Alina duduk bersantai di balkon kamarnya, seraya sesekali menyeruput coklat panas. Ditemani tetesan hujan dan musik yang mangalun di telinga lewat earphonenya.
Tok tok tok
Ketukan pintu yang begitu keras mengangetkannya. Pasti ini adiknya yang bawel itu, yang tidak bisa sabar. Dengan malas, Alina berjalan membuka pintu."Hai Lina, lama banget lo buka pintu, gue kedinginan nih," gerutu seseorang yang ada di hadapannya, dan orang itu bukanlah adiknya. Alina mematung. Apakah ini nyata?
"Hei!" orang tersebut melambaikan tangannya di depan wajah Alina.
"E-Erga? Lo beneran Erga?" Alina sadar dari lamunannya.
Seseorang yang dia panggil Erga itu mengangguk cepat. Ia mencubit tangan Alina. Sakit. Itu menandakan bahwa ini nyata, bukanlah mimpi di siang hari di kala hujan lebat.
"Tau dari mana lo gue tinggal di sini?" tanya Alina ketus.
Alina sepertinya masih marah kepadanya. Tetapi, bukannya balik marah, Erga malah tersenyum. Alina masih sama seperti Alina yang dikenalnya dulu. Jutek.
"Ya karena gue punya banyak kenalan dan mata-mata, jadi lo hati-hati aja"
"Apaan sih lo, gak jelas" Alina beranjak dan ingin menutup pintu, tetapi Erga menahan tangannya sambil menyodorkan gantungan tas miniatur Big Ban di hadapannya. "Buat elo. Ini belinya langsung dari sumbernya loh".
Alina tidak mengambilnya. Dia malah memberikan tatapan tajam kepada Erga sambil berkacak pinggang. "Maksud lo apa? Mau pamer kalo lo dari London gitu?"
"Lina dengerin gue dulu, iya gue tau gue salah, gue masih inget kok janji kita kalo suatu hari nanti kita bakal ke London, impian lo dari dulu. Maafin gue, gue ke London, tinggal di sana, dan ninggalin elo itu bukan keinginan gue sendiri, gue terpaksa Na, karna ya lo tahu sendiri lah nyokap sama bokap gue gimana"
"Jadi lo mau maafin gue kan Na?" mohon Erga.
Alina mengangguk. Erga menyodorkan gantungan tas itu sekali lagi sambil tersenyum lebar, dan Alina menerimanya. Lalu ia mempersilakan Erga untuk masuk. Alina masih bertanya-tanya dari mana Erga tahu alamat rumahnya, karena tidak ada yang tahu sebelumnya, bahkan teman dekat hingga pacarnya sendiri pun tidak tahu.
"Jadi lo udah pindah ke Indonesia lagi atau cuma pulang untuk liburan?" tanya Alina.
"Pindah ke Indonesia lagi dong, dan lo tau gak? Mulai besok gue udah mulai sekolah di sekolah elo. Bagus kan? Entar gue bisa jagain elo."
Alina hanya mengangguk-angguk mengiyakan.
***
Dengan malas Alina mengangkat ponselnya yang berdering. Kenapa harus menelepon larut malam? Mengganggu orang tidur saja.
"Halo?" ucapnya tanpa melihat siapa nama orang yang sedang meneleponnya.
"Alin" sapa seseorang di seberang sana. Mendenger suara tersebut, Alina langsung bangkit dari tidurnya.
"Maaf ya gue nelfon lo malem-malem gini. Tadi Kenzo ngasih tau gue kalo dia belum dapat informasi. Dia juga minta maaf sama lo."
"Gapapa kok, gak perlu minta maaf, malah gue yang harusnya yang minta maaf karena udah ngerepotin kalian. By the way makasih ya Sya, bilangin juga sama Kenzo, sama yang lain juga, makasih"
"Iya Lin, sama-sama"
Alina menutup telepon sambil menghela napas panjang.
***
Maaf ya teman-teman updatenya lama
Happy reading :)
Jangan lupa vote dan komen ya
Love ya 💖
KAMU SEDANG MEMBACA
DON'T GO (ON GOING)
Teen Fiction"Aku tidak akan pergi, aku tidak akan meninggalkanmu" Kalimat yang sangat dibenci Alina ▪️Update setiap Sabtu