll ",  ucapku. Saat ku menoleh Keira ia masih terlihat heran. Dan raut wajahnya mulai berubah.

"Matlab kya hai? ", katanya hampir tak bersuara.

"Maksutku adalah. Aku hanya mencoba berlatih dengan mu, agar aku bisa mengungkapkan perasaan ku pada Ava "

"Ava? ", tanyanya.

Aku mendekati nya "Ya Keira! Aku berhasil mengungkapkan perasaan ku pada Ava dengan surat. Aku baru tahu, kebiasaan burukmu tak seburuk yang ku kira. Aku sadar,  menulis surat telah membantuku mengungkapkan perasaan ku. Terima kasih Keira! Kau sudah membantuku". Aku memeluknya sekejap dan melepas nya kembali. "Kau telah membantuku. Terima kasih banyak! Dan malam ini dia menyuruhku untuk datang ke Dermaga kota. Dia menantangku untuk menunjukan kepada semua orang bahwa aku sangat mencintainya", aku menjelaskan dengan senyuman yang benar-benar bahagia. Aku benar-benar bahagia.

Tapi Keira, sejak awal aku bicara ia menunduk dan tak menatapku, bahkan saat aku memeluknya ia tak mengucap kan selamat sedikit pun.

"Kenapa? Kau baik baik saja? " ku mengarahkan wajahnya padaku.

Kami bertatapan, dan ku lihat kedua matanya berkaca kaca. "Ada apa Keira? Kau sakit? Atau kenapa? Kenapa kau menangis? ", tanyaku.

Ia menghindarkan tatapan nya dariku. "Tidak. Tidak apa-apa, malam ini kau akan menemui kebahagiaan mu! Pergilah! Atau kau akan terlambat", ucapnya dengan suara sedikit bergetar.

"Jika kau tak mengatakan, kenapa kau menangis, maka aku tak akan pergi. Aku tidak bisa pergi saat melihat mu menangis! Baata de kyun tujhe rahaa hoon? "

Ia tersenyum dan menatapku dengan sebendung air mata di kelopak matanya. Aku jadi tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

"Pergilah! Aku baik-baik saja"

"Tunggu! Apa seseorang melukai mu? Atau, kau ingin ikut denganku? Tapi, maaf Keira. Ava melarangku mengajak siapapun, atau ia akan menolakku secara mentah-mentsh. Maaf kan aku. Mungkin lain kali aku akan mengajakmu. Tapi tidak hari ini!  Kurasa tidak. Aku yakin seseorang melukaimu. Katakan siapa? Aku akan menghajarnya? Apakah Van membuatku mu cemburu? Apa yang Van lakukan padamu? Ia meninggal kan mu? Memarahimu? "

Ia menggeleng kuat, dan setetes air mata terjatuh. Ia mencoba menahan agar air mata itu tak jatuh. "Tidak ada apapun. Aku hanya terharu dengan film yang ku tonton tadi. Aku tidak apa apa? "

"Oh, Jhoot Bhollo", sambarku

"Tidak! Aku tidak berbohong! Mujhse Dosti Karoge! Kau tau film itu kan? Dimana Pooja harus merelakan Rajh mencintai Tina, agar kedua nya bahagia! Aku menonton nya tadi"

"MDK? Sejak kapan kau suka menonton film lama? ", balasku.

"Ayo berangkat lah! Atau kau akan terlambat ". Makin lama getaran suaranya semakin kentara. Apa yang di katakan dia benar?

"Accha! " aku berjalan menjauh.

"Rukh! "

Aku berhenti dan menoleh "ada apa? "

"Kau sangat tampan seperti Varun Dhawan! Tapi, tetap ingat tali sepatu mu", ucap nya dengan tersenyum.

Aku menoleh ke bawah. Tali sebelah kanan terlepas. Aku berjongkok dan meletakkan mawar di atas meja. Dengan teliti ku perbaiki tali sepatu di kakiku.

"Biar ku bantu! ", ucapnya dengan ikut duduk di hadapan ku dan memperbaiki tali sepatu itu. Aku memandang nya. Begitu beruntung seseorang yang mencintainya. Andaikan bukan Van, maka aku...

"Ayo cepat! "

Aku langsung berdiri, ia ikut berdiri. "Terima kasih Keira! "

Ia tak menatapku, tapi menatap ke bawah. Ia tersenyum tipis dan menunduk. Aku berjalan ke arah pintu dan ku tutup perlahan.

Baru beberapa langkah dari ruangan Keira, aku terkejut mendengar suara tangisanya. Apa sebenarnya yang terjadi? Apa dia sedang menoton film lagi? Ingin rasanya kembali dan menemani Keira. Tapi, waktu tersisa 15 menit. Aku harus sampai lebih dulu dari pada Ava. Aku berjalan cepat-cepat menuju ke mobil. Tuhan! Jaga Keira!

______,,,,,

KOI TERI KHATIR HAI JEE RAHA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang