Bab 5: Amarah

27 9 0
                                    

Hallo readers yang budiman. Terima kasih yah sudah mau membaca cerita ini.

💞💞💞💞

Sinar matahari pagi menembus kulit Max, membuat matanya berkedip-kedip untuk menyesuaikan cahaya yang masuk.

Jam menunjukkan waktu 7.00am, Max terbangun seperti biasanya hanya mengenakan boxer dan berada di ranjang sebelah kanan.

Max seketika menuju ke ruang tamu dan memutar video yang ada tentang dirinya yang lain.

"What the fuck Max, tidak semua yang kau temukan itu petunjuk. Aku telah mengatakan padamu waktu itu, keasihnya Tom memutuskan nya. Dan yah kami pergi ke bar, hanya satu kali Max. Akupun hanya duduk dan meminum soda tak banyak. Aku lupa untuk menyebutkan itu. Stop being so panaroid, Max" (dia mengatakannya dengan penuh amarah) "Anyway, Aku sudah membeli telur, susu dan roti do tempat yang kita suka. Hmm aku lupa untuk membeli mentega dan kita kehabisan itu. Maka belilah. Have a nice day" (ucapnya dengan notasi yang rendah)

Kata-kata yang di ucapkan oleh DIA sungguh menyakiti hati Max. Max menghempaskan punggungnya ke sofa seraya memijat kulit kepalanya sendiri.

Max menyesal telah menanyakan tentang sapu tangan itu.

####

Untuk menenangkan pikiran nya, Max berlari pagi melewati taman di kota Seattle
Max ber-olahraga hanya sebentar kemudian kembali ke apartemen nya dengan menaiki taxi yang berpangkal di pinggiran jalan.

Di perjalanan Max melihat-lihat toko-toko yang berjejer dan gedung-gedung tinggi. Betapa inginnya dirinya menjadi salah satu arsitektur ter-baik di Seattle.

Taxi pun berhenti, Max memberikan beberapa lembar uang pada supir taksi itu seraya mengucapkan terima kasih.

####

Max meraih kemeja kotak-kotak berwarna merah untuk segera ia kenakan pergi ke kampus. Tak lupa juga celana jeans hitam.

Max menyalakan mesin mobilnya untuk memberi pemanasan pada mesin. Setelah beberapa menit, Max melajukan mobil Audi R8 miliknya membelah kota Seattle yang cukup ramai tanpa macet.

####

Dikelas, Max sangat sibuk mengerjakan tugas yang sedikit lagi akan selesai. Max sesekali melirik ke arah daun pintu nampak mencari seseorang.

'Apakah dia absen hari ini?' Batin Max.

Jam kuliah akan dimulai lima menit lagi namun seseorang yang Max cari tak kunjung juga datang.

Mr.Frank pun datang memberi ajaran tentang kontruksi. Para mahasiwa-mahasiswi mendengarkan dengan baik dam sesekali mencatat.

Jam kuliah selesai, Max membereskan barang-barangnya. Sebelum keluar kelas Max melihat sekeliling menatap sepasang meja kursi.

'mungkin dia sedang ada sesuatu'. Batin Max.

####

Max tak ingin pulang dahulu. Ia mampir ke bar The Rialto untuk mendapatkan apa yang bagian kedua dirinya lakukan disana. 
Max memarkirkan mobilnya agak jauh dari bar itu. Max berjalan beberapa meter dan memasuki bar.

Dilihatnya sekeliling yang sepi hanya ada seorang karyawan atau mungkin pemilik bar ini. Max duduk di kursi yang disediakan. Ia melirik di tumpukan sapu tangan yang bertuliskan 'The Rialto'.

"Hai Mike, dia baru akan datang jam 3pm hari ini, kau ingin anggur? " ucap orang itu yang sepertinya mengenal dirinya yang lain. Max hanya menganga mendengar ucapan orang itu.

'Dia? Siapakah yang ia maksud?' Max kembali membatin.

"No thanks. I'm okay". Max berbalik badan ingin segera pergi meninggalkan tempat terkutuk seperti setan yang dikutuk sungguh menakutkan bagi Max.

"aku akan mengatakan pandanya jika kau disini'' Orang itu membuka suaranya kembali membuat Max secepat kilat membalikkan kembali tubuhnya menghadap orang itu.

'Damn it. This guy' Max merasa kesal. Entah mengapa ia sangat marah.

"Tidak. Tidak perlu". Max pergi melangkahkan kakinya selebar-lebar mungkin agar cepat sampai mobil dan pulang.

####

Di apartemen Max menuangkan sereal kedalam mangkok. Seketika perkataan orang di bar muncul dalam pikiran nya.

Max mengenggam erat mangkok yang berisi sereal kemudian membantingnya menjadi bagian-bagian kecil.  Sereal nya pun berjatuhan dilantai, mungkin itu sudah rejeki para semut yang akan memakan itu.

Max meraih ponselnya, menekan beberapa digit nomor untuk di telpon nya. Telpon pun tersambung.

"Temui aku di kafe dekat apartemen". Ujar Max seketika mematikan sambungan.

Max meraih hodie dan topi hitamnya. Max berlari ke arah kafe dekat apartemennya.

Max membuka pintu kafe, sekilas melihat sekeliling untuk memastikan orang suruhanya sudah datang atau belum dan ternyata belum. Dia tak kecewa justru lega karna bisa menikmati pesanannya dahulu tanpa harus meneraktir orang suruhannya juga.

Sekian menit setelah Max menyelesaikan makannya. Orang yang ia suruh pun datang berpakaian serba hitam.

"Max" sapanya sambil duduk di depan max.
"Mr.Derric". Max mengulurkan tangannya.
"panggil saja aku Ross". Mr.Derric membalas jabatan Max.

"Bisakah aku memesan coffee late? Baiklah, coffee late satu" Mr. Derric meminta izin pada Max setelah mendapat persetujuan, Mr. Derric langsung memesan minumannya.

💞💞💞💞

Penasaran apa yang akan di bicarakan Mr.Derric dan Max? Ikuti terus ceritanya.
Jangan lupa vote 😇

It's MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang