- New -

60 7 2
                                    

Author POV

Jeno membuka topi dan jaket denimnya. Menyibak rambut hitamnya keatas lalu menghempaskan tubuhnya ke sofa. Dia masih terpikir akan gadis itu. Dan dia berpikir akan menyelidiki lebih lanjut tentang gadis bernama Seo Jina itu.

Jeno mengalihkan pandangannya saat merasakan angin berhembus kencang melalui jendela besarnya yang dibiarkan terbuka. Membuat gorden berwarna krem itu ikut melambai karena angin. Tak lama kemudian sebuah pendar cahaya muncul dan dengan cepat masuk melalui jendela. Perlahan cahaya itu berubah menjadi sesosok makhluk. Dan kini muncullah seorang lelaki berjubah hitam bersayap disamping Jeno.

"Hola!" Renjun menyingkap tudung jubah hitamnya lalu menyengir pada Jeno.

Jeno memandangnya datar.
"Kenapa harus dari jendela? Tidak bisakah masuk lewat pintu?"

"Ribet tau" ucap Renjun santai. Dia duduk disamping Jeno lalu memangku tangan.

Jeno hanya mengangguk saja. Mengerti bahwa Renjun adalah sosok grim reaper yang simple. Bahkan untuk mengubah wujud menjadi manusia saja dia tidak mau. Ya, Renjun tidak akan mengubah wujudnya kecuali dalam keadaan mendesak. Lagipula, dia kan punya sayap. Karena itu dia memilih untuk terbang dan masuk lewat jendela.

"As always as an simple person." kata Jeno.

"Sama seperti di kehidupan sebelumnya, bukan? Aku tidak berubah sedikitpun. Yaa hanya wujudnya sih.." balas Renjun.

Jeno terkekeh. Cukup aneh mengingat bagaimana dia bertemu Renjun. Mereka bertemu karena mati dihari yang sama. Yang berbeda hanya bagaimana cara mereka mati. Renjun mati karena dibunuh oleh gangster, sementara Jeno frustasi dan nekat menyayat urat nadinya sendiri. Saat mereka berdua berada diantara dua dimensi, yaitu hidup dan mati, mereka sama-sama menjadi arwah penasaran. Saat itulah mereka bertemu dan mulai kenal. Jeno dan Renjun sering bertukar cerita. Salah satunya tentang kehidupan mereka yang sebelumnya. Lama kelamaan mereka menjadi akrab. Hingga pada suatu hari, mereka dipertanyakan dan diberi pilihan. Dihari yang sama, tapi diberi kesempatan kedua yang berbeda. Tentunya dengan Renjun yang menjadi pencabut nyawa dan Jeno yang menjadi malaikat penjaga bagi orang-orang tertentu.

"Ah, aku jadi teringat sebelum kita menjadi malaikat dulu,"

"Hm?" Renjun menoleh pada Jeno.

"Kau ingat saat kita masih jadi arwah? Aku masih ingat bahwa kau sering mengganggu anak-anak nakal disekolah lamamu. Bahkan terkadang kau menunjukkan diri untuk menakut-nakuti mereka."

Renjun tertawa mengingatnya.
"Astaga, kau membuatku teringat bagaimana ekspresi mereka saat melihatku ada didepan mereka. Mereka kira aku masih hidup saat itu. Padahal yang mereka tahu aku sudah mati."

"Kau menyeramkan tahu" Jeno bergidik. Mengingat Renjun yang saat itu menjadi arwah dengan sengaja merubah penampilannya menjadi menyeramkan untuk menakuti anak-anak itu.

"Itu untuk membuat mereka jera, Jen. Lagi pun saat itu aku ingin balas dendam. Mereka anak-anak yang suka membully dan memerasku disekolah. Ketahuilah, saat itu aku masih lugu. Jadi saat sudah menjadi arwah barulah aku maju membalas mereka." ucap Renjun memikirkan bagaimana kerennya dia saat itu.

"Ya, setidaknya sekarang dendammu terbalaskan pada mereka." kata Jeno.

"Well, yeah. Tapi masih ada satu hal yang belum ku selesaikan."

Jeno mengernyit.
"Apa itu?"

Renjun mengeluarkan smirk andalannya.
"Menemukan gangster yang telah memperbudak dan membunuh keluargaku."

Tiba-tiba Jeno merasa ngeri.
"Jun.."

"Aku tidak dendam, Jen. Meskipun grim reaper dikenal tidak berperasaan, aku tetap seorang malaikat. Mana mungkin malaikat memiliki sifat seperti itu. Sekarang saja aku sudah tidak bisa merasakannya." kata Renjun seakan bisa membaca ekspresi Jeno.

Angel || Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang