I Love You

231 13 0
                                    

Jarak yang biasa ku tempuh dalam setengah jam, kini ku tempuh dalam waktu 10 menit. Aku berlari menuju ruangan Keira di Apartemen.

Tapi, ketika aku mulai dekat tak ku dengar lagi teriakan-teriakan Keira seperti di telefon. Apakah seseorang itu membunuhnya? Ku pandangi dari kejauhan pintu ruangan Keira terbuka lebar. Sementara di sekitarnya gelap-gelap saja.

Aku menghampiri pintu itu. Dan aku terkejut melihat ruangan Keira sudah tak rapi lagi. Barang-barang berserakan dimana mana. Barang-barang inilah pasti yang di gunakan Keira untuk berlindung dari seseorang yang menemuinya tadi. Tapi siapa orang itu? Dan dimana Keira sekarang?

Malam ini adalah malam terberat bagiku. Semua masalah datang menyerbu diriku di malam ini.  Kenapa semua harus malam ini? Aku kehilangan 2 orang yang sangat ku percayai. Aku kehilangan Ava karena Keira. Bukan karenanya,  tapi karena diriku sendiri. Dan di saat aku tau sebuah pengorbanan dari Keira, kini aku sendiri tak tau ia dimana?

Apa aku masih pantas untuk hidup? Kenapa aku merasa sekarang ini seluruh dunia memarahiku? Aku sangat menyesal telah membentak Keira, bahka ia tak bersalah.

Seharusnya saat ini aku berada di hadapanya dan meminta maaf padanya, aku akan mengungkapkan perasaan ku padanya. Aku sangat mecintainya, tapi aku sendiri mengira Keira dan Van saling mencintai. Karena itulah aku memilih Ava.

Dan kini rasa yang lama telah kembali. Aku tak akan pernah membunuh perasaanku. Tapi seseorang yang ku cintai kini telah tiada. Dan dimana keberadaan nya adalah tanda tanya bagiku.

Aku terduduk di antara serakan barang-barang. Aku menunduk dan menangis menyesali semuanya. Namun air mata ku ini sangat lah tak ada artinya dengn arti dari penyesalan ku saat ini.

Ku pandangi seluruh ruangan yang berantakan ini. Aku merasa tak berdaya untuk bangkit. Sebuah kertas di atas meja. Ku hampiri kertas itu dan duduk di kursi untuk membacanya.

"Tuhan memberiku kesempatan untuk hidup yang kedua. Kau telah datang dan kini aku merasa hidup. Dan setelah aku tau kau tak mengerti perasaan ku yang sebenarnya. Aku merasa bahwa ayah dan ibuku telah memanggilku. Memanggil ku untuk yang kedua kalinya. Aku menulis surat ini dengan deraian air mata agar seseorang akan tau penderitaanku yang sebenarnya. Mujhe poora yaqen hai! Seseorang akan membaca surat ini suatu saat nanti. Saat aku telah tiada. Jika saja ada kesempatan untuk berbicara padamu. Aku akan mengatakan 'Aarav! Suno na! Jika aku hidup ataupun tidak. Kau pasti akan bisa mendengarkanku, kau akan bisa melihatku, kau akan bisa merasa bahwa aku di dekatmu. Jika hembusan angin melaluimu, kau harus bisa merasakanya dan menghentikanya. Maka itu adalah aku. I Love You'. Tapi aku sudah tidak memiliki kesempatan untuk mengatakan itu lagi."

Aku benar-benar tidak bisa menahan air mata. Sebegitu besarkah ia mencintaiku? Dan aku? Aku merasa menjadi pria termalang di dunia. Tidak sepantasnya Keira menulis itu.

Jika saja aku tak menelfon nya tadi, aku yakin ia mungkin telah tiada. Dia akan mengakhiri hidup nya sendiri. Tapi kali ini? Dimana dia?

Drtt... Drttt....

Aku mengambil ponsel di saku dan menjawab panggilan. "Aarav!... Aarav! "

Siapa yang menelfonku ini? Nomor ini tak kukenali sama sekali. Aku pun mengusap air mata di pipiku dan mencoba berbicara seperti biasa. Tapi, yang membuatku heran kenapa dia bicara berbisik.

"Aarav! Tolong kami. Kami dalam bahaya! Aku tidak hafal nomor orang lain selain dirimu". Aku terkejut mendengar nya.

"Kya? Matlab? ", tanyaku heran.

"Aku.. Aku Ava! Aarav kami dalam bahaya! Aarav! Kau harus selamatkan kami. Bukan hanya kami kau juga harus selamat kan Keira"

Aku terbelalak. Apa maksut perkataan Ava? Ada apa sebenarnya. Kenapa seluruh tubuhku mendadak khawatir.

"Aarav apa yang kau tunggu cepat selamat kan kami"

"D-dimana kau? "

"Sebuah rumah dekat stasiun feartrump. Aarav! Kami benar-benar takut. Cepat lakukan sesuatu! "

Aku pun menutup telfon itu dan bergegas menuju ke stasiun feartrump yang terletak di tengah kota. Walaupun jarak tak Dekat, tetap tujuanku adalah Keira.

Saat aku ingin masuk ke dalam mobil, Van baru saja sampai dan ia menemuiku.

"Apa yang terjadi? ",  tanyanya.

Aku hanya menunduk "Keira tidak ada di ruanganya "

"Dimana dia? ". Ia memegang pundak kiriku.

Aku menatapnya. "Ava bilang,  ia dalam bahaya bersama Keira. Aku sendiri tidak mengerti apa yang ia bicarakan. Ia bilang aku harus datang untuk menyelamatkan mereka"

"Aku ikut denganmu", ycap nya tiba-tiba.

"Baiklah ayo cepat". Aku tidak mengerti bagaimana aku bisa merubah sifat ku pada Van.

Tapi, itu tidak patut untuk di pikirkan. Aku pun melajukan mobil secepat mungkin. Disusul mobil Van yang sama cepat di belakangku.

10. Malam Tegang

Sesampainya di stasiun, aku dan Van memperhatikan sebuah rumah yang cukup besar. Sangat gelap seperti tak berpenghuni. Mungkin itu benar. Di depan rumah itu terdapat 3 mobil di parkir berurutan.

Aku dan Van berjalan tanpa menimbulkan suara. Aku berfirasat Ava dan Keira ada di dalam rumah itu. Dan butuh strategi untuk menyelamatkan mereka. Walaupun aku tidak tau siapa sebenarnya yang memulai rencana ini.

"Aarav! Dekho na! ", Van menyenggol lenganku dan menujukkan sesuatu di dalam rumah.

Astaga! Aku terkejut bukan main. Bukan hanya Ava dan Keirra, tapi aku melihat banyak sekali gadis di sandra di rumah ini. Mereka terduduk di lantai dan menunduk. Sementara di sekitar mereka para pria bertubuh besar senantiasa membawa senapan dan mengawasi mereka dengan seksama.

Bukan hanya satu, tapi banyak sekali para pria yang membawa senapan untuk menjaga mereka. Itu artinya Keira ada di antara gadis-gadis itu? Bagaimana kah cara nya menyelamatkan mereka? Aku hampir putus asa.

"Aarav! Jangan khawatir kita pasti bisa menyelamatkan Keira! Semua akan baik-baik saja diantara kalian berdua. "

Aku menghela nafas beratku.

"Kau tunggu disini! Aku akan melakukan sesuatu untuk memancing semua pria itu. Jika mereka sudah tak memperhatikan para gadis ini. Kau segera masuk dan menyuruh semua orang keluar. Kau cari Keira kau mengerti? ", ucap Van.

Ia ingin pergi, tapi aku memegang lenganya.

"Kau serius? Tidak Van! Kau tidak bisa menghadapi mereka sendirian"

"Jangan khawatir! Percaya padaku. Kau akan bersama dengan Keira kembali! "

Aku melepasnya dengan ketidak puasan. Aku merasa sangat khawatir. Entahlah rencana apa yang akan dilakukan Van. Semoga apa yang ia lakukan berhasil.

Aku terus berdiri di depan jendela untuk memperhatikan situasi di dalam sana.

Aku masih melihat punggung Van menjauh dari hadapanku. Kenapa ia begitu perduli pada semua orang? Kurasa bukan semua orang. Tapi, Keira. Aku sadar mungkin ia mencintai Keira. Selama ini ia tak pernah menyakiti Keira seperti apa yang pernah ku lakukan.

Setelah ku selidiki dengan pasti. Aku sama sekali tak melihat Keira sedikitpun. Apa mungkin aku yang tak jeli?

Dan sampai sekarang aku juga tak tau apa yang sedang di lakukan Van? Entahlah apa yang ada dalam pikiranya. Aku hanya ingin berfokus pada Keira.

Beberapa saat kemudian. Aku merasa heran. Para pria yang menjaga gadis-gadis itu, mereka pergi menjauh. Seakan ada seseorang yang memanggilnya. Aku tidak bisa memastikan bahwa itu adalah rencana Van. Karena mereka terlihat seperti, atasan mereka yang memanggilnya. Lalu dimana Van? Apa atasan mereka memanggil nya untuk menghajar Van yang telah tertangkap? Atau...

Tapi ini adalah kesempatan besarku untuk membebaskan para gadis-gadis di dalam rumah ini.

____,,,,

Sorry, ada kesalahan.

Yuk! Voment sama²!

KOI TERI KHATIR HAI JEE RAHA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang