Bab 9: The truth

15 4 0
                                    

Hello readers yang budiman Di part ini akan dijelaskan siapakah mereka sebenarnya.

💞💞💞💞

Max menerjapkan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk. Dirinya memegangi kepalanya yang terasa sangat pusing. Mata Max melihat keatas, wah hebat dirinya berada di bawah meja ruang tamu bersama minuman-minuman ber-alkohol.

Dengan tubuh yang sempoyongan Max berdiri mencoba untuk duduk di sofa. Meraih remot kontrol di atas meja ruang tamu dan memutar video, Max bertanya-tanya mengapa ini bisa terjadi.

"Aku tlah berusaha memberitahu dia tentang kita. Namun aku tak bisa, the point is...this is over. Kuberharap kau senang sekarang."

Max mematikan videonya, dadanya terasa sesak melihat Mike terisak karena peraturan yang ia buat. Namun Max tak menyesali jika Mike benar-benar meninggalkan Grace tak peduli betapa cintanya Mike pada Grace. Toh nanti juga Mike akan kembali seperti dulu jika ia perlahan melupakan Grace.

Max mengambil botol-botol yang ada di meja membuangnya ke tempat sampah. Max sangat tak suka bau-bau alkohol, perutnya serasa ingin mengeluarkan apa yang ada didalamnya namun sayang disana tidak ada apapun kecuali enzim-enzim dan organ-orang tubuh lainnya.

Max mencuci gelas yang digunakan Mike untuk meminum alkohol.

Tiba-tiba....

Tok tok tok

Max mendengus pelan, tak biasanya ada orang yang mengetuk pintu apartemennya. Bahkan tak ada satupun yang tahu tempat tinggal Max.

Pelan tapi pasti max perlahan membuka pintu, betapa terkejutnya ia melihat siapa yang datang. Gadis kecintaan Mike datang memyerobot masuk kedalam apartemen Max.

"What the fuck,Mike." Ucapan Grace sangat serak entah apa yang dikatakan Mike pada Grace hingga gadis itu terlihat begitu kecewa.

"Dengar. Aku tak tahu apa yang Mike katakan padamu, tapi apa yang aku dengar dari dia juga belum jelas.

Grace menyatukan alisnya tak mengerti.

"Apa maksudmu? Mendengar darinya itu belum jelas. Aku sungguh tidak mengerti"

Dengan tatapan lurus Max memberanikan diri untuk mengatakan rahasianya dan siapakah itu Mike.

"Aku bukan Mike, I'm his brother."

"kau meninggalkan rumahku dua jam yang lalu memakai pakaian yang sama, hanya saja rambutmu~"

"keluarlah dari rumaku" potong Max seraya menunjuk ke arah pintu mengusir Grace keluar dari rumahnya.

Max menarik nafas berusaha mengontrol emosinya agar gadis itu tak sakit hati.

"Mike tak ingin bertemu denganmu lagi" sambungnya.

Grace tak bergeming mendengar ucapan Max. Ia merogoh sakunya mengambil ponselnya untuk menelpon Mike.

Max yang menyadari bahwa Grace mencoba memastikan apakah yang dikatakannya itu benar atau salah Max mengambil ponsel yang ada dalam sakunya dan menunjukkan pada Grace jika tak ada panggilan masuk.

"ponsel kami berbeda"

Grace pun mencoba tuk mengerti apa yang terjadi.

"so what's going on?"

Kepala Max menunduk mengucapkan kata-kata dengan serak membuat Grace merasa iba.

"bisakah kau pergi!?"

"Mike" suara Grace melembut mencoba mendekati Max namun Max mundur selangkah membuat Grace berhenti.

"Mike dan aku adalah saudara. Namun kami berbagi tubuh yang sama. Sekarang  dia tidur dalam diriku."

Grace terkekeh atas ucapan Max ia tak percaya, sungguh itu kebohongan yang tak dapat dipercaya.

"haha sangat lucu, You're a terrible liar"

"itu sangat aneh. Namun kami ada, we're take shift. Aku sadar dari jam 7.00am hingga 7.00pm, Mike hidup dari jam 7.00pm hingga 7.00am" Max menaikkan nada ucapannya membuat Grace marah.

Grace pelan-pelan tapi pasti mendekati Max mengangkat kedua tangannya keatas mengerayai wajah Max dengan marah, tak peduli akankah laki-laki itu terluka karena kukunya atau tidak.

"Dengar. Aku sudah sering hal-hal gila dalam hidupku. Tapi ini sungguh buruk, the craziest thing!! Fucking weird."

Grace meninggalkan Max yang berdiam diri tak memandangnya sedikitpun.

###

Max duduk di sofa meraih remote mengaktifkan kamera. Mencoba berkomunikasi dengan saudaranya itu.

"Berapa banyak botol yang kamu minum semalam?. Aku duduk disini mual dan pusing akibat dari perbuatanmu. Lalu ada yang datang mengetuk pintu. kau tau siapa yang datang? Ya kekasihmu, Grace. Mengapa dia merasa berhak untuk datang ke sini? Bagaimana dia bisa tahu tempat tinggal kita hah? Oh My God, sudah berapa banyak peraturan yang kau langgar hah?"

Max menghembuskan nafas berat mencoba menetralisir emosinya. Berharap saudaranya tak balik marah padanya nanti.

"Sudahlah dia sudah pergi. Aku sudah mengurusnya. Dia tak akan kembali ke sini lagi. Bisakah kita kembali ke normalitas seperti biasa? Please."

Max meraih remote control mengakhiri rekamannya.

💞💞💞💞

It's MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang