- The time was wrong -

27 2 0
                                    

Jina POV

Suara cuitan burung-burung kecil di luar jendela perlahan terdengar di telingaku. Aku membuka mataku perlahan. Membiarkan mataku terbiasa dengan bias cahaya matahari yang menembus tirai jendela.

Sesosok tubuh jangkung berdiri didepan pintu balkon dan membuka tirainya. Membuatku menyipitkan mata karena cahaya langsung menerangi ruangan ini.

Tunggu, ruangan?

Aku melihat sekelilingku. Ini kamarku. Dan saat ini aku terbaring diatas kasur ku sendiri. Aku pun mengalihkan pandanganku kearah sosok yang barusan membuka jendela. Jaemin pasti membawaku ke kamarku.

Aku merubah posisiku menjadi duduk. Seketika kepalaku terasa berputar. Sial, rasa pusing itu kembali menyerangku. Untungnya tidak terlalu parah.

Ku rasa karena mendengar ringisanku, Jaemin jadi menoleh dan langsung menghampiriku lalu duduk di tepi kasur dengan raut wajah khawatir.

"Kau baik-baik saja?" tanyanya.

Aku membuka mataku yang tadi sempat terpejam karena menahan sakit. Aku mengangguk dan tersenyum meyakinkan. Setidaknya itu cukup untuk membuatnya percaya bahwa aku baik-baik saja.

"Aku tidak apa-apa, Na. Kau tidak perlu khawatir."

Namun tetap saja. Aku masih melihat sorot kekhawatiran di mata kelamnya.

"Apa kau yakin? Aku pikir kau tidak usah pergi ke kampus hari ini." Ujar Jaemin setelah menempelkan punggung tangannya ke dahiku. Bermaksud mengecek suhu badanku.

Aku menyingkirkan tangannya dari dahiku dengan lembut. "Gwenchana, Jaemin-ah. Lagi pula hari ini aku ada kelas Mrs.Dhani."

Jaemin menipiskan bibirnya. Aku yakin saat ini dia mau tidak mau harus setuju denganku. Karena dia sendiri tahu seperti apa Mrs.Dhani.

"Oke. Tapi jika terjadi apa-apa segera beri tahu aku. Selalu aktifkan ponselmu, okay?!" kata Jaemin.

Aku terkekeh lalu mencubit kedua pipinya gemas. "Araseo, Nana-ya~"

Beginilah sosok Na Jaemin yang ku kenal. Dia boleh saja terlihat tegas, berwibawa, dan berjiwa kepemimpinan didepan orang lain. Tapi bagiku, Jaemin tetaplah Jaemin yang lembut dan manja. Terlebih lagi sifat overprotektifnya yang membuatku benar-benar merasa beruntung memiliki kembaran sekaligus seorang kakak sepertinya.

"Meow!"

Aku dan Jaemin menoleh bersamaan kearah pintu dimana sumber suara itu berasal. Aku tersenyum senang begitu melihat makhluk berbulu seputih salju dan mata bulat itu menatapku dengan innocent di ambang pintu.

"Sunny!!"

Aku beranjak dari tempat tidur dan langsung menghambur ke kucing itu. Aku berjongkok dan memeluknya seperti biasanya.

"Sunny?" suara Jaemin membuatku kembali menoleh padanya yang masih duduk di tepi kasur.

"Itu namanya." jawabku.

"Aku baru melihat kucing ini. Sudah berapa lama dia tinggal bersamamu?" tanya Jaemin lagi.

"Sekitar 1 tahun lebih. Dia menjadi teman yang baik selama berada disini." aku berdiri dan mengangkat Sunny ke udara. Berputar-putar di tempat membuat Sunny mengeong keras. Aku tertawa melihat reaksinya.

Angel || Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang