A HERO

157 11 0
                                    


"Aarav! Selamatkan Keira! Pergi dan selamat kan Keira! Aku akan menghadapi Villain ini! Pergilah Aarav! Kau harus bisa menyelamatkan Keira. Cepat! ". Ia mendorong ku dengan kasar. Sangat terlihat kekhawatiran penuh di wajahnya. 

Aku masih diam dan menatap nya. Aku tidak boleh membiarkanya sendirian. Pieter membawa senapan, apapun bisa terjadi pada Van.

"Jangan pikirkan apapun! Aarav! Berjanjilah padaku kau akan menyelamatkan Keira! Aarav berjanji! "

Tiba-tiba Pieter mengelak dan memukul kepala Van dengan lengan nya. Aku ingin menolong nya. Tapi ia bilang, "Tidak Aarav! Selamat kan Keira! Setidaknya untukku. Sebelum semua berakhir! "

Ingin sekali memanggil petugas keamanan di Stasiun ini. Tapi waktu benar-benar tak cukup. Apa tak ada seorang pun yang melaporkan keributan Ini. Sehingga Pieter masih dalam keadaan baik-baik saja?.

Tanpa berpikir lagi aku berlari menuju ke arah Keira yang masih memandang ku dari pintu kereta. Ia masih mengharapkan diriku. Ia begitu membutuhkan pertolongan. Air matanya tak pernah berhenti keluar.

"Aarav! ",  teriaknya padaku. Membuatku semakin tak tega padanya.

Keamanan di Stasiun ini bena-benar kacau. Bahkan Keira pun yang sejak tadi berteriak memanggil namaku, apa penumpang lain teka perduli padanya sehingga ia masih menangis? 

Aku mulai sadar, kereta melaju semakin kencang dan kakiku sudah mengerahkan kekuatan maksimal untuk berlari. Bahkan secepat ini, aku masih tetap tertinggal?

Aku berlari tanpa perduli apapun. Wajah Keira membuatku semakin berharap tentang keselamatanya. Aku tak ingin kehilangan nya kali ini juga.

Kami masih terpisah cukup jauh. Tapi, kakiku memang sudah tak kuat lagi. Disamping itu, aku juga masih menahan sakit akibat pukula-pukulan Pieter tadi. Sehingga energiku semakin menurun. Air Mata nya terus menetes. Kuulurkan tanganku mencoba menggapainya. Kakiku ayunkan dengan sekuat tenaga.

Uluran tanganya padaku semakin dekat, semakin dekat. Dan setelah ku kerahkan kekuatakan terakhir. Akhirnya kedua tangan ini bersatu. Aku berhasil masuk ke dalam kereta dan berdiri di hadapan Keira,  yang masih menitihkan air matanya.

Dan untuk pertama kalinya, Keira memelukku seerat ini. Seakan ia benar-benar tak ingin kehilangan diriku. Aku menunduk dan membalas pelukan nya. "Sab theek hai! ", bisikku padanya, dengan nafas yang sama sekali tak terkendali.

Ku tutup mataku dengan paksa. Tapi akhirnya air mata jatuh juga. Langsung ku tahan air mata itu dan mengusapnya.

"Aarav! ", Keira menyentuh luka ku.

Aku menatapnya. "Mujhe Sans bahut ghallat bhat hai! Mujhe maaf karna Keira", ucapku.

Ia menggeleng. "Kau tidak bersalah! ". Ia memelukku kembali.

Aku mulai merasa tenang sekarang. Tak ada lagi yang aka bisa memisahkan aku dan Keira.

***

.....
Voment!
Jangan lupa follow ya!
Tinggal 1 part lagi. Maaf agak lebay ceritanya 😄.
Aarav si lebay 😄😄😄

KOI TERI KHATIR HAI JEE RAHA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang