For You

209 10 0
                                    

Pagi hari sekali, aku sudah berada di Perpustakaan. Sekitar pukul 9 Keira bersama degan Van datang menemuiku.

Aku hanya menelan ludah dan menahan kebencian melihat kedatangan Van.

"Hey! Sejak kapan kau meniru kebiasaan burukku Aarav? ", tanya Keira. Ia terlihat terkejut melihatku menulis surat.

Benar sekali apa yang dikatakan Keira. Aku hanya mendengar kan apa yang ia katakan. Aku mencoba menulis surat ini untuk seseorang yang ku cintai, Ava. Ava Ruhll. Gadis yang kemarin masih ku panggil dia. Remember?

Aku berdiri dan menyembunyikan surat nya di belakangku. Ku pikir terlalu berlebihan halnya anak kecil.  "Tidak, aku hanya... ", kenapa lidahku terbata bata seperti ini?

"Kya hua? Hah? " ia menatapku dengan tatapan aneh. Lebih-lebih Makhluk asing di sampingnya itu, yang sejak tadi merenges memperlihatkan senyuman buruk ny.. Sorry!

"Aku pergi! ". Aku mencoba melangkah dan menghindar dari pertanyaan basa basi Keira.

Tiba-tiba tanganku di tahan oleh nya, aku menoleh perlahan. "Ya! Kenapa? "

"Kau menyembunyikan sesuatu? Mencurigakan! " ia memperhatikan kertas di tanganku.

"Aku hanya menulis surat untuk seseorang "

"Seseorang itu siapa? ", apa ia benar-benar penasaran sehingga ia bertanya sejauh ini? Atau memang membiarkan ku malu?

Keira terus tersenyum padaku. Entah apa yang ada dalam pikiranya. "Katakan apa yang kau tulis? Katakan! Padaku! "

Apa yang harus ku katakan? "Eh.. E.. Aku mengungkapkan perasaan ku untuk seseorang. Dulu kau bilang! Jika kau tak mampu mengungkapkanya dengan suara mu. Maka ungkapkanlah dengan dua benda ini. Pena dan Kertas! Maka rasa percaya diri mu akan bertambah. Benarkan? ", aku menatapnya.

Ia tersenyum malu dan melepas tanganku.  "Ya! Aku yang mengatakan itu. Tapi ungkapan apa yang kau tulis di sana? Dan siapa seseorang yang kau bicarakan? "

Aku heran. Mukanya mendadak memerah, dan raut wajah nya semakin ku menjawab semakin ceria. Kya hua yaahan? "Untuk seseorang dan kau akan segera mengetahuinya " ucapku sambil berlalu pergi. Tak ku dengar lagi panggilan nya dari belakang. Kalau pun ia memanggil, aku tak akan menoleh. Aku tidak ingin menjawab pertanyaan-pertanyaan konyol dari nya.

***

Hari besarku sudah tiba, rasanya seperti hanyalah diriku satu-satu orang yang paling beruntung di dunia. Diantara berpuluh banyak Pria yang mencoba mendekati Ava, gadis berdarah Eropa itu, hanya aku yang ia pilih. Bahkan ia memintaku untuk mengungkapkanya malam ini di Dermaga taman kota. I Love You Ava! Rasanya ingin teriak seperti itu. Tapi tak mungkin.

Kali ini aku sudah berpakaian rapi dan siap menemui kesuksesanku terhadap Ava. Semoga ia benar-benar serius dengan cintaku. Penampilanku sangat baik, aku sangat tampan! Seperti.... Varun Dhawan! Boleh-boeh, ya karena aku meniru Style nya. Wkwk!

Rasa gugup mulai menyita tubuhku. Jantungku berdegup kencang, menanti saat saat tiba. Tubuhku jadi panas dingin tak menentu. Untuk saat ini aku memang belum memberitahu siapapun tentang kencan pertama ini, tapi aku sangat yakin semua baik-baik saja.

Suhu tubuhku semakin tidak stabil, tapi tetap ku jaga keamanan berkendara. Padahal saat ini aku dalam perjalanan untuk meminta pendapat dari Keira, tentang penampilanku sekaligus bertanya apa yang harus ku katakan pada Ava untuk mengungkapkanya perasaan cintaku.

Sesampainya di Apartemen akan  keluar dari mobil dan mencoba mengambil nafas sedalam mungkin. "Rileks Aarav! Rileks! ". Setelah semuanya stabil. Aku berjalan ke ruangan Keira. Setangkai bunga mawar berada di saku jass ku. Ku ambil mawar itu dan ku pegang erat. "Semoga Keira bisa membuatku tenang! "

"Masuklah Aarav! " ucapnya setelah ku ketuk pintu dengan gugup.

_____,,,

KOI TERI KHATIR HAI JEE RAHA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang